KATAKAMI NEWS

15/07/2009

Terkait Kasus NZ, Jangan Sudutkan POLRI Karena Sudah Profesional Daripada Mbah Surip “TAK GENDONG” Ngetawain

Mbah Suriphttps://i0.wp.com/www.redwaltz.com/images_temp/AnimatedMoney-Falling.gifhttps://i0.wp.com/www.redwaltz.com/images_temp/AnimatedMoney-Falling.gif

DIMUAT JUGA DI  WWW.KATAKAMIINDONESIA.BLOGSPOT.COM

Jakarta 14/7/2009 (KATAKAMI) Memang tidak enak jadi aparat penegak hukum kalau ternyata dibalik totalitas pengabdian meereka, ada konsekuensi yang tidak logis dan sinis saat penindakan tugas kepolisian dilakukan tanpa pandang bulu. Atau dalam bahasa anak gaul jaman sekarang, “EMANG ENAK … ?”.

Belakangan, POLRI seakan dipersalahkan dan dipojokkan dalam penanganan kasus pembunuhan direktur muda Nasrudin Zulkarnaen yang tewas ditembak di bagian kepala saat dalam perjalanan di kawasan BSD.

POLRI secara institusi jadi serba salah — padahal tidak bersalah –. Kalau ada pihak yang tidak bersalah tetapi sengaja dipersalahkan — atau dipojokkan agar jangan coba-coba menangkapi tersangka lain yang memang jelas ada keterlibatannya — kita seakan diajak prihatin sekaligus tertawa geli ala Mbah Surip saat menyanyikan lagu yang kini kondang luar biasa.

Tak Gendong, Kemana-Mana. Tak Gendong, Kemana-Mana. Enak Donk. Mantep Donk !!!

https://i0.wp.com/www.tempointeraktif.com/khusus/selusur/ASPAC/files/img1.jpg

POLRI adalah aparat penegak hukum yang keberadaan mutlak dibutuhkan oleh Indonesia. Terlebih dalam kapasitas mereka sebagai aparat keamanan yang sepenuhnya harus menjaga, mempertahankan dan memastikan terpeliharanya “KAMTIBMAS” diseluruh wilayah Indonesia secara baik.

Nah, sekarang kalau dikaitkan dengan tudingan bahwa ada pergesekan yang terjadi antara POLRI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pasca terungkapnya kasus pembunuhan direktur muda Nasrudin Zulkarnaein yang tewas dibunuh pertengahan Maret 2009 lalu, titik permasalahan bukan pada POLRI.

Dalam bahasa yang lebih disederhanakan adalah POLRI tidak bersalah.

https://i0.wp.com/search.detik.com/images/content/2009/05/07/10/kpk-luar.jpg

Justru, patut dapat diduga karena tidak mau KESALAHAN FATAL yang melembaga di tubuh KPK ditelanjangi dan diproses secara hukum maka POLRI yang kena gebuk.

Disini semua pihak harus jernih melihat permasalahan.

Bahkan yang merasa dirinya pimpinan tertinggi di negara ini, harus paham duduk persoalan dan jangan asal bicara saja kepada publik. Tidak ada perseteruan atau permusuhan dalam konteks penugasan yang dijalankan POLRI terhadap oknum pejabat KPK.

Jadi sebelum bicara kepada rakyat, hendaklah kiranya dibuka dulu UU Kepolisian yang mengatur tugas-tugas dari para Bhayangkara Negara ini.

Kalau mau jujur, sebenarnya jauh didasar hati Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan semua pejabat teras MABES POLRI — terutama Kapolda Metro Jaya Irjen Wahyono dan jajarannya di Polda Metro Jaya — tak akan ada yang mau mempermalukan pejabat tinggi negara dengan sengaja atau dengan tidak berkeadilan.

Polisi juga manusia, mereka punya hati, punya rasa dan punya logika.

Memang benar, Antasari Ashar semasa aktif menjadi Ketua KPK adalah mitra kerja dari Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri. Kedudukannya bisa dibilang sejajar.

Tapi dari segi kepangkatan, jujur saja … Antasari masih level Komisaris Besar (KOMBES) kalau dalam struktur kepangkatan di POLRI.

Ya memang !

Sebab jabatan terakhir Antasari di Kejaksaan Agung hingga terpilih menjadi Ketua KPK periode Desember 2007 adalah Pejabat ESELON DUA, ini setara dengan perwira menengah kalau di Kepolisian.

Lalu pejabat Jaksa Agung Muda (JAM), setara dengan Kepala Badan Reserse & Kriminal (Kabareskrim) POLRI. Pada level inilah dikenal istilah PEJABAT ESELON 1.

Baru, pejabat setingkat Kapolri setara dengan Jaksa Agung atau Ketua KPK. Tapi, Indonesia ini negara hukum.

Kasus Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen

Tidak ada satupun manusia yang kebal hukum di negara hukum seperti Indonesia.

Itu sudah mutlak berlaku.

Jangankan Antasari, jika misalnya patut dapat diduga seorang Calon Pesiden — yang nota bene sedang memangku jabatan PRESIDEN juga — memang melakukan pelanggaran hukum dan terbukti melakukan kecurangan dalam Pemilu PILPRES 2009 misalnya, POLRI juga pasti akan memproses sepanjang ada indikasi yang kuat telah terjadi perbuatan melawan hukum.

Dalam penanganan kasus pembunuhan NZ, POLRI sebenarnya bisa dituduh bahwa patut dapat diduga mereka sengaja memperlambat penanganannya dan menahan semua “informasi” agar jangan bocor kepada media massa atau kepada publik secara keseluruhan.

POLRI bukannya tidak percaya diri, sungkan atau terbeban secara moral menangani kasus pembunuhan NZ, samasekali TIDAK.

Tetapi, dalam konteks penegakan hukum saat menangani kasus ini, ada prinsip kehati-hatian yang harus sangat tegas dilaksanakan agar seluruh proses penyidikan yang dilakukan POLRI jangan sampai menimbulkan guncangan yang hebat di negara ini.

Untung saja, POLRI tidak bermulut ember atau tertabiat seperti kaleng rombeng yang akan “bocor” kemana-mana mempergunjingkan semua temuan yang “DASHYAT” dibalik kasus pembunuhan NZ.

Dari mulai Tribata 1 (Kapolri) dan jajarannya, sampai ke tingkat METRO 1 (Kapolda Metro Jaya) dan jajarannya, ibarat sakit gigi semua sepanjang menangani kasus pembunuhan NZ.

Karena apa ?

Bukan karena ada oknum polisi yang terlibat tetapi patut dapat diduga dibalik kasus pembunuhan ini memang terdapat praktek-praktek pemerasan yang sangat mengejutkan siapapun juga yang ada di negara ini dan di manca negara.

Sekali lagi, untung saja polisi-polisi itu — terutama elite di pucuk pimpinan Mabes Polri dan Polda Metro Jaya — tidak suka NGEMBER kemana-mana.

Waduh, kalau mereka NGEMBER maka patut dapat diduga sudah dari 2 bulan lalu KPK akan tutup dengan sendirinya karena semua jajaran pimpinan akan ditangkap dan diperiksa tanpa pandang bulu.

Disinilah semua pihak harus bersikap arif dan bijaksana. Jangan terlalu memuja dan memuji KPK dengan semangat pengkultusan individu. Seolah-olah, KPK adalah dewa penyelamat dan putera mahkota penegakan hukum yaitu pemberantasan korupsi yang sangat amat membanggakan di Indonesia.

Jangan gegabah dalam memuja atau memuji pihak manapun karena seperti kata pepatah, “TAK ADA GADING YANG TAK RETAK”.

POLRI dan jajarannya sudah secara maksimal menangani kasus pembunuhan NZ — yang melibatkan Ketua KPK non aktif Antasari Azhar –.

Apa boleh buat, walaupun Antasari Azhar adalah mitra kerja Kapolri BHD dan sejak 1,5 tahun terakhir menjadi pejabat tinggi negara, fakta di lapangan menunjukkan bukti-bukti yang sangat kuat tentang dugaan keterlibatan Antasari Azhar sebagai otak pembunuhan NZ.

POLRI yang justru bersalah dan akan berbalik jadi pihak yang terseret ke muka hukum jika mereka bertindak gegabah menyelamatkan atau mengamankan pejabat tinggi negara yang patut dapat diduga secara brutal, sadis dan tidak manusiawi melakukan pembunuhan yang bertalar belakang KORUPSI — yaitu praktek-praktek pemerasan sangat mengerikan –.

POLRI hanya sekedar menjalankan tugas mereka sebagai aparat penegak hukum.

Dan dalam proses penegakan hukum ini, POLRI tidak bermain sendirian dan bukan menjadi mata rantai yang terpisah dari lingkaran penegakan hukum yang berlaku sesuai dengan UU yang berlaku di negara ini.

Ketika berkas pemeriksaan harus dilimpahkan kepada Pihak KEJAKSAAN, semua hal harus sudah dilengkapi oleh Jajaran Kepolisian.

Baru, setelah melewati gerbong KEJAKSAAN, kasus itu bisa disidangkan. Salah kalau ada yang menilai bahwa seolah-olah terjadi peperangan, permusuhan dan pertikaian sengit yang tidak sehat antara POLRI dan KPK.

Jangan sampai ada pandangan yang keliru dan tidak proporsional dalam menilai dan mencermati kasus yang menyita perhatian publik sejak hampir 3 bulan terakhir ini. Ketika UU mengamanatkan dan menugaskan POLRI untuk melakukan tindakan tegas dan keseriusan dalam proses penegakan hukum, apakah POLRI bisa bersikap setengah-setengah ?

Tidak bisa dong !

Sadarilah satu hal ini bahwa HUKUM harus menjadi PANGLIMA di negaranya sendiri.

HUKUM tidak bisa ditempatkan di wilayah abu-abu.

Hitam harus dikatakan hitam. Putih harus dikatakan putih.

Bahkan dalam ajaran agamapun ditekankan bahwa katakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah.

Sudahlah, jangan lagi ada pemutar-balikan fakta.

Perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini sudah memojokkan POLRI — khusus dalam penanganan kasus pembunuhan NZ –.

Sederhana saja, siapa yang berbuat (salah), maka dia harus bertanggung-jawab !

Sederhana sekali kan !

Tidak usah ada pihak manapun yang patut dapat diduga sangat panik, kalut dan tampak betul kasak-kusuk melakukan berbagai gerakan dan pelemparan isu bahwa seakan-akan ada KESENGAJAAN untuk menggembosi, melemahkan dan memandulkan KPK.

Termasuk mencaci-maki Jajaran BPKP (Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan) yang dimungkinkan melakukan audit.

Lho, maaf maaf kata ya, tugas dari BPKP memang secara sah dan legal di muka hukum memeriksa … jika memang ada perintah atau permintaan yang sesuai dengan ketentuan hukum.

Lembaga atau Instansi mana di dunia ini, yang anggaran atau keuangannya tidak boleh samasekali diaudit atau diperiksa –sepanjang memang harus ada pertanggung-jawaban.

Kalau tidak ada kontrol dan pengawasan yang ketat dalam hal penggunaan anggaran, mau jadi apa negara ini kalau semua dibiarkan seenak jidatnya memakai anggaran tanpa pertanggung-jawaban ?

Jangan ada yang OVER ACTING.

Jangan ada yang sok suci.

Jangan ada yang MANIS DI BIBIR.

Sudah sejak tahun 2008 yang lalu, KATAKAMI mendapatkan informasi penting dari banyak sumber — salah seorang diantaranya adalah pengacara senior OC Kaligis — bahwa patut dapat diduga, terdapat kebocoran anggaran operasional yang sangat parah dalam anggaran operasional KPK.

Lalu, untuk bisa memastikan apakah penggunaan anggaran operasional di KPK itu sudah sesuai dengan aturan dan ketentuan yang hukum yang berlaku, siapa yang secara LEGAL bisa melakukan pemeriksaan terhadap pertanggung-jawaban penggunaan keuangan ?

Yang berhak memeriksa sesuai dengan kapasitasnya adalah BPK (termasuk didalam BPKP !).

Ini malah jadi ajaib semua. Tidak ada angin dan tidak ada hujan misalnya, BPKP ikut dimaki-maki dan dipersalahkan jika berani-berani memeriksa keuangan KPK.

Dimana sih letak rasionalitasnya ?

Jika memang tidak mau berurusan dengan hukum, maka janganlah ada pejabat manapun di negara ini — bahkan di seluruh dunia — yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum –.

Jika memang tidak mau dipenjara sampai 20 tahun lamanya — seperti yang terjadi pada mantan jaksa Urip Tri Gunawan yang menerima uang suap USD 660 ribu dari Artalyta Suryani — maka janganlah ada aparat penegak hukum yang melakukan KORUPSI dengan sengaja.

https://i0.wp.com/1.bp.blogspot.com/_RZBy4mRGJcQ/SUEvQQccRlI/AAAAAAAABMc/_4k0UZ1itOQ/s320/Uang_pohon1.jpg

Jangan ada pemutar-balikan fakta. Jika memang bersih, dipersilahkan saja BPKP memeriksa, asal pemeriksaan itu sesuai dengan aturan main yang berlaku.

Kenapa harus ada pihak tertentu yang patut dapat diduga sibuk melemparkan isu dan fitnah bahwa seolah-olah BPKP lancang atau mau memandulkan pihak tertentu ?

Tidak ada urusan pemandulan atau konteks konsistensi CLEAN & GOOD GOVERNANCE.

Seakan hobi sekali, menciptakan pemberitaan yang menyesatkan.

Hal yang kecil seakan diperbesar dan didramatisir. Capek melihat dan mendengarnya.

Bicara soal korupsi, yang termasuk dalam item KORUPSI itu adalah tindak pemerasan terhadap orang-orang yang sebenarnya patut dapat diduga melakukan tindak pidana korupsi.

Lalu, kalau patut dapat diduga sudah terjadi praktek-praktek pemerasan yang sangat melembaga, berjamaah dan berkelanjutan d sebuah instansi misalnya — apakah aparat penegak hukum (terutama jajaran POLRI) harus mendadak tutup mata dan tutup telinga ?

Harus pura-pura tidak tahu ?

Harus cincai-cincai saja dan jangan coba-coba memproses para pelakunya ?

Mari, kita renungkan semua ini dengan baik-baik. Tegakkanlah hukum sampai langit runtuh.

Dan percayalah, dalam setiap tarikan nafas yang ada didalam diri Jajaran KEPOLISIAN itu, samasekali tidak ada niat atau kesengajaan menjebloskan Antasari atau siapapun nanti dalam jajaran KPK yang ikut terseret dalam kasus ini.

Patut dapat diduga Antasari sendiri yang menjebloskan dirinya terjun bebas ke dalam kubangan lumpur kenistaan dengan melakukan perbuatan melawan hukum yang sadis.

Bukti-bukti material di lapangan sudah tak bisa ditutupi dan dihindari. Dan semua proses hukum itu memang harus dikembangkan. Kalau misalnya ada pejabat lain atau pihak manapun yang patut dapat diduga terlibat dalam kasus pembunuhan NZ, bukan salah POLRI jika proses penegakan hukum menggasak dan menggilas siapapun yang rakus melahap uang uang haram.

Jangan salahkan POLRI ketika hukum memang wajib untuk ditegakkan di negara ini.

Jadikanlah kasus ini sebagai pelajaran. Jangan coba-coba korupsi. Jangan coba-coba memeras. Jangan coba-coba membunuh.

Ente sudah membunuh misalnya, tetapi tidak mau dihukum. Memang ente yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya, termasuk menciptakan manusia ?

https://i0.wp.com/www.hinamagazine.com/wp-content/uploads/2009/02/metro.gif

Berikan hormat dan penghargaan kepada jajaran POLRI — yang telah merampungkan tugas mereka dalam menangani kasus pembunuhan NZ.

Moral dari jajaran POLRI, jangan sampai djatuhkan oleh pihak manapun saat kasus ini telah mereka tangani dengan sebaik-baiknya. Mereka cuma menjalankan tugas.

Termasuk Presiden SBY sekalipun, jangan asal bicara saja alias ASBUN atau ASAL BUNYI.

Tidak ada permusuhan, pertikaian dan peperangan antara POLRI dan KPK.

Jangan menyampaikan penilaian yang salah dan informasi yang menyesatkan kepada masyarakat.

Opini publik bisa terbangun dengan konteks yan negatif kepada POLRI kalau mereka difitnah atau dituding membakar api permusuhan atau peperangan dibalik penanganan kasus hukum yang melibatkan Ketua KPK non aktif Antasari Azhar.

Berbulan-bulan, jajaran POLRI sudah bekerja dengan baik menangani kasus ini.

Salut dan semua rasa hormat perlu disampaikan pada POLRI sehingga alur dari seluruh proses pemeriksaan itu tidak menimbulkan guncangan yang sangat fatal kepada Indonesia, pra dan pasca Pemilu Legislatif 2009, terutama pra dan pasca Pemilu Pilpres 2009 — dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara –.

https://i0.wp.com/2.bp.blogspot.com/_fKnKYxFGpw4/SZQaDaKuzKI/AAAAAAAAAAw/gDRxAeTd8Q4/S220/corr06_logo_E.jpg

Kasus pembunuhan NZ ini memang sangat mencengangkan dan kalau dibuka secara “telanjang bulat” maka patut dapat diduga akan bisa membuat MEGAP MEGAP siapapun juga yang mengetahuinya.

Mengapa ?

Sebab, patut dapat diduga dibalik pembunuhan NZ ini terseret banyak sekali nama nama pejabat dan instansi-instansi super penting di Indonesia.

Kasus ini bukan kasus roman picisan dua sejoli menjalin cinta (SEGITIGA) misalnya.

Kasus ini bukan kasus tembak-tembakan ala film koboi.

Kasus ini … adalah kasus yang sangat KONTROVERSIAL !

Tunggu saja tanggal mainnya di persidangan. Jajaran Kejaksaan Agung saja, sudah dari jauh jauh hari menyusun “kuda-kuda” alias ancang-ancang agar dalam penanganannya tidak keluar dari rel hukum.

Jadi, sekali lagi, terimakasih POLRI — khususnya kepada anda, Irjen Wahyono, Kombes Mochamad Iriawan dan semua jajaran Polda Metro Jaya — yang sudah berusaha semaksimal mungkin menangani kasus ini dengan profesional. Jangan ada yang disembunyikan.

Buka saja secara transparan.

Lihatlah dampak dan semua manuver yang bermain untuk kepentingan penyelamatan diri.

Sekali saja KEPOLISIAN lengah atau gegabah dalam penanganannya, maka resiko yang harus di tanggung sangat amat besar. Padahal, yang berbuat kesalahan adalah pihak lain.

Ibarat permainan GOLF, bola yang dipukul harus bisa masuk ke dalam lubangnya.

https://i0.wp.com/bumnwatch.com/i09/wp-content/uploads/2009/06/rhani260609-31-272x300.jpg https://i0.wp.com/z.about.com/d/graphicssoft/1/0/s/Z/3/azk22-anigolfer-1final.gif

Bukan malah mentok ke jidat atau kepala CADDY yang ikut mendampingi rombongan pemain golf. Alamak, bisa benjol nanti kepala si CADDY kalau ketimpuk bola golf !

Proses penegakan hukum juga harus sama lihai dan piawai seperti dalam permainan GOLF.

Siap, kepada jajaran KEPOLISIAN, jangan kecil hati.

Good Job !

Ini kerja yang baik dari KEPOLISIAN untuk bisa menangani dan menyelesaikan pemeriksaan kasus serumit ini dengan prinsip kehati-hatian dan sepenuhnya berpegangan pada asas profesionalisme.

Jadi, jangan lagi POLRI dipersalahkan dan disudutkan ketika mereka justru sudah bekerja secara profesional dan proporsional menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain.

Daripada kita sama-sama malu karena ditertawakan “Mbah Surip” dengan gaya dan senyum LEBAR, sebab kita memang jadi pantas “ditertawakan” ketika larut dalam arus tak putarannya sangat bertentangan dengan kebenaran itu sendiri.

Kita akan sama-sama ditertawakan oleh “Mbah Surip Mbah Surip” lain dimanapun juga, karena tak berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu memang salah.

Mbah Surip bisa cengengesan dengan rambut gimbalnya kalau Indonesia terus sibuk sendiri mengeluarkan jargon-jargon ANTI KORUPSI tetapi penanganannya amburadul.

Mbak Surip bisa NGAKAK kalau penanganan korupsi tak sesuai dengan teori-teori merdu, seperti saat Mbah Surip sendiri menanyikan lagu :

TAK GENDONG :

Tak gendong kemana-mana
Tak gendong kemana-mana
Enak donk, mantep donk
Daripada kamu naik pesawat kedinginan
Mendingan tak gendong to
Enak to, mantep to
Ayo.. Kemana 

Tak gendong kemana-mana
Tak gendong kemana-mana
Enak tau

Where are you going?
Ok Im
Where are you going?
Ok my darling

Ha…Ha…

Tak gendong kemana-mana
Tak gendong kemana-mana
Enak donk, mantep donk
Daripada kamu naik taxi kesasar
Mendingan tak gendong to
Enak to, mantep to
Ayo.. Mau kemana

Tak gendong kemana-mana
Tak gendong kemana-mana
Enak tau

Where are you going?
Ok Im
Where are you going?
Ok my darling

Ha.. Ha…

Tak gendong kemana-mana
Enak tau
Ha.. Ha…
Ha.. Ha…
Ha.. Ha……

Capek…..

(MS)

LAMPIRAN TULISAN :

Dukungan Moral Untuk POLRI Menbongkar Kasus Pembunuhan NZ Karena Patut Dapat Diduga AA Mendapat Uang Pemerasan Rp. 550 Miliar Dari Tokoh EL

Jakarta 20/5/2009 (KATAKAMI) Tepat tanggal 20 Mei 2009, Indonesia memperingati Kebangkitan Nasional. Sejalan dengan semangat Kebangkitan Nasional itu jugalah maka rakyat Indonesia perlu lebih mempertegas dan menekankan kepada semua pihak bahwa di negara ini pemberantasan korupsi tidak akan pernah loyo, impoten, mandul atau melempem seperti kerupuk yang masuk angin.

Kalau sudah bicara soal pemberantasan korupsi maka sekarang harus jujur diakui bahwa patut dapat diduga Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non aktif AA melakukan tindak pidana korupsi pemerasan. Kalau kata orang Medan, alamak jang … ngeri kali rakusnya kalau memang patut dapat diduga untuk satu kasus pemerasan saja angka nominalnya mencapai Rp. 550 Miliar. Sadis.

Tutup mulut terhadap semua ocehan penuh halusinasi soal pemberantasan korupsi jika patut dapat diduga justru AA yang paling rakus melakukan pemberantasan korupsi disaat ia memangku jabatan sebagai Ketua KPK.

Tutup mulut terhadap semua ocehan penuh halusinasi soal pemberantasan korupsi jika patut dapat diduga justru AA yang paling rakus melakukan korupsi yaitu pemerasan disaat ia memangku jabatan sebagai Ketua KPK.

Sungguh, kami sangat berhati-hati dalam menyampaikan informasi seperti ini. Kalau sumbernya tidak sangat valid dan meragukan maka kami tidak akan pernah mau menyampaikan.

Sumber KATAKAMI di pemerintahan menginformasikan bahwa dibalik kasus terhadap pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ini patut dapat diduga memang terkait erat dengan sebuah tindakan pemerasan kepada seorang tokoh berinisial “EL” yang pada akhirnya telah menyerahkan uang senilai Rp. 350 miliar dari total kesepakatan “uang pemerasan” senilai Rp. 550 miliar.

Tak cuma kasus ini saja yang berbau pemerasan karena patut dapat diduga seorang menteri (lelaki) berinisial B juga pernah diperas sekitar atau mendekati angka Rp. 25 miliar.

Begitu juga dengan seorang gubernur yang berinisial I yang wilayah tugasnya di hamparan Pulau Sumatera sana, bahwa patut dapat diduga kepada gubernur ini juga pernah dilakukan pemerasan.

http://nurudinhanif.files.wordpress.com/2009/05/bangkit0032.jpg

Sekali lagi, kami tidak bermaksud menyebarkan fitnah atau pencemaran nama baik karena senafas dengan asas praduga tidak bersalah atau presumption of innocent, kami gunakan kalimat “patut dapat diduga” sehingga untuk menelusurinya dibutuhkan kesigapan dan kemampuan yang sangat hebat dari aparat KEPOLISIAN.

Ini sebuah dukungan moral sangat tinggi untuk POLRI dibawah kepemimpinan Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri, maju … jangan pernah gentar atau setengah-setengah dalam menangani kasus pembunuhan terhadap Almarhum Nasrudin Zulkarnaen.

Siap, kepada POLRI perlu diingatkan bahwa hanya ada satu kata dalam menghadapi kerakusan dan kebiadaban seputar korupsi yaitu … LAWAN !

Tentu bentuk perlawanannya adalah sesuai dengan koridor hukum yang berlaku di negara ini. Jangan pernah sekalipun ada keragu-raguan untuk menuntaskan penanganan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen karena patut dapat diduga kasus inilah yang menjadi entry point atau jalan masuk untuk membongkar gunung-gunung tinggi yang berisi hamparan bukit korupsi yang sangat mengerikan.

Siapa saja, mulai saat ini harus sangat siap mendengar perkembangan dan fakta-fakta yang patut dapat diduga terjadi dibalik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Bahkan kalau perlu, semua media massa yang mulai menyadari dan memutuskan untuk konsisten memberitakan ada apa sebenarnya dibalik kasus pembunuhan itu, perlu dijaga oleh aparat kepolisian.

Untuk apa dijaga ?

Ya, untuk menghindari terjadinya lagi pembunuhan-pembunuhan berikutnya.

Maaf saja, indikasi teror dan tekanan itu patut dapat diduga dilakukan sejumlah pihak kepada KATAKAMI sepekan terakhir ini yaitu yang patut dapat diduga dilakukan pihak Komisaris Jenderal Gories Mere dan pihak lainnya yang merasa “panas dingin” alias “ketar ketir” kalau media massa lain jadi ikut tahu bahwa ada BAU BUSUK KORUPSI yang sangat parah di balik kasus pembunuhan itu.

Hebat betul, sedikit-sedikit main teror. Sedikit-sedikit, main intimidasi. Sedikit-sedikit main bunuh. Sudah seperti binatang buas yang hidupnya di alam rimba.

Ups, saat tulisan ini sedang disiapkan untuk segera dimuat … tiba-tiba telepon selular Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata berbunyi dan mendapatkan pesan singkat dari perwakilan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dan beberapa Pastor.

“Mbak Mega, kami mendukung dilakukannya penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan yang berlatar-belakang tahta, harta dan wanita”.

Intinya seperti itu dan tidak perlu kami muat nama pengirim.

Tapi dalam pesan singkat SMS itu, mereka memuat nama Komisaris Jenderal Gories Mere bahwa jika patut dapat diduga Komjen Gories Mere terlibat dalam melakukam pembunuhan sadis yang sangat brutal tak berperikemanusiaan itu, maka sudah sepantasnya POLRI menindak tegas dan konsisten melakukan penegakan hukum tanpa pandang bulu.

Dan tak hanya ini pesan yang kami terima seputar kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

https://i0.wp.com/www.hawaii.edu/mjournal/images/contributors/sarumpaet.jpg

Aktivis kemanusiaan RATNA SARUMPAET juga berbicara langsung kepada KATAKAMI seputar kasus ini dan menyampaikan keheranannya terhadap langkah penegakan hukum yang dilakukan POLRI seakan jalan ditempat alias TAK MAJU-MAJU.

“Saya heran ya, ini POLRI mengerti atau tidak … cara menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ? Jangan-jangan POLRI itu tidak tahu bagaimana cara menangani kasusnya. Kasihan betul kalau tidak tahu bagaimana cara menanganinya. Saya mendengar diluar sini bahwa dibalik kasus pembunuhan itu, patut dapat diduga ada unsur KORUPSI. Dimana keberanian POLRI mengusut itu ? Yang saya dengar malah kebalikannya. Masak seorang Kapolri membela Antasari, mengiyakan bahwa POLRI sempat memberikan perlindungan hukum tetapi kemudian ada kasus pembunuhan ini. Ada apa dibalik itu semua ? Heh, KATAKAMI tulis ya … Bambang Hendarso Danuri itu tidak usah jadi Kapolri, kalau untuk menangani kasus ini saja tidak berani” kata Ratna Sarumpaet.

Ratna Sarumpaet mengaku sangat kecewa terhadap kinerja POLRI dalam menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

“Saya ini jengkel sama polisi-polisi yang menangani kasus ini. Capek saya mendengar berita-berita yang sengaja dibuat jadi simpang siur. Mana perempuan yang namanya Rani itu ? Hak apa polisi menyembunyikan atas nama perlindungan hukum ? Kita ini ya … jangan lupa, sudah banyak kejadian sepanjang Indonesia ini berdiri bahwa orang yang posisinya sebagai saksi akan dilindungi. Ternyata dia bukan dilindungi, tetapi dicuci dulu otaknya. Nah, nanti kalau muncul … sudah aneh-aneh omongannya. Apa itu rencana POLRI menyembunyikan perempuan yang namanya Rani ? Bikin malu saja Kapolri itu kalau kasus ini jadi semerawut penanganannya. Jangan sampai faktanya mau dibelokkan. Bongkar kasus korupsinya, usut. Gila kali, kalau kasus korupsi ditutupi dan mau diselamatkan ? Buka, dan sampaikan kepada rakyat Indonesia … fakta hukum apa yang sebenarnya terjadi dibalik kasus pembunuhan itu” pungkas Ratna Sarumpaet.

https://i0.wp.com/www.juanitaquevedo.com/media/AnimatedMoney.gif

Pada kesempatan berikutnya, KATAKAMI melakukan diskusi kecil-kecilan dengan seorang wartawan senior dari harian terkemuka seputar kasus ini.

“Wah, kalau sampai benar dapat Rp. 550 miliar untuk satu kasus saja, gila sekali ya. Waduh, itu besar sekali lho angkanya kalau sampai Rp. 550 miliar. Apa yang menyangkut persoalan gula dulu atau yang energi ya ? Penasaran juga jadinya. Ini harus diungkap sama Kepolisian. Jangan dialihkan ke soal selingkuh segala padahal fokus persoalannya justru bertolak-belakang dengan yang diberitakan !” kata wartawan senior tersebut.

Inilah hikmah yang harus diambil oleh MABES POLRI, khususnya oleh Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri dan seluruh jajarannya di Kepolisian. Terutama oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi Wahyono.

Nama baik, martabat dan kehormatan INSTITUSI dipertaruhkan dalam menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen karena patut dapat diduga pembantaian berdarah penuh kesadisan itu memang sarat dengan latar belakang korupsi yang sudah sangat mengerikan.

Awal pekan ini, KATAKAMI menemui seorang pakar hukum penanganan korupsi yang memang memiliki banyak relasi di lingkungan Kepolisian dan Kejaksaan.

Pakar hukum ini terkejut-kejut saat mendengar informasi penting dari sumber yang bisa dipercayainya bahwa patut dapat diduga ada aliran dana Rp. 550 miliar dibalik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

“Saya ini seorang pakar hukum. Untuk sementara, kita tunggu saja hasil penyidikan Kepolisian. Luar biasa besarnya uang senilai Rp. 550 miliar itu. POLRI harus mendalami semua kemungkinan. Disini, POLRI harus menelusuri secara cepat berbagai unsur pemerasan yang patut dapat diduga dilakukan AA lewat sejumlah besar pejabat yang akan tersangkut kasus korupsi. Yang paling penting adalah, POLRI harus menawarkan, memberikan dan menjamin adanya PROTEKSI HUKUM terhadap semua korban pemerasan yang bersedia memberikan kesaksian kepada pihak KEPOLISIAN bahwa mereka sudah diperas. Ingat, hukum akan memberikan perlindungan kepada SAKSI PELAPOR yang bersedia menyampaikan kesaksian dan bukti-bukti. Jangan takut, sebab para pejabat yang kurun waktu setahun terakhir ini sudah memberikan sejumlah uang itu bukan bentuk penyuapan tetapi PEMERASAN ! Dan dalam UU pemberantasan korupsi, pasal pemerasan itu akan dijerat dengan Pasal 12 E dan pasal 12 F UU Nomor 31 / 1999 junto Pasal 20 UU / 2001 tentang pemberantasan korupsi” kata pakar hukum tersebut.

Menurutnya, POLRI tidak boleh terkecoh karena patut dapat diduga begitu banyak dugaan unsur korupsi yaitu PEMERASAN dibalik kasus pembunuhan Nasrudin Zulnarnaen.

“Ayo, POLRI jangan diam saja. Informasi itu bergerak cepat ke tengah masyarakat. Jangan sampai POLRI yang jadi sasaran kemarahan rakyat kalau tindajk pidana korupsi yang patut dapat diduga dilakukan terus menerus lewat praktek pemerasan seperti ini dibiarkan atau didiamkan. Ada informasi yang kami dengar bahwa patut dapat diduga saat dilakukan penggeledahan di ruang kerja AA, dalam lacinya sudah ditemukan begitu banyak travel cek tetapi yang tidak perlu memakai tanda-tangan pemberi. Dalam hukum, ini disebut surat berharga atas unjuk. Dia tinggal bawa ke bank, tanpa perlu tanda-tangan maka uang sudah dicairkan. AApasti tahu resikonya kalau harus pakai tanda tangan segala. Saya dengar juga informasi bahwa patut dapat diduga praktek-praktek pemerasan itu dilakukan kepada sejumlah kepala daerah, entah itu gubernur, bupati dan wali kotamadya. Lalu, patut dapat diduga sejumlah menteri juga ada yang menjadi korban pemerasan. Semua pejabat itu tidak perlu takut melaporkan kepada POLRI jika patut dapat diduga mereka memang sudah menjadi korban pemerasan” lanjut pakar hukum tadi.

Pakar hukum yang memiliki jam terbang sangat tinggi ini juga mengingatkan POLRI untuk tidak terkecoh dalam metode pelacakan uang di rekening bank.

“Waduh, hari begini urusan korupsi pakai kirim-kiriman uang lewat rekening bank, mana ada yang mau karena pasti sudah tahu akan bisa dilacak. Saya mendengar informasi bahwa patut dapat diduga sepanjang AA menjadi Ketua ada begitu banyak praktek pemerasan yang dilakukan. Dan sistemnya pun, patut dapat diduga dengan menggunakan fresh money atau uang tunai. Atau, yang tadi saya sebutkan yaitu surat berharga atas unjuk. Travel cek yang tidak memerlukan tanda-tangan pemberi” ungkap pakar hukum.

https://i0.wp.com/www.inspirationline.com/images/jail-animated.gif

Barangkali yang disadari oleh siapapun juga yang selama ini menari-nari diatas penderitaan orang lain yaitu karena tahu siappapun juga akan ketakutan kalau diproses secara hukum dalam kasus korupsi bahwa praktek pemerasan yang diam-diam dilakukan selama ini … adalah sebuah perbuatan yang pantas dihujat dan layak dihukum seberat-beratnya.

“Pasal pemerasan 12 E dan 12 F dalam UU pemberantasa korupsi itu, ancamannya tidak main-main. Tuntutan yang pasti akan diberikan oleh jaksa penuntut umum adalah pidana penjara seumur hidup. Nah, sekarang tinggal bagaimana MABES POLRI menangani kasus ini. Konsisten apa atau tidak dalam menegakkan hukum ? Berani atau tidak ? Mau atau tidak dalam menegakkan hukum ? Waduh, jangan main-mainlah. Kita lihat saja, kemana arah penyidikan ini mau dibawa oleh KAPOLRI. Kalau saja kasus ini mau dikategorikan CUMA sebatas kasus kriminal pembunuhan semata, sudahlah. Keterlaluan POLRI. Apalagi kalau sampai nanti, KAPOLRI merasa kasihan dan Antasari diselamatkan. Sekarang kita tanya saja ramai-ramai kepada Kapolri, Pak BHD … ada urusan apa anda, kalau misalnya merasa kasihan dan mau menyelamatkan AA ? Ini persoalan besar lho. Tidak main-main. Jangan sampai, penyidiknya sudah keras keras semua menangani. Ujung-ujungnya, ditutup semua. Lalu diumumkan, oh ini kasus pembunuhan ! Selesai, titik. Wah, mau jadi apa Indonesia? pungkas Pakar Hukum tersebut dengan nada kecewa.

POLRI, tidak perlu ragu untuk menangani dan menuntaskan permasalahan hukum apapun juga yang ada di balik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Bahwa dibalik kasus pembunuhan itu, memang patut dapat diduga ibaratnya ada “gunung tinggi” kerakusan korupsi yang tumpukan pundi-pundinya sudah sangat “tak terhingga” maka para penyidik yang memiliki kemampuan terbaik dalam menangani kasus hukum semacam ini harus dikerahkan.

Hati-hati, untuk pihak-pihak manapun juga didalam KPK yang patut dapat diduga ikut merasa terancam kalau kasus korupsi yang “masih malu-malu” memperlihatkan diri dibalik kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Jangan ada yang menghalangi langkah POLRI mengusut dan menuntaskan masalah ini !

Jangan juga ada yang sok hebat dan jadi doyan membunuhi siapa saja yang dianggapnya bisa membongkar kasus korupsi yang patut dapat diduga dilakukan secara “berjamaah” alias ramai-ramai menikmati.

Serta jangan coba-coba menteror dan melakukan intimidasi kepada media massa yang memberitakan ini.

Mau apa ? Mau membunuh lagi kalau ternyata sangat panik dan gemetaran akibat hebatnya rasa takut yang mendera ? Lho, memeras mau, membunuh mau, tetapi kenapa pada lari dari tanggung-jawab saat POLISI menjalankan tugasnya untuk menegakkan hukum ?

https://i0.wp.com/17.media.tumblr.com/cJkq8WM169i6mzux2Kb1XDDa_400.jpg

KATAKAMI menyampaikan sebuah kelakar yang sebenarnya penuh ironi kepada seorang sahabat baik yang begitu mulia hatinya karena tetap setia mendukung tugas-tugas kewartawanan dan menyampaikan karya-karya jurnalistik yang menyuarakan kebenaran serta keadilan. Kami katakan seperti ini :

“Kalau ada eksekutor pembunuh yang mau dikirim lagi oleh siapapun karena sok jago di negara itu, sebaiknya eksekutor itu dilempar secepatnya pakai sepatu ke arah mukanya. Pasti si eksekutor pembunuh itu terkejut. Disaat dia terkejut, senjata api yang ditangannya itu kita suruh untuk dia arahkan ke mukanya sendiri. Diarahkan saja ke biji matanya lalu tarik pelatuknya. Tunggu dalam 5 sampai 10 detik, coba tanya kepada eksekutor itu. Enak atau tidak rasanya ? Masih hidup atau tidak ? Jangan sok jago di negara ini. Sedikit-sedikit mau main bunuh. Yang menjadi makelar pembunuhan ala mafia seperti ini, memang pantas dihukum mati. Manusia biadab yang menjalankan praktek bisnis pembunuhan massal ala mafia di sebuah negara yang berlandaskan hukum dan Pancasila. Apakah rakyat Indonesia mau menerima dan memaafkan, jika ada makelar pembunuhan yang menghalalkan bisnis penghilangan nyawa orang lain secara komersial, waduh sadis sekali. Ditangkap saja manusia biadab semacam ini, lemparkan saja ke penjara dan jika nanti diadili maka orang pertama yang harus dituntut mati adalah makelar pembunuhan ini !”.

Semua pihak, tentu sebaiknya bersabar dan memberikan kesempatan kepada POLRI untuk menangani kasus ini sebaik-baiknya.

Berkali-kali, kamipun terus mengatakan bahwa katakanlah yang benar itu benar, dan yang salah itu salah !

Dan kepada salah, jangan anda katakan bahwa yang benar itu salah, dan anda sebagai pihak yang salah malah menjadi pembenaran sendiri !

Berani berbuat, harus berani dan memang wajib bertanggung-jawab, BOSS ! Emangnya ente kira, negara ini punya nenek moyang ente, atau ente kira negara ini hutan belantara sehingga yang bisa diterapkan adalah HUKUM RIMBA ?

Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pancasila. Di sebuah negara hukum, tidak dibenarkan main hakim sendiri dan berpesta pora melakukan hajatan korupsi yang sangat memalukan secara terus menerus dengan gaya sangat RAKUS.

Awas, diam ditempat, jangan ada yang coba-coba lagi main bunuh, main teror, main serang dan melakukan tindakan membabi-buta yang patut dapat diduga dilakukan karena sangat ketakutan diseret muka.

Jangankan ke muka hukum, mendapatkan VONIS MATI pun memang sangat amat pantas !

POLRI, jangan ragu untuk menangani dan menuntaskan kasus ini.

Kejaksaan Agung, bahkan sudah menyiapkan segala persiapan yang terbaik dalam menangani kasus ini. Kepala Pusat Penerangan & Hukum Kejaksaan Agung Jasman Panjaitan, kabarnya akan ditunjuk sebagai Ketua Tim Jaksa Penuntut Umum yang akan menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.

Setiap perkembangan dalam proses penyidikan yang ditangani Kepolisian, terus dimonitor oleh Kejaksaan Agung agar dalam prakteknya nanti semua proses persidangan bisa berjalan baik sebagaimana mestinya.

Dan menunggu proses penyidikan ini selesai dilakukan, siapapun juga pejabat yang ada di negeri ini yaitu dari tingkat menteri, direktur-direktur BUMN, gubernur, bupati, wali kotamadya dan siapapun juga yang memang selama kurun waktu 1,5 tahun ini pernah diminta untuk menyerahkan sejumlah agar kasus hukum tertentu yang menyangkut para pejabat ini tidak dinaikkan penanganannya dalam penanganan korupsi, sebaiknya mau memberikan kesaksian dan bukti-bukti yang sangat kuat.

Percayalah, hukum akan memberikan jaminan dan perlindungan kepada siapapun korban pemerasan.

Datanglah, tidak usah kelihatan dan benar-benar harus sangat dirahasiakan dari semua pihak (terutama dirahasiakan dari pihak PEMERAS, termasuk dirahasiakan dari semua media massa).

https://i0.wp.com/www.hinamagazine.com/wp-content/uploads/2009/02/metro.gif

Sampaikan kepada POLDA METRO JAYA, atau langsung ke MABES POLRI, bahwa anda adalah korban pemerasan periode kepemimpinan AA di KPK.

Jangan takut. Jangan ragu. Datang, datanglah, temui aparat KEPOLISIAN. Anda pasti mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum karena patut dapat diduga korban pemerasan ini sudah sangat mengerikan banyaknya dan jumlah nonimal uang yang diberikan.

Jadi, mari kita singkirkan dulu semua kisruh pemberitaan soal seks, asmara, selingkuh atau hal-hal percintaan ala film India.

Tidak ada urusan percintaan dan asmara segitiga atau sepuluh dalam kasus pembunuhan ini karena patut dapat diduga dibalik kematian Almarhum Nasrudin Zulkarnaen hanya terdapat indikasi tentang satu hal yaitu K O R U P S I !

Janganlah ada yang mendayu-dayu, merengek-rengek dan menyetel wajah dengan sangat sedih sekali bahwa seolah-olah di negara ini masyarakatnya penuh teror dan sangat kejam menyudutkan keluarga pejabat yang kepentok pada masalah hukum.

Bukan apa-apa, rasanya kami saja malu saat diberitahu ada seorang Nyonya Pejabat datang ke rumah PARANORMAL Ninuk di wilayah Krukut Jakarta Selatan akhir tahun 2008 lalu dengan berpura-pura menjadi orang cacat.

Nyonya Pejabat itu, diutus sang suami untuk meminta pertolongan agar dilakukan pertunjukan sulap sangat canggih untuk menjatuhkan sejumlah PEJABAT yang dianggap menghalangi sang suami. Ikut juga dibawa saat kedatangan Nyonya Pejabat tadi, sebuah cincin mewah bertahtakan puluha berlian sangat mahal agar “dicuci, dibersihkan dan diisi” untuk semakin memberikan kekuatan perlindungan.

Aduh … mengerikan sekali ! Kita seakan tidak beragam dan mengecilkan arti “Ke-Tuhanan Yang Maha Esa”. Satu-satunya kekuatan yang harus kita percayai dan kita andalkan adalah kekuatan Tuhan.

Bukan, kekuatan gaib atau perdukunan.

https://i0.wp.com/www.grit-page.net/bf/leona/salute.gifhttps://i0.wp.com/www.grit-page.net/bf/leona/salute.gifhttps://i0.wp.com/www.grit-page.net/bf/leona/salute.gifhttps://i0.wp.com/www.beau.k12.la.us/sbe/images/animated_goat.gif

Tabik Pak Polisi, kami dukung menangani semua kasus hukum yang meresahkan masyarakat Indonesia agar kasus ini jangan menjadi preseden buruk bagi Pejabat Tinggi atau pihak mana saja di Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan apapun.

Main tembak, main bunuh, … ada juga yang main santet. Busyet deh. Tobat-tobat.

Tabik Pak Polisi, jangan ragu menggayang bandit-bandit dan penjahat-penjahat biadab yang mempunyai bisnis penghilangan nyawa orang lain tetapi melemparkan kesalahan kepada pihak lain untuk jadi kambing hitam.

Kambing bandotnya dong yang ditangkap, jangan kambing hitam ! Embek … !

(MS)

Duet BHD & Makbul Hambat Regenerasi POLRI, Siapkan Kader Yang Bukan Beking Bandar Narkoba, Penyadapan Ilegal, Mafia Pembunuhan & Kejahatan IT Pemilu

Filed under: news, polri — katakaminews @ 16:42

https://i0.wp.com/www.nacd.gov.kh/enw/image/animation02.gifhttps://i0.wp.com/data5.blog.de/media/886/3378886_c06894b653_s.gif

Dimuat juga di WWW.KATAKAMI.COM


Jakarta 10/7/2009 (KATAKAMI)  Waktu terus berpacu dan tak terasa sudah memasuki bulan ke-7 dalam tahun 2009 ini. Ada satu yang barangkali terlupakan tetapi sangat menarik untuk dicermati. Pucuk pimpinan POLRI atau yang dikenal juga dengan istilah TRI BRATA 1, kini berada di persimpangan jalan. Apakah kepemimpinan Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) akan segera diganti mengingat angkatannya termasuk angkatan “tertua” yang kini masih aktif di jajaran Kepolisian. Walaupun dari segi usia, BHD cukup beruntung karena sesuai dengan UU Kepolisian yang mengatur batas usia pensiun bagi polisi yaitu 58 tahun, BHD baru akan pensiun pada tahun 2010 mendatang. Ya memang, masalah pergantian Kapolri ini sepenuhnya menjadi hak prerogatif Presiden.

Tetapi, yang tidak boleh diabaikan disini adalah MERIT SYSTEM yaitu metode pembinaan karier berdasarkan sistem prestasi. Salah satunya adalah berprestasikah POLRI dalam menangani masalah NARKOBA. Sebab patut dapat diduga, ada PERWIRA TINGGI POLRI berinisial GM yang patut dapat diduga menjadi BEKING bandar narkoba Liem Piek Kiong (Monas) dan sama sekali tidak tersentuh samasekali oleh pemeriksaan INTERNAL POLRI & proses hukum.
https://i0.wp.com/3.bp.blogspot.com/_en00EqTEiEY/SOJXa053gJI/AAAAAAAAAck/gUXQ6ETh2s0/s200/kapolri.jpg

Tak cuma masalah PRESTASI saja yang patut diperhitungkan jika hendak memilih kandidat KAPOLRI (bahkan WAKAPOLRI). Angkatan dari kandidat Kapolri yang akan diangkat dan rekam jejak secara keseluruhan sepanjang menjadi polisi juga perlu diperhitungkan.

Yang nyata-nyata bermasalah dengan HUKUM — misalnya menjadi BEKING bandar narkoba dan terlibat dalam dalam jaringan MAFIA pembunuhan yang dikomersialkan — sangat tidak layak untuk diperhitungkan sebagai kandidat Kapolri dan Wakapolri.

Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002, Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Artinya, “restu” dari parlemen mutlak ada pada kandidat Kapolri yang diajukan pemerintah.

Pasal 11

(1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.

(3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.

(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

 

http://redaksikatakami.files.wordpress.com/2009/03/1-jusuf-mangga1.jpg

Irwasum POLRI Komjen Polisi Jusuf Manggabarani (1975)

Kapolri Jenderal BHD, seangkatan dengan Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Makbul Padmanegara yaitu sama-sama dari Angkatan 1974.

Makbul tak dapat menolak “takdir” karena ia akan segera tersingkir dari struktur kepemimpinan POLRI. Makbul dilahirkan Di Bandung, 30 Desember 1951.

Artinya, sesuai dengan UU Kepolisian maka mantan Kapolda Metro Jaya ini akan pensiun per tanggal 1 Januari 2010. Dominasi angkatan 1974 dalam struktur kepemimpinan POLRI ini, jelas sangat tidak sehat bagi berjalannya tongkat estafet kepemimpinan POLRI yang merujuk pada pentingnya REGENERASI.

Harusnya, kalau Presiden di Indonesia memang bijaksana dan mengerti tentang pentingnya REGENERASI maka sudah sejak jauh-jauh hari disadari bahwa dominasi satu angkatan semata dalam struktur kepemimpinan POLRI seperti “potret wajah POLRI” era kini, sangat tidak sehat bagi kemandirian dan profesionalisme POLRI.

Dua kali berturut-turut, Makbul gagal dipilih oleh kepala negara untuk menjadi Tri Brata 1. Tetapi sebanyak 2 kali itu pula, Makbul seakan tetap keukeuh bertahan dalam jabatannya.

Sumber KATAKAMI menyebutkan bahwa sebenarnya menjelang penghujung tahun 2008 lalu, Makbul sudah akan digeser untuk menempati posisi baru sebagai Dirjen Bea & Cukai.

Tetapi — masih menurut sumber — Makbul mendadak ingin mengundurkan diri yaitu dengan mengajukan pensiun dini. Niat Makbul itu akhirnya tak dilakukannya tetapi dengan “win-win solution” diberikan kesempatan untuk terus “menguasai” kursi Tri Brata 2.

Pada kepemimpinan Jenderal BHD inilah, POLRI seakan menjadi ajaib semua sistem pengangkatannya.

Bagaimana tidak ajaib ?

Kapolri dan Wakapolri dikuasai hanya oleh ANGKATAN 1974. Dan pada posisi Kepala Badan Reserse & Kriminal (Bareskrim) POLRI, ujug-ujug atau tiba-tiba Jenderal BHD main tunjuk saja dengan mengangkat perwira tinggi dari angkatan 1977 yaitu Komisaris Jenderal Susno Duadji. Dua angkatan sekaligus DIBERANGUS dengan adanya pengangkatan atas diri Susno Duadji yaitu angkatan 1975 dan 1976.

Sumber KATAKAMI yang lain menyebutkan bahwa penunjukan Susno ini atas permintaan Jenderal Sutanto kepada Jenderal BHD.

Seperti pepatah lama,”Untung tak dapat diraih, Malang tak dapat ditolak”, begitulah nasib “titipan” dari Jenderal Sutanto. Bisik-bisik yang beredar menunjukkan ternyata Jenderal BHD berhasil membuat Komjen Susno menjadi “tunduk dan loyal” sepenuhnya kepada Kapolri.

Masuknya nama Susno ke jajaran Bareskrim, sangat dikecam dan memang disayangkan banyak pihak. Sepuluh bulan menduduki jabatan yang sangat prestisius setingkat KABARESKRIM, banyak pihak menilai Susno tak cukup mampu dan tak bisa menciptakan prestasi yang gemilang.

Dari awal kepemimpinannya sebagai Kabareskrim, domain tugas dari mantan Kapolda Jawa Barat ini hanya banyak berkisar razia premanisme semata.

Yang lebih parah lagi, saat kasus rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) bandar narkoba Liem Piek Kiong alias Monas sudah sangat hebat pemberitaannya di berbagai media massa periode Desember 2008 – Februari 2009, Susno sempat menampik dugaan keterlibatan “orang dalam” di lingkungan Bareskrim.

Dengan gayanya yang dinilai kalangan media massa sering “cengengesan” kalau menjawab pertanyaan, Susno yakin pemberitaan itu hanyakan sensasi kalangan media massa sebab tak ada penyidik Bareskrim Polri yang terlibat.

Tapi apa mau dikata, turunnya Tim Irwasum yang dipimpin langsung oleh Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani yang ditugaskan menangani kasus rekayasa BAP bandar narkoba Monas tadi memang menemukan keterlibatan LANGSUNG dari sejumlah penyidik Bareskrim — yang menjadi bawahan dari Komjen Susno Duadji –.

Sayang, hanya 5 penyidik di kalangan bawah saja yang diberhentikan.

Sementara, Komisaris Jenderal Gories Mere yang patut dapat diduga menjadi BEKING bandar narkoba Monas justru tidak tersentuh samasekali oleh proses pemeriksaan internal POLRI dan proses hukum itu sendiri. Perwira tinggi dari angkatan 1976 ini, memang patut dapat diduga erat kaitannya dengan peredaran ilegal narkoba.

Bahkan beberapa tahun lalu, patut dapat diduga Komjen Gories Mere terkait erat dengan PENCURIAN barang bukti sabu 13 kg. Keterlibatan Komjen Gories Mere dalam sindikat narkoba ini, sangat dikecam keras karena tak pantas seorang aparat penegak hukum dibiarkan menduduki sebuah jabatan yang prestisius seperti KALAKHAR BNN tetapi patut dapat diduga menjadi BEKING bandar & mafia narkoba sindikat internasional. Seharusnya, lelaki FLORES ini diperiksa oleh Tim Internal POLRI dan bahkan diajukan sekalian ke muka hukum. Sangat tidak pantas lagi, PEMERINTAH memberikan jabatan apapun kepada pejabat yang patut dapat diduga sangat TERBIASA mencari uang sampingan lewat cara-cara yang kotor tak berharga.

Ada bandar (sekaligus MAFIA) tingkat dunia sekelas Liem Piek Kiong alias MONAS yang saat terakhir ditangkap memiliki lebih dari 1 JUTA PIL EKSTASI, sampai saat ini sudah 3 kali berturut-turut diloloskan dan dilepaskan dari jerat hukum.

Ya memang, ada penangkapan tetapi tak lama kemudian dilepaskan. Nanti ditangkap lagi, tetapi ternyata dilepaskan. Dan saat ditangkap untuk yang ketiga kalinya, tetap saja MONAS diloloskan dan dilepaskan dari jerat hukum. Ini dagelan apa ? Hebat sekali cara-caranya dan Indonesia ini dibuat seperti warisan nenek moyangnya sendiri.

Monas, yang ditangkap di Apartemen Taman Anggrek bulan November 2007 dengan barang bukti 1 JUTA PIL EKSTASI, tidak diajukan ke Pengadilan. Atau tepatnya, Monas dan 4 bandar internasional yang sama-sama diciduk di Apartemen Taman Anggrek itu, sampai detik ini bebas merdeka berkeliaran diluar sana atas BEKING dari “perwira tinggi” POLRI sendiri.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/898/3376898_914dc925ae_m.jpg

Dari 9 orang yang ditangkap di Apartemen Taman Anggrek, hebat betul … yang diajukan ke Pengadilan hanya 3 orang saja dan ketiganya sudah mendapatkan VONIS MATI dari majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada bulan September 2008. Salah seorang yang mendapatkan VONIS MATI itu adalah Cece, isteri dari bandar MONAS.

Kasus MONAS adalah aib yang tak terhapuskan dari jajaran Bareskrim Polri — sejak era kepemimpinan BHD sebagai Kabareskrim sampai ke Komjen Susno Duadji –.

Ya memang, banyak tugas lain di Jajaran Bareskrim yang dilakukan Komjen Susno Duadji sejak diangkat Oktober 2008 lalu tetapi patut dapat diduga memang tak ada satupun yang cukup ampuh dan mampu untuk membanggakan POLRI. Bareskrim yang selama ini sangat gemilang mencetak prestasi-prestasi yang diandalkan POLRI, seakan tenggelam dan redup semasa kepemimpinan Susno.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa BARESKRIM memang harus dipimpin oleh Perwira Tinggi POLRI yang berkemampuan sangat tinggi dalam bidang RESERSE. Tidak bisa sembarang orang masuk ke jajaran ini. Tidak bisa sembarang tunjuk muka kepada orang-orang yang tidak punya latar belakang, kemampuan dan prestasi sebagai RESERSE.

Dan JIKA penilaian tadi memang benar bahwa Susno tak cukup mampu menjadi Kabareskrim maka disinilah letak kesalahan intercvensi sesepuh dalam proses internal Mabes Polri. Ke depan, sudah tak boleh dibiarkan budaya “titip-mentitip” ini dilestarikan.

Sesepuh tetaplah sesepuh. Jangan lagi ada yang merasa berhak untuk mengatur atau mengendalikan proses internal POLRI.

Dan Kapolri, juga tak sepantasnya main tunjuk seperti itu — tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dari kandidat pejabat yang sangat strategis kedudukannya semacam KABARESKRIM –. Jenderal BHD memang dikenal ajaib juga dalam mengangkat atau memindahkan bawahan-bawahannya.

Ini pernah dengan sangat tegas dikritik oleh KATAKAMI yang memang mencermati dengan sungguh-sungguh mengikuti secara dekat bagaimana implementasi kemandirian dan profesionalisme POLRI.

Akibat kritikan itu, Jenderal BHD sangat terpancing dan emosi betul sehingga sempat memasukkan poin ini dalam sebuah pidatonya bulan Februari 2009 lalu. Ia tak merasa bersalah memindahkan bawahan yang baru diangkat seminggu atau sebulan pada posisi yang baru.

Bayangkan saja, ada pejabat yang baru seminggu atau sebulan menempati tugas barunya tetapi sudah dipindahkan lagi oleh Kapolri. Seenaknya saja dan seakan menerapkan gaya “semau gue” dalam mengangkat dan menempatkan polisi-polisi se-Indonesia.

Tapi satu hal yang menjadi kelebihan Jenderal BHD adalah patut dapat diduga ia seakan menjadi “anak yang manis” bagi atasan langsungnya yaitu Presiden SBY.

Banyak pihak menilai, bahwa patut dapat diduga pada era kepemimpinan Jenderal BHD inilah era yang paling buruk dan sangat memprihatinkan dalam hal NETRALITAS POLRI.

Simaklah kembali penilaian dari capres Megawati Soekarnoputri yang disampaikannya secara EKSKLUSIF kepada KATAKAMI.COM hari Rabu (8/7/2009) lalu di kediamanannya kawasan Kebagusan Jakarta Selatan –yang termuat dalam tulisan utama KATAKAMI berjudul :

“Apakah mereka pikir, ini adalah kesuksesan ? Dari sisi mana mereka menilai maka kemenangan ini disebut sebuah kesuksesan dari aparat-aparat yang patut dapat diduga tidak netral itu ? Apakah di hati mereka itu, sudah tidak ada rasa hormat kepada nilai-nilai demokrasi dan hak-hak politik rakyat ? Saya ingin tahu, apakah mereka yakin bahwa rakyat Indonesia ini bisa dibodoh-bodohi terus menerus ? Kasihan mereka” kata Megawati Soekarnoputri secara EKSKLUSIF kepada KATAKAMI.COM yang sepanjang hari Rabu (8/7/2009) berada di kediaman Megawati — baik saat berada di kediamanan jalan Kebagusan Jakarta Selatan atau di Jalan Teuku Umar Menteng Jakarta Pusat.

Jangan dipikir bahwa laporan-laporan dari daerah tidak masuk ke pihak Megawati dan Prabowo Subianto. Bayangkan, patut dapat diduga POLRI menjadi ujung tombak segala kecurangan di berbagai daerah.

Dan Megawati sudah memprediksi sejak awal bahwa keikut-sertaan dirinya sebagai CAPRES akan dijegal dan digagalkan dengan menggunakan KEJAHATAN TEKNOLOGI (IT).

“Kejahatan IT adalah ancaman paling serius dalam Pilpres 2009 ini. Saya tidak mengerti, mengapa seperti ini menegakkan demokrasi ? Tahun 2004, saya telah berhasil menggelar pesta demokrasi yang jujur, langsung, bebas, rahasia dan bermartabat. Presiden Jimmy Carter datang ke Indonesia untuk memantau Pemilu dan beliau juga bertemu langsung dengan saya. Presiden Jimmy Carter menyampaikan pemghargaan bahwa pemerintahan saya telah berhasil menggelar Pemilu pertama yang bersifat langsung. Pemilu apa ini yang sekarang ? Harusnya bisa lebih baik dari Pemilu yang dilakukan oleh pemerintahan saya tahun 2004. Ini justru mundur jauh ke belakang. Jauh lebih buruk dari Pemilu sepanjang Orde Baru yang sudah dapat kita tebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang,” lanjut Megawati.

Ketidak-netralan TNI, POLRI, BIN dan terutama Jajaran Kementerian Kantor Polhukkam sangat menyedihkan dan dikecam keras oleh Megawati.

“Saya ingatkan ya, rakyat itu tidak bodoh. Rakyat itu menilai. Sekarang ini pilihannya ada 2, mau melawan semua kecurangan yang sangat kotor ini dengan cara-cara kekerasan atau dengan jalur hukum ? Bukan sifat saya kalau menggunakan cara-cara kekerasan. Saya anti kekerasan. Tapi apakah mereka yang menjadi aparat itu siap kalau rakyat sudah tidak tahan dan memberontak terhadap semua kecurangan ini ? Apakah mereka menembaki rakyatnya sendiri ? Saya akan katakan, ayo coba tembak rakyatmu kalau berani ! Jangan sakiti rakyat Indonesia. Rakyat ini sudah lelah. Ini Pemilu yang penuh kecurangan” tambah Megawati yang berbicara dengan tenang dan sangat berkharisma.

Dan merujuk pada sikap patuh yang tak seimbang lagi dari figur Jenderal BHD, peluangnya untuk menjadi KAPOLRI tetap besar.

Selain usianya masih memungkinkan untuk tetap menjabat sebagai Kapolri sampai setahun ke depan, patut dapat diduga BHD sudah menunjukkan betapa kuatnya ia menjaga kepatuhan dan kepiawaian dalam melaksanakan petunjuk atau perintah sang atasan.

Kalau BHD masih punya kans dan peluang besar untuk tetap dipakai oleh rezim yang patut dapat diduga lebih Orde Baru dari Orde Baru itu sendiri. Tetapi tidak demikian halnya dengan Makbul Padmanegara. Dalam hitungan bulan, Makbul sudah harus dicarikan penggantinya.

Walaupun UU menetapkan bahwa usia pensiun adalah 58 tahun dan bisa menjadi 60 tahun kalau memiliki keahlian khusus, Presiden tak perlu menunggu sampai Makbul benar-benar pensiun per tanggal 1 Januari 2010.

https://i0.wp.com/www.hastok.net/foto/polri.jpeg

Koordinasi antar Kapolri dan Wakapolri dalam mengendalikan keamanan nasional untuk masa libur dan hari besar Natal & Tahun Baru (Desember 2009 – Januari 2010), memerlukan figur Wakapolri yang sudah harus menempati kursi jabatannya itu jauh hari sebelumnya.

Tak mungkin mengganti seorang Wakapolri disaat Indonesia sedang dalam masa libur panjang dan hari besar keagamaan seperti itu.

Apalagi, jika pada akhirnya ambisi kuat Susilo Bambang Yudhoyono untuk melanggengkan kekuasaannya ini tercapai dari hasil Pilpres 2009 maka otomatis konsentrasi terbesarnya adalah menyusun kabinet baru. Tetapi, struktur dan komposisi kepemimpinan di tubuh POLRI tak bisa di-anak-tirikan.

Tak ada salahnya kalau dari sekarang sudah dipikirkan dan dipertimbangkan, siapa kira-kira yang bisa ditunjuk sebagai Wakapolri baru. Bahkan kalau perlu, diganti sekaligus satu paket yaitu Kapolri dan Wakapolri demi penyegaran organisasi. Angkatan-Angkatan tua sudah saatnya dibersihkan dan memberikan kesempatan kepada ANGKATAN lebih muda.

Kalau pucuk pimpinan tetap saja dikuasai oleh Angkatan-Angkatan tua maka regenerasi di tubuh POLRI akan mandeg, macet dan tersumbat. Kemandirian dan profesionalisme POLRI hanya akan jalan ditempat yaitu patut dapat diduga POLRI hanya sibuk melakukan dan melaksanakan perintah-perintah otoriter yang mengingkari prinsip NETRALITAS tadi.

Reformasi birokrasi yang digaungkan oleh POLRI, juga harus dimaknai dengan dilakukan PENYEGARAN-PENYEGARAN. Tapi apapun pandangan dan opini yang disampaikan, keputusan terakhir tetap di tangan kepala negara.

Masih membutuhkan “anak manis” yang bisa diatur dan dikendalikan seturut keinginan penguasa ?

Atau membutuhkan TRI BRATA 1 yang cakap, berintegritas tinggi, cerdas dalam arti yang sesungguhnya dan PROFESIONAL? Biar bagaimanapun, POLRI bukan cuma milik penguasa semata.

POLRI, adalah bagian yang tak terpisahkan dari urat nadi bangsa dan tarikan nafas rakyat Indonesia.

POLRI, adalah pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

(Teorinya sih begitu, tapi belakangan ini prakteknya sangat mengecewakan banyak pihak). Mau sampai kapan, POLRI menjauhkan diri dan membuat jurang yang sangat dalam dengan rakyat Indonesia yang memang sangat amat MENCINTAI POLRI ?

Kepada siapa, rakyat Indonesia meminta perlindungan — terutama yang sesuai dengan nilai-nilai hukum, HAM dan kemanusiaan — kalau bukan kepada POLRI ?

Angkatan 1974, bukan cuma dianggap sebagai angkatan “tertua” semata tetapi patut dapat diduga menjadi angkatan yang menyakiti dan mengecewakan hati rakyat Indonesia secara berkepanjangan terkait masalah NETRALITAS POLRI.

Sehingga, wajarlah jika banyak pihak yang dengan sangat haru dan pilu hendak bertanya, “Kemana perginya ketulusan hati, keluhuran budi dan kuatnya kebersatuan jiwa POLRI dengan rakyat Indonesia selama ini ?”.

Barangkali, memang benar yang dikatakan sebuah pepatah lainnya yaitu, TAK ADA YANG ABADI DIDUNIA INI, KARENA YANG ABADI HANYALAH KEPENTINGAN !

 

 

(MS)

01/07/2009

Tontonan Babak Dua Debat Cawapres Ala Penilaian Idol Dan Ingat Pesan Megawati, "AMANKAN SUARA RAKYAT PADA PILPRES 2009 !"

Filed under: Jusuf Kalla, megawati soekarnoputri — Tag:, , , , — katakaminews @ 10:14

https://i0.wp.com/www.pemiluindonesia.com/wp-content/uploads/2009/06/cawapres.jpg

TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM & Dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.WORDPRESS.COM

Jakarta 1/7/2009 (KATAKAMI)  Persis sepekan menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum Pemilihan Presiden (PILPRES) 2009, Selasa (30/6/2009) malam dilaksanakan Debat Cawapres yang ditayankan di media pertelevisian. Paling tidak, topik pendidikan dan kesehatan — khususnya visi tentang perlu tidaknya memerangi rokok — sangat mendominasi debat itu sendiri. Lumayanlah, paling tidak masyarakat Indonesia dapat menyaksikan “isi kepala” dari masing-masing kandidat Cawapres ini.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ketiga kandidat Cawapres itu telah tampil dengan maksimal.

Walaupun, tak ada bedanya debat itu sendiri dengan panggung festival permusikan kelas INSTAN di televisi yaitu pertarungan “IDOL”. Seperti apapun HEBRING-nya si peserta IDOL, keputusan mutlak tentang siapa yang berhak menjadi pemenang IDOL adalah jumlah sms yang masuk.

Jadi ya, tak perlu kecil hati bagi siapapun kandidat itu yang perolehan SMS-nya jauh dibawah seorang kandidat yang perolehan SMS-nya menjulang tinggi bagaikan puncak gunung.

Bobot jawaban dari ketiga kandidat itu, relatif sangat BAGUS dan sama KUAT.

https://i0.wp.com/farm4.static.flickr.com/3408/3634510829_5f85788c69.jpghttp://mardoto.files.wordpress.com/2009/05/jk_win.jpg

Malah kalau mau jujur, Jenderal Wiranto sebagai Cawapres dari Capres M. Jusuf Kalla, bisa tampil lebih rileks dengan senyum yang menandakan ia menguasai “KEMBALI” panggung debat itu. Wiranto mampu dan bisa dibilang sangat piawai untuk mensosialisasikan agenda dari pasangan JK – Win ini dengan slogan “LEBIH CEPAT LEBIH BAIK” dalam membawa Indonesia ke arah yang lebih mandiri dan lebih baik.

Tetapi, bukan berarti Prabowo Subianto gagal menguasai panggung. Latar belakang kemiliteran dari Mas Bowo yang adalah PASUKAN TEMPUR — yaitu dari Pasukan Elite KOPASSUS — membentuk karakter kepribadiannya tak bisa melepaskan dari kesan yang tegas.

https://i0.wp.com/www.republika.co.id/images/news/2009/01/20090129174937.jpghttps://i0.wp.com/data5.blog.de/media/181/3381181_3041187001_m.jpg

Dari isi jawaban yang disampaikannya, Mas Bowo juga berhasil membuktikan bahwa ia mengetahui banyak yang sangat mendasar di tengah masyarakat yaitu mana yang sangat merugikan rakyat dalam kehidupan nyata sampai saat ini dan apa yang kira-kira baik untuk dilakukan bagi kehidupan masyarakat. Agenda yang PRO RAKYAT memang ditawarkan pasangan Capres Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.

Waktu yang berpacu akan segera mengantarkan bangsa Indonesia ke puncak pesta demokrasi tahun 2009 ini. Tepat tanggal 8 Juli mendatang, Indonesia akan menggelar Pemilu PILPRES 2009 untuk memilih siapa PRESIDEN berikutnya dari Indonesia dengan masa bakti kepemimpinan 5 tahun yaitu 2009 – 2014.

https://i0.wp.com/prabowosubianto.info/v2/wp-content/uploads/2009/06/logo_splash1.jpg

Dalam kampanye akbar terakhir di GELORA BUNG KARNO hari Selasa (30/6/2009) siang, Capres Megawati Soekarnoputri berpesan dengan lantang : “AMANKAN SUARA RAKYAT !”.

Kata AMANKAN, adalah perintah resmi dari seorang Ketua Umum DPP PDI Perjuangan kepada seluruh massa fanatiknya di seluruh Indonesia. Dan sebagai HARAPAN, dari seorang pemimpin atau tokoh nasional yang akan maju ke panggul pertarungan PILPRES agar rakyat Indonesia sangat mewaspadai dan mengantisipasi segala bentuk KECURANGAN.

Ingat, kecurangan itu bukan sekedar fantasi, ilusi atau halusinasi. KECURANGAN itu nyata-nyata terjadi dan ada dalam catatan sejarah bangsa Indonesia yaitu saat pelaksanaan PEMILU LEGISLATIF 2009. Disana-sini terdapat kecurangan dan rakyat yang dirugikan seakan dipaksa untuk terima nasib.

Dari angka yang semula diperkirakan sekitar 40 juta rakyat Indonesia yang TIDAK BISA IKUT MEMILIH, langkah yang bijaksana adalah dengan mengikuti temuan resmi Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (KOMNAS HAM) bahwa ada 20 JUTA RAKYAT INDONESIA yang dirampas hak demokrasi / hak memilihnya pada Pemilu Legislatif 2009.

https://i0.wp.com/www.id.finroll.com/admin/modul/body/berita/images/pilpres_2009.bmp

Artinya, kecurangan yang penuh KELICIKAN itu terjadi hanya 3 bulan yang lalu.

Wajar, Megawati sudah dari jauh-jauh hari meminta semua pendukungnya, dan semua rakyat Indonesia untuk mewaspadai terulangnya kembali KECURANGAN-KECURANGAN itu. Tak usahlah ada yang gelap mata untuk memaksakan sebuah KEMENANGAN.

Vox Populi Vox Dei. Suara Rakyat Adalah Suara TUHAN.

Itu jugalah yang berlaku bagi prinsip-prinsip demokratisasi.

Hargai pilihan rakyat. Semua aparat pemerintah, yang patut dapat diduga bisa dan mampu menjungkir-balikkan nilai-nilai demokrasi harus diingatkan dari sekarang bahwa rakyat tidak akan tinggal diam kalau misalnya KECURANGAN-KECURANGAN yang sangat tidak bermoral akan terulang kembali.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/873/3446873_295665001c_s.gif

Sekali lagi, hargai pilihan rakyat. TNI, POLRI, Badan Intelijen Negara (BIN), dan siapapun perangkat pemerintahan, tolong tunjukan itikat baik anda semua dengan satu permintaan : LAKSANAKAN TUGAS DENGAN MENJALANKAN NETRALITAS.

Saatnya Indonesia akan segera memilih pemimpin baru yang sungguh-sungguh diharapkan membawa negeri ini ke arah yang jauh lebih baik. Mata dunia akan terarah pada Indonesia persis pada tanggal 8 Juli 2009 mendatang.

Mampukah Indonesia menunjukkan dan membuktikan bahwa kita — sebagai sebuah BANGSA — sudah jauh lebih beradab, lebih dewasa dan lebih matang dalam berdemokrasi.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/938/3412938_fa7416d2fc_s.gif https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/937/3412937_b4a021649e_s.jpg

Atau, justru MUNDURRRR jauh sekali ke belakang.

Tentukan pilihan, demi Indonesia yang lebih baik.

Tentukan Indonesia, demi Indonesia yang lebih manusiawi.

Tentukan pilihan, demi Indonesia yang lebih santun dan lebih beradab.

Dengan satu muara pengabdian yaitu membawa rakyat Indonesia pada kehidupan yang mengubah total semua bentuk kehidupan menjadi murah, mudah, nyaman, aman dan … tidak penuh kecurangan atau kemunafikan !!!

(MS)

30/06/2009

6 Bulan Pra Penutupan Guantanamo, Perkuat Dukungan Pada OBAMA Walau Sakit Latah Lawan Politik Kian Kronis (PS : Ora Et Labora, Barry)

Filed under: barack obama, gitmo, guantanamo, iran, israel, katakami, white house, world news — katakaminews @ 16:40

APTOPIX US GUANTANAMO BAY TRIBUNALS

TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM & Dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.WORDPRESS.COM


Jakarta 30/6/2009 (KATAKAMI) Tak terasa 6 bulan sudah berlalu dari tahun 2009 ini. Artinya, 6 bulan ke depan adalah tenggat waktu bagi Presiden Barack Hussein Obama untuk merealisasikan penutupan penjara Guantanamo. Paling lambat, Januari 2010 penjara warisan Presiden “bermasalah” Bush itu harus segera ditutup — sesuai dengan janji Presiden Obama di hari pertama ia resmi menjadi Presiden AS yang ke-44.

Memang tak mudah menjadi politisi muda yang berkharisma dan bertalenta besar seperti Obama. Disana-sini, ia mendapat batu sandungan yang sering sangat mengejutkan gaungnya. Bagaimana tidak terkejut, sebab terkadang isu atau topik yang tak ada relevansinya dengan Obama justru dipaksakan untuk menjadi alat pemukul bagi Obama.
https://i0.wp.com/a.abcnews.com/images/International/obama_ahmadinejad_090525_mn.jpg

Kekisruhan masalah politik di Iran misalnya. Jika ada sebuah negara yang gagal menegakkan proses demokratisasi di negara mereka sehingga timbul perlawanan yang “revosulioner”, apakah itu menjadi tanggung jawab Obama ?

Apakah itu menjadi tugas pokok dari seorang PRESIDEN AMERIKA SERIKAT untuk secara cepat secepat-cepatnya direcoki, ditekan dan dicampuri ?

Semua pertanyaan ini, jawabannya sama yaitu TIDAK.

Presiden Obama jangan dikaitkan dan didorong-dorong untuk menjadi pemimpin yang bermulut ember yang secepat kilat menyambar berkoar-koar mencampuri urusan dalam negeri orang lain.

Tetapi, jika memang sudah tiba saatnya dan dianggap tepat untuk memberikan respon, Obama sudah dengan sendirinya memberikan pernyataan resmi.

Oke, mari sejenak kita ingat saat terjadi serangan militer Israel di jalur GAZA — pasca serangan bertubi-tubi ratusan mortir HAMAS persis di malam natal 2008 –. Saat itu, Obama memang sudah menjadi Presiden Terpilih AS. Ia didorong-dorong dan seakan dipaksa untuk menganggap kabinet Bush tak berfungsi lagi sehingga perlu memberikan keterangan resmi.

Saat itu, kuatnya tekanan tetap tidak mengubah prinsip kepatutan dan kebenaran yang dipegang Obama. Walaupun ia memang Presiden Terpilih tetapi secara konstitusi PRESIDEN AMERIKA SERIKAT masih tetap di tangan George Walter Bush. Kalau Obama berbicara juga, maka akan tumpang tindih semua pernyataan yaitu ada atas nama Presiden AS dan ada juga atas nama Presiden Terpilih AS. Obama memilih untuk “tenang” walaupun sebenarnya ia sangat memonitor dari dekat perkembangan di Jalur Gaza.

Barulah setelah ia dilantik, atas nama Presiden AS … Obama memberikan keterangan resmi terkait konflik bersenjata di Jalur GAZA.

https://i0.wp.com/www.aclu.org/safefree/detention/gitmo_logo_sm.gif

Yang belakangan ini terjadi di AS adalah gerakan-gerakan politik yang mulai tidak terkendali dari lawan-lawan politik Obama di partai “seberang”.

Ditolaknya anggaran penutupan penjara Guantanamo (GITMO) dan baru-baru ini kecaman keras karena Obama tidak mau terlalu dini “berbicara keras” mengenai kekisruhan politik di Iran. Didalam dunia ini, memang tidak ada yang abadi sebab yang abadi itulah hanyalah kepentingan. Termasuk kepentingan politik (sesaat).

Tetapi  apakah lantas, atas nama kepentingan politik dari partai Republik maka semua isu apa saja dihalalkan untuk “menghajar” Obama ?

Serangan politik sepertinya sudah tidak rasional lagi.

https://i0.wp.com/npram.com/images/100_743_US_Flag_animated.gif

Nasionalisme sebagai rakyat AS, seakan sudah tidak ada di dada para politisi partai Republik. Mereka seakan menikmati kalau berhasil menciptakan batu sandungan atau mempermalukan Obama.

Entah dari sisi mana dari semua manuver politik itu, yang pantas disebut KENIKMATAN. Sebab, sama sekali semua manuver politik itu bukanlah KENIKMATAN.

Mata dunia menyaksikan bahwa ada indikasi permainan-permainan politik yang mesti segera diluruskan. Seharusnya, atas nama rasa KEBANGSAAN siapapun juga dan berasal dari partai politi atau golongan apapun juga, semua mesti sepakat mendukung Presiden mereka.

Obama dipilih oleh mayoritas rakyat AS untuk menjadi Presiden AS dan bukan untuk menjadi Presiden di negara lain. Sehingga dengan sendirinya, harus rakyat AS jugalah yang wajib membangun, memelihara dan terus memperkuat dukungan untuk Obama dalam melaksanakan kabinet pemerintahannya.

Belum apa-apa. sudah digedor-gedor dan diserang sana-sini. Dan yang menggedor atau menyerang itu, anehnya dari dalam negeri AS sendiri — khususnya dari lawan politik yang memang sudah kalah pada penyelenggaraan Pemilu Pilpres AS bulan November 2008 –.

Belum ada perkembangan terbaru yang keluar dari WHITE HOUSE (Gedung Putih) terkait rencana penutupan Guantanamo — pasca penolakn anggaran penutupan GITMO –.

Memang, Obama pernah sekilas mengatakan akan tetap melaksanakan rencana penutupan itu.

Yang jadi pertanyaan adalah, darimana anggaran yang bisa dialokasikan dalam kabinet Obama untuk membiayai rencana penutupan GITMO ? Apakah ada pos anggaran yang “siap setiap saat” untuk digeser menjadi anggaran penutupan GITMO ? Kalaupun ada anggaran di bidang lain yang bisa “dipinjamkan dulu” untuk menalangi dana penutupan GITMO, apakah itu tidak akan mengganggu pos anggaran bidang lainnya ?

Masih perlu kesabaran untuk bisa mengetahui apa saja langkah dan kebijakan Obama yang akan diambilnya untuk mengatasi semua ini.

https://i0.wp.com/www.timesonline.co.uk/multimedia/archive/00430/obama_bush_pano_430769a.jpg

Penutupan GITMO, adalah sesuatu yang pasti akan dilaksanakan. Walaupun ada suara-suara yang memojokkan dari mantan-mantan pemimpin yang sudah berlalu masanya.

Sok sinis dan sok mencerca. Sok tahu dan sok mengecam.

Perang melawan teror, bukan dengan cara melakukan kejahatan kemanusiaan yang brutal dan jelas-jelas melanggar hukum.

Perang melawan teror, bukan dengan cara memaksakan sesuatu yang salah dan fatal — sehingga kehormatan dan martabat AS juga menjadi guncang dan ikut terkorbankan selama ini.

Bukan begitu caranya jika ingin melindungi rakyat AS.

https://i0.wp.com/brightcove.vo.llnwd.net/d7/unsecured/media/44140130/44140130_17110605001_0320dv-pol-obama-iran-SJ-s260608AT1VW104.jpg

Satu hal yang sangat mendasar untuk disadari oleh para mantan pemimpin yang sudah berlalu masanya, cara terbaik untuk melindungi rakyat AS dari serangan teror adalah dengan memberikan dukungan kepada kabinet Obama.

Dukung Obama melaksanakan program dan kebijakan terbaiknya sehingga realisasi dari semua pelaksanaan program dan kebijakan itu akan segera dirasakan hasil terbaiknya oleh rakyat AS.

Presiden Obama harus sangat cermat melaksanakan penutupan penjara GITMO.

Anggaran yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Obama harus memastikan bahwa anggaran yang akan digunakannya untuk menutup penjara GITMO — pasca ditolaknya anggaran itu — harus anggaran yang benar-benar aman untuk digunakan kabinet Obama.

Artinya, janganlah nanti justru jadi amunisi baru bagi lawan politik untuk memojokkan Obama. Serangan-serangan politik itu, sudah sangat tidak sehat karena modusnya selalu sama yaitu menggelindingkannya ke permukaan untuk diperbesar gaungnya di media massa.

Langkah penting Obama melaksanakan rencana penutupan penjara GITMO, sudah saatnya lebih diintensifkan pemantauannya oleh Obama. Ia harus memastikan secara langsung, bahwa perangkat keamanan yang bertugas di lapangan untuk pelaksanaan penutupan ini memang secara berkesinambungan terus melakukan persiapan-persiapan penutupan. Apalagi ini melibatkan juga peran sejumlah negara.

Sistem yang bekerja harus sangat cerdas memanfaatkan sisa waktu yang tersedia. Semua hambatan atau kendala yang masih ada, jangan disembunyikan atau ditunda pelaporannya kepada masing-masing atasan atau pejabat yang bertanggung-jawab untuk menanganinya.

Obama tak perlu berkecil hati atau terganggu jika lawan-lawan politiknya sedang kumat atau terus kambuh dari penyakit kronis kelatahan.

Latah memojokkan. Latah menghambat. Latah mencemooh. Dan latah menyindir.

Sebab sebenarnya, Obama tetap sangat kuat mendapatkan dukungan darimana saja. Cuma, karena lawan-lawan politik itu — namanya juga POLITISI ULUNG YANG LICIK — tahu cara terbaik untuk membesar-besarkan gaung dari penyakit latah mereka tadi yaitu memanfaatkan media massa, maka seakan-akan Obama kehilangan dukungan.

Padahal tidak samasekali.

https://i0.wp.com/www.monasterygreetings.com/productimages/item2568_ora_plaque.jpg

Waktu dan jalan masih sangat panjang bagi Obama untuk melakukan yang terbaik bagi bangsanya, bagi rakyat AS, dan bagi DUNIA.

Dan Obama, pasti … memang akan melakukan yang TERBAIK untuk semuanya itu. Obama juga, pasti … akan mampu melakukan yang TERBAIK.

Jangan ragukan kemampuannya.

Justru, perkuatlah dukungan agar kemampuan yang menjadi talenta besar dalam diri Obama bisa lebih memaksimalkan apa saja yang terbaik yang bisa dilakukan dalam masa pemerintahannya ini.

PS : Ora Et Labora, Barry !

(MS)

LAMPIRAN :

Ketegaran Hati Obama Diuji Oleh Arogansi Rezim Lalu Dan Kini Ada Panggung Lawak Senator Yang Menampik Anggaran Penutupan “Gitmo” Guantanamo


Jakarta 23/5/2009 (KATAKAMI) Jujur saja, dari semua pemimpin dunia yang saat ini memerintah, posisi dan kedudukan Presiden AS ke-44 Barack Obama adalah yang paling “kurang nyaman”. Bukan karena Obama menunjukkan ketidak-mampuannya memimpin atau melakukan kesalahan. Sama sekali bukan ! Obama tetap Obama yang berpikir, bertindak & terus bekerja secara sangat cerdas.

Ia tetap menjadi dirinya, melakukan apa yang dijanjikannya semasa kampanye dulu dan terus melakukan hal-hal yang memang sangat baik untuk kepentingan negaranya. Bahkan di tataran internasional, ia — didukung Hillary Clinton dan perangkat pemerintahan Amerika lainnya, termasuk tentunya didukung Dinas Rahasia CIA dan FBI –, Obama justru mendapat dukungan yang sangat signifikan.

Pemimpin dunia yang selama puluhan tahun dendam kusumat dan darah tinggi kepada AS, mencair dan menghangat sikapnya karena gaya politik Obama yang bersahaja. Ia tak mengemis dan pantang merendahkan diri hanya untuk mendapat dukungan, apresiasi atau “senyuman” dari musuh-musuh besar AS.

Tetapi dengan caranya, Obama berani tampil dan mengubah sejumlah kebijakan yang selama ini sangat mempersulit posisi AS.

Dan mengapa dibagian atas tadi, kami sebutkan posisi Obama yang paling kurang nyaman dibandingkan para pemimpin dunia lainnya ?

Ya, sebab Obama menerima warisan setumpuk permasalahan yang sangat buruk dan memusingkan kepala dari presiden sebelumnya yaitu George Walter Bush.

Apa yang membanggakan dari pemerintahan Bush, jika dikaitkan dengan dampak hebat terhadap harkat, martabat dan kehormatan AS sebagai sebuah bangsa ? Lihatlah kebijakannya mendirikan penjara Guantanamo (GITMO) !

Apa yang bisa dijelaskan sekarang oleh Bush, mantan Wapres Dick Cheney dan anggota Kongres AS yang pada pekan ini menolak pengajuan anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo.

Dari segi angka, anggaran yang diminta tidak terlalu besar untuk sebuah rencana yang “besar”. Anggaran yang diajukan hanya US 80 juta. Sehingga, ketika anggaran ini ditolak maka yang patut dipertanyakan kepada Bush, Cheney, dan Kongres AS yang menolak anggaran itu adalah apa maksud dan keinginan mereka sekarang ? Dan anehnya, walaupun menolak anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo, tetapi Senat Amerika telah menyetujui 91,3 miliar dolar rancangan pengeluaran yang akan membiayai operasi militer di Afghanistan dan Irak.

Para Senator meluluskan rancangan itu hari Kamis (21/5/2009) dengan suara 86 lawan 3.

Sebagian dana itu akan digunakan untuk meningkatkan jumlah tentara di Afghanistan — satu prioritas Presiden Barack Obama. Tetapi, penolakan dana untuk Guantanamo dapat menimbulkan pertentangan dengan presiden, yang telah bertekad untuk menutup sarana itu sebelum awal tahun depan.

Seperti yang dilaporkan Radio Voice Of America (VOA), rancangan Senat itu harus direkonsiliasi dengan 95,7 milyar dolar rancangan pembiayaan perang Dewan Perwakilan Rakyat, sebelum rancangan terakhir dapat diajukan ke Gedung Putih untuk mendapat persetujuan.

Bush dan Cheney, sebaiknya “tutup mulut” dan banyak merenung pada saat ini !

Tidak pantas jika duet kepemimpinan yang sangat amat buruk citranya di mata rakyat AS dan dunia internasional ini, masih banyak bacot alias ngoceh saja mengkritik kebijakan Obama menutup penjara Guantanamo.

Besarnya hujatan dari dunia internasional akibat dampak-dampak hukum, HAM dan kemanusiaan yang timbul dibalik kemisteriusan penjara Guantanamo, adalah dosa yang tak termaafkan dari duet Bush dan Cheney.

Dan sebaiknya, Obama — atau siapa di AS — perlu sangat menyadari bahwa apapun yang terjadi di Guantanamo selama ini yang menjadi pemicu kritikan dan hujatan di bidang hukum, HAM dan kemanusiaan — semua itu bukan salah prajurit militer, petugas atau penyidik yang ada di Guantanamo.

Kesalahan dan tanggung-jawab secara total menyeluruh ada pada Bush dan Cheney !

Sentral utama dari semua kesalahan dan tanggung-jawab itu harus dituntut dari kedua orang ini. Sehingga, Obama dan rakyat AS harus bertanya kepada kedua orang ini, apa mau mereka sekarang setelah semua dampak yang ditimbulkan oleh penjara Guantanamo menjadi sangat TIDAK kondusif bagi AS.

Bush dan Cheney, termasuk juga Senator-Senator yang menolak anggaran penutupan itu , jangan menganggap bahwa mereka adalah pihak yang paling benar, paling tahu dan paling berhak menentukan kemana arah penanganan terorisme demi “NATIONAL SECURITY” atau keamanan nasional bagi AS.

Semua ada masanya, begitu dinasehatkan oleh orang yang bijak.

Ada masa untuk mengatas-namakan perang melawan teror agar bisa melakukan invasi ke sejumlah negara dan “menghajar” siapa saja yang dianggap terkait urusan terorisme.

Tetapi sekarang, ada masa untuk memulihkan dampak dari berbagai kebijakan yang salah kaprah dari pemerintahan Bush dan Cheney. Dan yang menerima warisan tak sedap dari Bush dan Cheney adalah Obama !

Sebenarnya, kalau Obama punya sedikit saja “keisengan atau ketegaan” maka biarkan saja Bush dan Cheney mempertanggung-jawabkan semua kebijakan mereka yang nyata-nyata salah serta melanggar hukum, HAM dan kemanusiaan. Tidak usah dilindungi atau ditutupi.

Mungkin, Bush dan Cheney lupa bahwa saat ini yang memegang kendali dan otoritas penuh untuk mengakses semua data dan dokumentasi kerahasiaan negara ada ditangan Presiden Obama.

Untung Bush dan Cheney hidup di AS sana. Coba kalau mereka hidup di Indonesia sini, maka keduanya tidak bakal bisa hidup tenang dan ongkang-ongkang kaki mengkritik pemerintahan baru. Mereka bisa didemo dan “dihajar” habis-habisan di semua media massa.

Sebab agak aneh dan lucu, jika ada pihak yang menjadi sumber permasalahan dan biang kerok dari munculnya kebijakan yang tidak populer bagi sebuah bangsa sebesar AS, sekarang ini masih punya kepercayaan diri dan begitu nyaring suaranya mengkritik pemerintahan baru yang sangat amat berat tugasnya membereskan semua permasalahan yang timbul akibat “kegilaan” Bush dan Cheney menangani terorisme.

Dan patut dapat diduga, ini adalah permainan politik tingkat tinggi dari lawan politik Obama yang terkalahkan dengan sangat telak pada Pemilihan Presiden bulan November 2008 lalu.

Mengapa disebut permainan politik tingkat tinggi ?

Ya, sebab keputusan menutup penjara Guantanamo adalah kebijakan pertama yang dikeluarkan Presiden Obama pasca pelantikannya bulan Januari lalu. Sehingga, kalau kebijakan maha penting ini menjadi awut-awutan dan terguncang karena tidak adanya persetujuan dalam hal anggaran maka akan mempermalukan Obama.

Tahukah mereka — jika benar dibalik ini semua ada permainan politik tingkat tinggi — bahwa jika patut dapat diduga ada lawan politik yang pro pada rezim dan partai politik yang menjadi “rumah” Presiden George W. Bush ingin mempermalukan Presiden Obama, maka satu hal yang penting disadari bahwa Obama bukan lagi Obama yang dulu.

Obama yang sekarang, adalah pemimpin AS yang sah dan konstitusional.

Obama yang sekarang, adalah ikon dan lambang kedigdayaan AS.

Sehingga, salah besar jika permasalahan negara dicampur-aduk dengan dendam politik atau sikap keras kepala yang terkontaminasi dengan sikap sok tahu, dari sisa-sisa kesombongan yang masih melekat pada Bush, Cheney, pendukung mereka dan Anggota Kongres AS yang tidak menyetujui anggaran penutupan penjara Guantanamo.

Kalau sudah kalah, ya terima saja kekalahan.

Dan harus satu antara kata dan perbuatan.

Jika memang memang sudah kalah, sportif memberikan ucapan selamat dan mengakui kemenangan Obama, maka sepanjang Obama memerintah wajib hukumnya bagi siapapun juga yang menjadi lawan politik Obama untuk memberi dukungan terhadap apapun kebijakan yang positif bagi AS.

Bush dan Cheney, harus malu kepada semua prajurit AS karena akibat kebijakan pemerintahan yang lalu di AS maka penterjemahan pada pelaksanaan taktis dan teknis di lapangan seputar penanganan terorisme menjadi simpang siur.

Sehingga, yang harusnya diakui disini adalah kesalahan soal penanganan terorisme (apapun bentuk kesalahannya), maka itu bukan kesalahan CIA, militer AS atau siapapun yang terkait dalam semua kebijakan keamanan sepanjang Bush menderita sakit paranoid kelas akut dalam menangani terorisme.

Tidakkah disadari, bahwa jiwa raga dikorbankan oleh prajurit-prajurit AS di berbagai medan pertempuran, hanya untuk memuaskan dan menjadi tempat pelampiasan sakit paranoid kelas akut yang diderita Bush ?

Dan soal Guantanamo, inilah yang justru termasuk kesalahan fatal dari Bush.

Jika penjara ini tidak ditutup, lalu apa formula penyelesaian yang oleh Bush dan Cheney dianggap paling baik agar penegakan hukum dalam penanganan terorisme itu tidak menerapkan hukum rimba yang menghalalkan praktek kekerasan ? Coba ditanyakan kepada Bush dan Cheney, apa formula terbaik yang menurut mereka perlu dilakukan ?

Jika mereka tidak menjawab, bagaimana kalau diterapkan cara bertanya dengan metode “WATER BOARDING” yaitu kepala mereka dibenamkan dalam air sampai megap-megap, agar mereka mau menjawab !

Ya, sebab kedua pemimpin ini sudah sangat keterlaluan.

Ketika mereka menjabat dan memerintah, otomatis seluruh perangkat keamanan harus mampu dan dituntut menterjemahkan secara cepat “perintah” dari panglima tertinggi mereka yang sakit paranoid kelas akut tadi.

Ternyata pemerintahan berganti di AS dan partai politik yang menjadi “kendaraan” politisi-politisi yang serumpun dengan Bush, kalah telak pada Pemilihan Presiden AS. Sudah sepantasnya, apapun juga langkah dan kebijakan yang diambil oleh Presiden Obama demi kepentingan rakyat AS memang harus terus didukung.

Kongres AS ibarat sedang melawak diatas panggung perpolitikan.

Anggaran untuk Irak dan Afghanistan disetujui, tetapi anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo tidak disetujui. Entah dimana kecerdasan berpolitik dan moralitas para Senator ini, jika dalam memandang permasalahan sangat pelik — dimana situasi dan kondisi riil di penjara Guantanamo — sudah tak memungkinkan untuk dipertahankan.

Kongres AS ibarat sedang kurang kerjaan dan kurang lahan untuk mencari sensasi.

Akhirnya, yang mau dijadikan sasaran tembak justru Presiden Obama.

Sangat tidak pantas jika seorang presiden yang nyata-nyata sedang berusaha memulihkan dan menyelesaikan persoalan berat yang diwariskan pemerintahan yang lalu, justru dijegal dengan cara seperti ini.

Presiden Barack Obama sendiri sudah menyampaikan dalam pernyataannya baru-baru ini bahwa ia tetap akan menutup penjara militer Amerika di Teluk Guantanamo, Kuba, meskipun ada berbagai kritik di Amerika.

Dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional, Obama mengatakan ia akan menutup kamp tahanan Guantanamo yang diwariskan kepada dirinya mulai menjabat empat bulan lalu.

Obama mengatakan sebagian dari 240 tahanan yang menunggu proses pengadilan akan dikirim ke penjara-penjara Amerika dengan pengamanan sangat ketat dan nantinya akan diadili dalam pengadilan sipil, sementara lainnya akan menghadapi pengadilan militer.

tyle-span”>Menurut Obama, pemerintahannya telah menyetujui pengiriman 50 tahanan ke negara-negara lain.

Lalu, menanggapi semua ini muncul komentar sinis dari mantan presiden Dick Cheney mengatakan dalam pidato hari Kamis di Washington bahwa keputusan Obama untuk menutup pusat tahanan itu dibuat dengan – dalam kata-katanya – “sedikit pertimbangan dan tanpa rencana”.

Kalau kami yang jadi Presiden Obama, maka harusnya dilayangkan pertanyaan sederhana kepada Dick Cheney, “What the hell are you talking about ? Shut up !”.

Komentar sinis itu ibarat tong kosong yang nyaring bunyinya. Sebab, rezim yang menyebabkan seluruh dampak buruk yang kini dihadapi AS, justru masih berani “berbunyi”.

Tetapi yang kini harus dilakukan Presiden Obama adalah tak gentar dan tak surut dalam melaksanakan kebijakan yang telah diambilnya dengan pertimbangan, kecermatan dan memegang teguh prinsip kehati-hatian demi tegaknya hukum, HAM dan kemanusiaan.

Sebagai seorang politisi, Obama tentu sudah menyiapkan dirinya untuk melewati “kerikil-kerikil tajam” yang memang biasa terjadi didalam kehidupan siapapun juga di dunia ini.

Obama, harus tetap menjadi pribadi bermental baja dan meyakini bahwa misi apapun yang diembannya untuk kebaikan bangsa, negara dan rakyat AS, sepanjang membawa misi kebaikan maka akan selalu ada jalan untuk mewujudkannya.

(MS)

29/06/2009

Berpulangnya Superstar Layak Dikenang (In Loving Memory Michael Jackson, Gone But Never Forgotten)

Filed under: Uncategorized — Tag:, , , , — katakaminews @ 13:01

https://i0.wp.com/i717.photobucket.com/albums/ww171/trustngo/sheets%20pics/michael-jackson.gif

TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM dan dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.VOX.COM

Jakarta 29/6/2009 (KATAKAMI) Barangkali kalimat bijak ini dikenal oleh hampir semua orang yaitu “Kelahiran, Perjodohan dan Kematian Manusia Ada Di Tuhan”. Artinya, manusia boleh merencanakan apa saja tetapi Tuhan yang menentukan. Kabar kematian mendadak “KING OF POP” Michael Jackson pada Kamis (25/6/2009) waktu Los Angeles dalam usia 50 tahun.

Perkembangan terbarunya saat ini — seperti yang dilaporkan Antara News — keluarga Michael Jackson berharap agar dilakukan otopsi independen seiring kekecewaan dan kemarahan yang meningkat mengenai saat-saat terakhir hidup tragis bintang musik pop tersebut. Sambil menunggu rencana pemakaman, keluarga Jackson berkumpul di kompleks mereka di Encino, pinggir utara kota Los Angeles.

Akhir pekan lalu, otopsi awal atas atas jenazah “Jacko” belum tuntas dan penyebab akhir kematiannya belum bisa diketahui sampai pemeriksaan toksikologi secara mendalam diselesaikan dalam waktu enam sampai delapan pekan.  Jenazah Jacko diserahkan kepada keluarganya Jumat (26/6/2009) malam, dan disemayamkan di satu tempat yang tak disebutkan.

Pegiat dan politik kenamaan AS Pendeta Jesse Jackson, yang tak memiliki hubungan keluarga dengan bintang pop tersebut, mengatakan pada acara ABC “Good Morning America” bahwa ia pada Jumat telah memberi penyuluhan kepada keluarga Jackson di tempat tinggal mereka.

Hari Minggu kemarin, pihak Keluarga memang sedang melakukan pengaturan pemakaman bagi bintang musik yang meninggal secara tragis itu, sementara polisi dilaporkan menyatakan dokter sang bintang itu “bersih” setelah menanyai dia untuk kedua kali.

Anggota keluarga Jackson dijadwalkan bertemu dengan Pendeta Al Sharpton guna membahas rencana upacara pemakaman  sang bintang yang berusia 50 tahun itu.

Sharpton mengatakan keluarga Jackson sedih dengan laporan media mengenai kematian Jackson yang telah dipusatkan pada masalah pribadi sang bintang seperti tuduhan pelecehan terhadap anak-anak, kemelut keuangan dan perjuangan dengan obat yang diresepkan.

“Mereka ingin saudara mereka diperlakukan dengan layak. Mereka memberitahu saya, `Anda harus tampil  dan membela Michael`,” kata Sharpton kepada New York Daily News.

Michael Jackson memang sebuah penyanyi dunia yang sangat fenomenal. Simaklah semua karya-karya musiknya, terutama saat ia membawakan itu diatas panggung-pangguh megah pertunjukan di berbagai belahan dunia.

Ada sebuah daya magis keindahan yang terkandung karya-karya musik SANG RAJA POP ini.

Daya magis yang konotasinya sangat positif yaitu dampak yang didapat oleh siapapun yang menikmati karya-karya musiknya, pasti memiliki penilaian yang sama bahwa lirik dan suara Jacko saat melantunkan lagu-lagunya sempurna keindahan serta kemerduannya.

Dan berpulang pada para penggemar berat (fans) serta warga dunia yang memang menikmati karya-karya musik Jacko, dari sudut pandang mana ingin mendapatkan hiburan.

Kualitas uara, kekuatan lirik atau performa gaya panggung. Paling tidak dari ketiga faktor itu, Jacko tetap pantas untuk disebut sebagai MAESTRO. Detik pertama saat kabar kematian ini tersebar ke seluruh dunia, berita kematian Jacko menjadi berita utama diseluruh media massa manapun di berbagai belahan dunia. Lagu-lagunya kembali dicari, didengar dan dinikmati secara lebih intensif.

Jika pada perkembangannya, seluruh pemberitaan yang ada pasca kematian JACKO memang bobotnya lebih besar pada pemberitaan dari SISI NEGATIF atau AIB dari JACKO semasa hidupnya, wajar dan sangat manusiawi jika itu menyakiti dan melukai perasaan keluarga besarnya.

Menjadi seorang “SUPERSTAR” sekelas Michael Jackson memang sempurna dan mengagumkan secara luar biasa dalam karya musik serta aksi-aksi panggungnya.

Tapi, pada kehidupan nyata yang dijalani JACKO sepanjang masa hidupnya selama 50 tahun, mayoritas agak kurang enak didengar. Namun setiap manusia, entah itu manusia biasa atau kalangan petinggi, pembesar, pejabat, selebriti dan kalangan “VVIP (Very Very Importan Person), siapapun juga umat manusia didunia semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu yang harus disadari dulu.

Tidak ada manusia yang sempurna sesempurna mungkin karena KESEMPURNAAN SEJATI ada pada Sang Pencipta.

Pihak keluarga tidak kuat dan tidak tahan lagi menerima semua kenyataan yang semakin tak sedap pasca kematian JACKO. Disana-sini, mungkin yang mereka baca, lihat dan dengar adalah pemberitaan yang sangat buruk tentang JACKO.

Tapi media massa juga tak bisa disalahkan begitu saja. Sudah lazim bagi semua media massa, jika ada “TOKOH” yang figurnya dikenal luas oleh masyarakat, maka wajib hukumnya untuk mengulas obituari atau perjalanan hidup dari si “TOKOH” tadi.

Sehingga, ketika seorang Michael Jackson diberitakan meninggal dunia secara mendadak maka otomatis, kalangan jurnalis manapun diseluruh dunia akan bergerak cepat — bahu membahu — untuk merangkum semua data, informasi, foto, video, dan perkembangan terakhir yang bisa disajikan kepada masyarakat.

Semua media, pasti akan otomatis membuka file lama dan seluruh dokumentadi dengan cara apapun untuk melengkapi pemberitaan seputar JACKO. Secara kebetulan, dalam perjalanan hidup yang selama ini memang dialami MICHAEL JACKSON, ada banyak hal yang berbau sensasi dan kontroversi.

Media massa tidak bisa dan tidak mungkin sengaja “menghilangkan” bagian-bagian yang negatif penuh aib dari Michael Jackson. Seluruh sajian berita memang harus apa adanya.

Tetapi, lebih bijaksana jika dibuat berimbang atau proporsional. Tidak ada menghadirkan sisi buruk yang memalukan, menyedihkan dan memprihatinkan. Tetapi, sisi baik dari JACKO sudah benar-benar ditampilkan secara berimbang dan proporsional.

Michael Jackson, kini menjadi legenda yang dari album kehidupan kita semua.

Cara ia menyanyi sejak kecil, kualitas suaranya yang sangat merdu dan indah sekali, lirik-lirik lagu dari karya-karya musiknya selama ini yang juga sangat amat indah, serta gaya panggung yang atraktif dan memukau. Untuk mengantar dan melepas kepergian superstar yang menderita kanker kulit semasa hidupnya ini, rasanya memang harus bijaksana.

https://i0.wp.com/michael-jackson.ro/images/michael-jackson.asp14028img1.jpg

Kenanglah ia semerdu suara dan seindah lagunya.

Kenanglah ia seindah misi baik yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam sejumlah lagu yang dibawakannya.

Jika ada manusia yang “kesulitan” untuk menikmati bahwa memang benar suara JACKO merdu dan lagu-lagunya indah dalam arti yang sesungguhnya, maka manusia jenis ini yang patut dipertanyakan — bahkan dikasihani –.

Sebab pada kenyataan, lagu-lagu Michael Jackson memang enak untuk didengar dan dinikmati. Bahkan, bisa disesuaikan dengan “selera” dari orang yang mendengar, apakah mau mendengar lagu Michael Jackson yang dinamis atau yang syahdu mendayu-dayu.

Dan tak benar jika dari seluruh perjalanan hidupnya, melulu hanya terisi dengan hal buruk. Misalnya saat ia diminta untuk ikut ambil bagian menyanyikan lagu “WE ARE THE WORLD”, Jacko dengan sangat murah hati bersedia merelakan hasil pembelian album itu untuk disumbangkan kepada anak-anak yang miskin di Afrika.

Amal dan perbuatan baik, jika memang itu dilakukan dan diberikan setulus hati maka Tuhan pasti punya penilaian yang sangat agung dan luhur.

MICHAEL JACKSON, telah berpulang ke hadirat Ilahi. Walau kini tiada, ia tak akan pernah dilupakan karena keindahan itu memang kuat melekat dalam lagu-lagu.

Indah didengar.

Indah dirasakan.

President Barack Obama delivers remarks on a new regulatory reform plan, 17 Jun 2009, at the White House

Misalnya saja pada lagu HEAL THE WORLD. Lagu ini bahkan pernah menjadi inspirasi tersendiri bagi KATAKAMI untuk membuat sebuah tulisan terkait komitmen Presiden Barack Hussein Obama dalam konsistensi Amerika Serikat dalam perang melawan narkoba, yang berjudul : “KEBANGGAAN DUNIA PADA OBAMA MENGUAT, DARI MEKSIKO OBAMA TEGASKAN KELANJUTAN PERANG TERHADAP NARKOBA (HEAL WORLD, MAKE IT BETTER PLACE, MR OBAMA.

Presiden Barack Obama secara pribadi — seperti yang dilaporkan Radio Voice Of America — telah mengirimkan ucapan belasungkawa atas wafatnya Michael Jackson. Obama menilai JACKO adalah sosok yang spektakuler tetapi menjalani kehidupan yang tidak menggembirakan.

Michael Jacson, tidak menyadari bahwa dirnya — lewat karya-karya musiknya — telah mampu menjadi INSPIRASI yang menyentuh hati pada diri orang lain untuk kepentingan yang baik.

REST IN PEACE, JACKO !

IN LOVING MEMORY OF YOU, GONE BUT NEVER FORGOTTEN.

(MS)

25/06/2009

Kado Ulang Tahun Berisi Tamparan Keras Dari AMNESTY INTERNASIONAL Bagi POLRI Yang Dituding Brutal Penuh Kekerasan, Kerap Minta Imbalan Uang & Seks

https://i0.wp.com/www.wellesley.edu/Activities/homepage/amnesty/Images/candle_animation.gif

DIMUAT JUGA DI RUBRIK BREAKING NEWS WWW.KATAKAMI.COM , juga di BLOG WWW.KATAKAMIINDONESIA.VOX.COM dan di  WWW.BLOGKATAKAMIINDONESIA.BLOGSPOT.COM


Jakarta 25/6/2009 (KATAKAMI) Jika ada pihak yang tahu dan semakin banyak “mendapatkan” fakta-fakta atau informasi baru yang sangat buruk serta negatif di dalam sepak terjang KEPOLISIAN INDONESIA Atau POLRI, maka pastilah akan merasa sangat putus asa. Seperti api dalam sekam.

Berbagai brutalisme, kerakusan, korupsi dan berbagai pelanggaran hukum yang patut dapat diduga dilakukan POLISI INDONESIA, tampaknya sudah tak bisa lagi disembunyikan atau diredam.

https://i0.wp.com/4.bp.blogspot.com/_WZAg-bwnYvA/SbVJQHl43PI/AAAAAAAAA04/AT0mq1mzyRc/s400/logo%2520amnesty%2520international.jpg

Mari, kami ajak anda menyimak sejenak sebuah berita terbaru yang disiarkan RADIO BBC LONDON.

Polisi Indonesia
Polisi Indonesia mendapat sorotan dari Amnesty International

Amnesty International menyatakan polisi Indonesia masih sering terlibat kekerasan dan penyiksaan para tersangka, demikian laporan RADIO BBC LONDON.

Laporan Amnesty International yang disiarkan hari Rabu ini juga menyebutkan para pelakunya jarang diadili.

Kelompok pegiat hak asasi manusia yang berkantor di London ini seperti dikutip kantor berita Reuters, mengakui berbagai upaya dalam satu dasa warsa ini untuk membuat polisi lebih profesional dan akuntabel.

Namun langkah ini dikatakannya, gagal menghilangkan masalah yang sudah banyak dilakukan.

Wakil Direktur Amnesty International Asia Pasifik Donna Guest seperti dikutip kantor berita Reuters mengatakan, “Dalam beberapa kasus, pelanggaran itu terkait langsung dengan upaya polisi menerima suap dari tersangka.”

Disebutkan pula, mereka yang tidak bisa membayar uang suap akan diperlaukan lebih buruk.

Menurut Guest, meskipun para pejabat tinggi di pemerintahan dan polisi etlah membuat komitmen untuk mengadakan perubahan namun tidak sampai kepada kebanyakan polisi.

Kelompok rawan

Laporan itu menemukan, pengguna narkoba, pelanggar hukum yang berulangkali, wanita termasuk pekerja seks komersial rawan terhadap pelanggaran itu.

Dalam beberapa kasus kekerasan terkait dengan upaya polisi mendapat uang suap

Donna Guest, Amesty International

Amnesty mengatakan telah berbicara kepada korban pelanggaran, pejabat polisi, pengacara dan kelompok pegiat HAM dalam dua tahun terakhir saat menyusun laporan ini.

Disebutkan, mekanisme disiplin di dalam kepolisian tidak mampu secara efektif menangani pengaduan atas perilaku polisi sedangkan para korban sering tidak tahu kemana mereka mengajukan laporan.

Amnesty mendesak pemerintah mengumumkan pelanggaran yang sudah sering terjadi itu dan melakukan penyelidikan yang tidak memihak dan efektif terhadap setiap tuduhan.

Juru bicara Kepolisian Indonesia Abubakar Nataprawira membela kinerja 371.000 personil kepolisian.

“Pada tahun 2010 kami menargetkan sebagai lembaga yang disenangi bukan ditakuti masyarakat,” katanya seperti dikutip Reuters seraya menambahkan restrukturisasi di kepolisian masih terus berlanjut.

Mekanisme sanksi juga telah diberlakukan untuk menghukum polisi yang menerima uang suap.

https://i0.wp.com/www.logodesignlove.com/images/classic/amnesty-logo.gif

Kini, kami ajak anda menyimak berita yang disiarkan Radio Nederland BELANDA :

Di Indonesia polisi masih menyiksa dan melakukan pelecehan kaum tertuduh dalam skala besar. Demikian organisasi HAM Amnesty International dalam laporannya yang terbit Rabu.

Walaupun kalangan puncak berjanji akan memberantas keadaan yang tidak beres di korps polisi, namun, demikian Amnesty, kekerasan masih merajalela. Laporan organisasi HAM ini berdasarkan pembicaraan dengan pihak polisi, pengacara dan para korban kekerasan polisi.

Menurut para penyidik, korban utama adalah kaum terlemah masyarakat, seperti pecandu narkoba dan pekerja seks komersial. Perlakuan yang lebih manusiawi bisa diperoleh dengan imbalan seks atau uang. Amnesty International kini menghendaki agar pemerintah di Jakarta mengakui masalah ini dan mengadakan penyidikan independen.

Walaupun sudah menandatangani perjanjian internasional PBB yang menentang kekerasan, namun Indonesia masih belum memiliki UU yang melarang kekerasan jenis itu.

Luar biasa, laporan AMNESTI INTERNASIONAL ini diumumkan persis sehari sebelum peringatan HARI ANTI NARKOBA INTERNASIONAL (HANI) yang diperingati secara rutin setiap tanggal 26 Juni.

Lalu, hanya dalam hitungan beberapa hari ke depan, POLRI akan merayakan HARI BHAYANGKARA atau HARI ULANG TAHUN POLRI pada tanggal 1 Juli 2009.

Belum pernah terjadi dalam sejarah, persis menjelang perayaan HUT POLRI ada laporan internasional yang sangat menampar dan meluluh-lantakkan kehormatan POLRI secara INSTITUSI.

Indonesia tak perlu merasa tersinggung atas hasil investigasi yang akurat dan membanggakan dari AMNESTY INTERNASIONAL. Sebagai lembaga internasional yang sangat kredibel, AMNESTY INTERNASIONAL tentu tidakan sembarangan dalam mempublikasikan hasil investigasi mereka.

Pertanyaan kini adalah, sejauh mana PEMERINTAH INDONESIA menyikapi laporan dan temuan dari AMNESTY INTERNASIONAL ?

Cuek bebek, atau ada itikat baik untuk membenahi dan memangkas semua “kotoran” yang sangat amat belepotan di wajah POLRI ?

Selama ini, semua pemberitaan media massa nasional yang menyoroti berbagai pelanggaran hukum dan semua “rahasia kotor” yang patut dapat diduga menjadi catatan inti dari rekam jejak sejumlah oknum POLISI INDONESIA, seakan kesepian dan tak digubris samasekali. Seakan buta dan tuli terhadap kekritisan media massa nasional.

Hebatnya lagi, patut dapat diduga Komisaris Jenderal Gories Mere yang menjadi BEKING UTAMA dari kasus narkoba yang melibatkan sindikat bandar internasional Liem Piek Kiong alias MONAS, justru dengan percaya diri merusak hebat, menteror dan melakukan upaya pembunuhan yang terencana terhadap KATAKAMI pasca dimuatnya berbagai tulisan mengenai hal ini.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/918/3412918_349984e108_s.gif

Patut dapat diduga, sejumlah KOMISARIS BESAR yang menjadi anggota inti dari “KUBU GORIES MERE” ikut dikerahkan untuk menghajar, menggempur, merusak saluran internet dengan menggunakan alat penyadap, melakukan penyadapan ilegal yang terus menerus dan tak pernah berhenti melakukan teror fisik yang mengancam keselamatan jiwa.

Datangnya laporan dan hasil investigasi dari AMNESTY INTERNASIONAL ini merupakan tamparan yang sangat memalukan dan menyakitkan.

Patut dapat diduga, reformasi birokrasi yang didengungkan POLRI beberapa waktu lalu hanya basa-basi dan tak pernah mungkin terealisasi. Inilah buah dari kegagalan kepemimpinan KAPOLRI Jenderal Bambang Hendarso Danuri, terutama Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani dan Kadiv. Propam Irjen Oegroseno.

Mengapa disebut kegagalan ?

Ya, sebab temuan dan investigasi yang dilakukan AMNESTY INTERNASIONAL itu dilakukan pada era kekinian bukan pada era kepemimpinan Tri Brata 1 sepuluh atau duapuluh tahun lalu.

AMNESTY INTERNASIONAL berbicara mengenai pelanggaran berat POLRI di era kekinian ! Dan belum pernah terjadi, ada tamparan yang sangat keras dari komunitas internasional yang seburuk ini dalam sejarah perjalanan bangsa terhadap POLRI.

Alangkah malunya INDONESIA, menyaksikan perkembangan POLRI yang sangat carut marut. Komunitas Internasional, ternyata “TIDAK TIDUR” tetapi terus mengamati dan sangat cermat melakukan investigasi langsung di lapangan.

Ada hikmah yang sangat jelas dari semua perkembangan penting ini yaitu POLRI jangan terbiasa menutupi aib dan seakan “SOK” menjaga kehormatan dengan mengamankan oknum PEJABAT atau ANGGOTA yang nyata-nyata melakukan dugaan pelanggaran hukum yang sangat fatal.

https://i0.wp.com/www.minorityadvocate.com/images/Stop_Police_Abuse.jpg

Kekritisan media dibalas dengan brutalisme.

Kekritisan media dibalas dengan arogansi.

Kekritisan media dibalas dengan kesewenang-wenangan.

Kekritisan media dibalas dengan amukan-amukan yang sangat tidak manusiawi.

Saatnya, PEMERINTAH INDONESIA merombak total kepemimpinan POLRI yang saat ini bercokol, apalagi yang memang patut dapat diduga menjadi BIANG KEROK pelanggaran-pelanggaran hukum yang fatal. Jangan dilindungi. Jangan diamankan. Jangan ditutupi.

Selama ini, POLRI merasa seolah-olah menjadi INSTITUSI yang solid. Padahal patut dapat diduga, didalamnya terdapat banyak faksi, intrik dan berbagai pelanggaran hukum berat yang disembunyikan demi nama baik POLRI.

Ternyata mata dunia melihat dengan seksama. Ternyata telinga dunia mendengar dengan seksama.  Betapa malunya jika semua aib dan pelanggaran hukum berat itu terus menerus disembunyikan dan dikubur-kubur dalam-dalam — tanpa ada kesadaran untuk mereformasi diri dan menegakkan hukum sebagaimana mestinya.

http://gizhel.files.wordpress.com/2008/06/apa-kata-dunia.jpg

Apa kata dunia, demikian slogan yang sangat dikenal sebagai ciri khas tokoh utama dalam film NAGABONAR ?

Kalau terus menerus POLRI membiarkan oknum PEJABAT atau ANGGOTANYA bertindak semena-mena mengangkangi KEMURNIAN PENEGAKAN HUKUM maka tidak tertutup kemungkinan negara-negara sahabat yang selama ini setia mendukung dan memberi bantuan kepada POLRI, akan menarik semua dukungan dan bantuan mereka yang berkelimpahan. Tidak tertutup juga kemungkinan, POLRI akan dikucilkan dari pergaulan internasional.

Berkali-kali, KATAKAMI menghadirkan atau menyelipkan sebuah kalimat bijak dalam berbagai tulisan utama kali yaitu “KEBENARAN ITU IBARAT AIR YANG MENGALIR, IA AKAN MENGALIR WALAU DIBENDUNG”.

Pejabat teras setingkat Irwasum dan Kadiv Propam POLRI, harusnya menjadi tulang punggu Kapolri dalam melakukan pengawasan dan penegakan disiplin tetapi patut dapat diduga derasnya aliran informasi yang membuka aib, topeng dan semua rahasia pelanggaran hukum FATAL dari oknum POLRI membuat pejabat-pejabat teras ini patut dipertanyakan integritas dan kinerjanya.

Contoh kecil saja, dalam kasus narkoba bandar Liem Piek Kiong atau MONAS yang ditangkap bulan November 2007 dengan barang bukti 1 JUTA PIL EKSTASI.

Dari 9 orang yang ditangkap, hanya 3 orang yang berkas perkaranya dilimpahkan POLRI kepada KEJAKSAAN AGUNG. Sisanya “dilepaskan”. Bahkan, bandar Liem Piek Kiong alias MONAS sudah 3 kali berturut-turut dibebaskan alias diloloskan dari jerat hukum — sementara isteri dari MONAS alias Cece yang ikut ditangkap di Apartemen Taman Anggota (November 2007), sudah mendapatkan vonis mati dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/898/3376898_914dc925ae_m.jpg

Tetapi walau sudah divonis mati, Cece tetap menjadi bandar narkoba dan mengendalikan perdagangan gelap narkoba dari balik jeruji besi di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur –.

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memerintahkan Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani untuk melakukan pemeriksaan intensif sejak bulan Desember 2008 atas kasus rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sehingga Bandar MONAS bisa lolos dari jerat hukum.

https://i0.wp.com/data5.blog.de/media/546/3378546_c06894b653_m.gif

Lebih dari 50 orang diperiksa, tapi pemeriksaan itu tidak menyentuh samasekali Komjen Gories Mere yang patut dapat diduga menjadi BEKING UTAMA bandar narkoba MONAS.

Hebatnya lagi, sumber KATAKAMI Di MABES POLRI menginformasikan bahwa Kapolda Riau Indradi Tanos sudah dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda — padahal Indradi Tanos samasekali belum pernah diperiksa oleh Tim Irwasum –. Saat sindikat kemafiaan Liem Piek Kiong alias MONAS ini ditangkap, Indradi Tanos menjabat sebagai Direktur Narkoba Bareskrim POLRI.

Ada tabir misteri yang sangat mengerikan dibalik kasus bandr narkoba Liem Piek Kiong alias MONAS ini. Dan POLRI, patut dapat diduga sengaja mendiamkan dan membiarkan ketika KATAKAMI dihajar habis-habisan dan diteror dengan sangat brutal mengerikan oleh kubu Komjen Gories Mere karena berani-beraninya memberitakan kasus kotor seputar BANDAR NARKOBA MONAS.

POLRI juga, patut dapat diduga sengaja memdiamkan dan membiarkan ketika KATAKAMI dirusak habis-habisan, disadap, diteror dan diintimidasi — laptop dan komputer kami semua dirusak –, termasuk nomor koneksi internet M2 yang kami gunakan, tidak ada yang tidak dirusak.

Padahal pada tanggal 14 Januari 2009, kasus pengrusakan terhadap KATAKAMI ini sudah dilaporkan secara resmi ke POLDA METRO JAYA, KOMNAS HAM dan DEWAN PERS. Kepada KOMNAS HAM, penyidik POLDA METRO JAYA menginformasikan carut marutnya dan brutalnya pengrusakan ini disebabnya karena “RUSAKNYA JARINGAN KONEKSI INTERNET”. Inilah tulah atau karma yang diterima oleh POLRI.

Bagaimana bisa ada kerusakan jaringan internet, jika yang termuat dari tulisan-tulisan tertentu di KATAKAMI hanya bagian judul saja ? Bagaimana bisa disebut tidak ada pengrusakan oleh pihak lain kalau semua format tulisan, format desain dan tata letak KATAKAMI dan semua BLOG yang kami miliki dirusak habis-habisan ?

Kami menyambut baik, himbauan internasional agar POLRI direformasi secara total. Jangan ada lagi yang dilindungi jika memang melakukan pelanggaran hukum, HAM dan Kemanusiaan. Tidak cuma di dalam kasus bandar narkoba MONAS, tetapi harus dibuka semua dugaan pelanggaran hukum yang sangat fatal dalam penanganan terorisme.

Patut dapat diduga, GORIES MERE terkait dalam peledakan bom di Hotel JW Marriot dan didepan Kedubes Australia. Sumber KATAKAMI di KEPOLISIAN INDONESIA menyebutkan bahwa pasca peledakan bom di Hotel JW Marriot sebenarnya INTERPOL sudah menawarkan bantuan untuk Tim Satgas Bom tetapi ditolak.

Caranya, menurut sumber, patut dapat diduga Tim Satgas Bom menyodorkan 2 juta nomor telepon yang diklaim telah disadap dan perlu dibongkar untuk mengusut kasus peledakan bom di bulan Agustus 2003 tersebut.

Patut dapat diduga, banyaknya nomor telepon yang diklaim telah disadap seputar jaringan Al Jamaah Al Islamyah merupakan rekayasa dan tindakan hiperbola dari Gories Mere sebagai orang yang memimpin penanganan terorisme saat itu.

https://i0.wp.com/www2.kompas.com/utama/news/0311/14/214229.jpg

Kasus lain yang lebih mencengangkan, sumber KATAKAMI yang notabene adalah Jenderal Berbintang 4 menyebutkan bahwa seorang sahabatnya yang bersekolah di Malaysia telah mendapatkan informasi bahwa sebenarnya gembong teroris dr Azahari BELUM MATI. Sehingga, klaim dari INDONESIA bahwa gembong teroris dr Azahari ini telah ditembak mati pada bulan November 2005 adalah isapan jempol dan rekayasa yang sangat memalukan.

Ini mengingatkan KATAKAMI terhadap sebuah informasi dari wartawan senior yang mendapatkan “cerita tersendiri” dari seorang Mantan Kapolri bahwa saat POLRI mengumumkan dr Azahari telah tewas, Mantan Kapolri ini menghubungi Kapolri (saat itu) Jenderal Sutanto bahwa kebijakan Sutanto agar jenazah “dr Azahari” tidak perlu diotopsi — karena POLRI meyakini bahwa yang mati itu adalah dr Azahari — adalah sebuah kebijakan yang sangat ganjil dan bisa mempermalukan Indonesia di mata dunia internasional. Bayangkan, bagaimana mungkin dalam sebuah tindakan penyerangan yang diklaim telah menewaskan gembong teroris berbahaya, jenazahnya tidak diotopsi ? Ada apa dibalik semua itu ?

Entah mau ditaruh dimana muka kita sebagai sebuah BANGSA, disaat lembaga internasional sekredibel AMNESTY INTERNASIONAL menemukan begitu banyak aib, borok, bopeng dan berbagai pelanggaran hukum yang memalukan pada wajah dan tubuh “POLRI”.

Belum lagi kalau AMNESTY INTERNASIONAL tahu bahwa oknum Pejabat POLRI — terutama Kubu Komjen Gories Mere — menindas jurnalis yang konsisten menyuarakan kebenaran dan keadilan. Tak punya rasa malu dan tidak tahu diri, menyalah-gunakan perangkat penyadapan dan perangkat teknologi yang dibeli dengan UANG RAKYAT tetapi untuk menindas rakyatnya sendiri.

Herannya, didiamkan pula — dan terkesan sengaja dibiarkan — oleh Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

Terimakasih Tuhan, Terimakasih “DUNIA”, Terimakasih AMNESTI INTERNASIONAL dan terimakasih kepada nilai-nilai KEBENARAN yang bermuara para pentingnya upaya penegakan hukum yang murni dan konsekuen.

AMNESTI INTERNASIONAL dan “DUNIA” secara keseluruhan, jangan berhenti hanya sampai disini. Masih ada pertunjukan lain yang besar kemungkinan akan terjadi pada panggung politik PILPRES 2000.

Netralitas POLRI dituntut untuk sangat tegas dilakukan sehingga jangan sampai ada pemaksaan kehendak guna memberikan jalan bagi pasangan Capres – Cawapres tertentu untuk menang.

Ditambah lagi ada duapuluh juta orang rakyat Indonesia tidak bisa memilih pada Pemilu Legislatif bulan April 2009 lalu dan KOMNAS HAM telah merekomendasikan agar 20 juta orang rakyat Indonesia yang dirampas hak politiknya itu WAJIB difasilitasi untuk tetap memberikan hak suaranya.

https://i0.wp.com/latimesblogs.latimes.com/washington/images/2008/06/04/jimmy_carter_believe_barack_obama_s.jpg

Dan sekedar untuk melengkapi tulisan ini, rasanya seakan-akan komunitas internasional — termasuk Amerika Serikat — sudah mulai “kehilangan rasa persahabatan” terhadap rakyat Indonesia sebab pada pelaksanaan Pemilu Legislatif 2009 lalu, tidak ada tim independen dari dunia internasional — khususnya dari Mantan Presiden Jimmy Carter — yang ikut membantu memantau dan mengawasi jalannya pesta demokrasi.

Biasanya, tim pemantau asing ini ikut memonitor jalannya pesta demokrasi Indonesia. Tetapi pada Pemilu Legislatif 2009 lalu, tidak ada samasekali kekritisan dari tim pemantau asing yang kredibel untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia. Bukan untuk mencampuri urusan dalam negeri Indonesia sebab tim pemantau independen ini bersifat untuk “menyaksikan” saja.

Terbukti, dengan tidak disaksikannya pesta demokrasi Pemilu Legislatif bulan April 2009 lalu, 20 juta rakyat Indonesia telah dirampas HAK POLITIKNYA dan patut dapat diduga POLRI sengaja tidak mau menerima laporan tindak kecurangan pada pesta demokrasi itu.

http://redaksikatakami.files.wordpress.com/2009/04/1-oao.jpg

DUNIA INTERNASIONAL — entah itu Amerika Serikat atau negara manapun juga– janganlah pernah dan janganlah sampai mengurangi rasa persahabatan dan perhatian yang hangat kepada rakyat Indonesia.

Jangan menunggu sampai Indonesia harus hancur lebur dan luluh lantak seperti IRAN — pasca kekisruhan Pemilu Pilpres disana –.

Akhirnya, sebagai anak bangsa yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati — termasuk mencintai POLRI secara INSTITUSI — raanya ikut sedih, malu dan terpukul atas tamparan keras di wajah dan tubuh POLRI dibalik temuan dan hasil investigasi AMNESTY INTERNASIONAL.

Kali ini, kena batunya lu !

(MS)

24/06/2009

Tiga Ballerina Dengan Tiga Pilihan Politik Berbeda, Dan Kabar Terbaru Yang Mengejutkan "Jenderal Wiranto" Berhasil Menguasai Panggung Debat Cawapres !

https://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gifhttps://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gifhttps://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gif

OLEH : MEGA SIMARMATA, Editor In Chief Of KATAKAMI.COM


Dimuat juga di BREAKING NEWS WWW.KATAKAMI.COM , WWW.BLOGKATAKAMIINDONESIA.BLOGSPOT.COM dan WWW.KATAKAMIKATAKAMI.VOX.COM


Jakarta 24/6/2009 (KATAKAMI) Bisakah anda bayangkan, kalau misalnya anda punya 3 anak dan ketiganya memiliki pilihan berbeda dalam kehidupan mereka — termasuk pilihan politik — ?

Nah, itulah yang saya hadapi sebagai seorang jurnalis yang memang berkecimpung seluruh rekam jejak di dunia kewartawanan selama lebih dari 15 tahun. Menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (Pemilu Pilpres) awal Juli mendatang, demam “politik” mulai mewabah juga didalam rumah saya.

Khususnya diantara ketiga puteri yang saya lahirkan seluruhnya melalui proses operasi caesar.

https://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gifhttps://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gifhttps://i0.wp.com/www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gif

Tika atau Skolastika (8 tahun), Mika atau Mikaela (7 tahun) dan Nika atau Gaudensnika (3 tahun). Jangan pikir mereka tidak tahu nama-nama Capres dan Cawapres yang akan bertarung di panggung perpolitikan Pilpres Indonesia.

Mereka hapal luar kepala. Dan sebagai orangtua, asyik asyik saja mengikuti pertumbuhan anak yang mencoba untuk “belajar politik” dengan menilai situasi yang ada di sekeliling mereka — menurut daya tangkap dan kecerdasan yang mereka miliki masing-masing –.

Ketiga bidadari kecil saya ini, tidak ada yang kompak pilihannya untuk masalah Capres dan Cawapres.

Mereka hanya kompak dalam hal kelincahan menari BALLET karena ketiganya memang sama-sama mengikuti ekstrakulikuler BALLET.

https://i0.wp.com/www.formatnews.com/photo/1242981485jk%20wiranto.jpg

Bahkan, Tika — yang sulung — sudah mencapai grade atau tingkatan yang lumayan tinggi yaitu Grade 2. Tapi untuk urusan “politik”, ketiga ballerina ini punya pertimbangan politik masing-masing yang menggelitik hati.

Tika, yang akan segera duduk di kelas 4 SD ini, secara pasti dan lantang mengatakan bahwa ia akan memilih pasangan JK – Wiranto. “Mama, aku mau pilih JK – Win (dia tahu slogan pasangan ini adalah JK – Win, red).

“Oh ya, kenapa Nak ?” tanya saya.

“Begini Mama, pasangan ini pasangan yang tercepat mengumumkan pasangannya mereka, itu lho … mengumumkan JK – Win. Yang lain lama. Terus, Mama baca dong di iklan-iklan mereka. Mama gimana sih ? JK … Jaga Keharmonisan … terus katanya untuk Indonesia yang lebih mandiri, pilih JK – Wiranto” jelas Tika kepada sang “Mama” yang pura-pura tak mengerti soal politik.

http://ichwankalimasada.files.wordpress.com/2009/05/mega-prabowo.jpg

Penjelasan Tika ini, tidak diterima oleh sang adik yaitu Mika — anak saya yang nomor dua –.

“Huh, kakak payah. Aku pilih Mega – Pro. Mega – Prabowo. Kakak lupa ya, Megawati itu nawarin SEMBAKO MURAH. Mau … semua semua serba mahal seperti sekarang ? Aku pilih Mega – Pro. Pro Anak Muda, YESSS ! Gitu Mama, tapi iklannya sedikit di televisi. Kenapa ya ? Kalah sama iklannya JK – Wiranto” kata Mika.

Saya hanya tersenyum setiap kali kakak beradik ini berdekat soal pilihan politik mereka.

https://i0.wp.com/static.tvguide.com/MediaBin/Galleries/Shows/A_F/Di_Dp/DoraTheExplorer/crops/dora-explorer.jpg

Yang seru, kalau anak saya yang paling kecil sudah ikut angkat bicara — yang notabene jadi musuh bersama kakak-kakaknya sebab si bungsu ini memang modal gertak saja jika mau mendapatkan sesuatu milik kakak-kakaknya –. Dalam keluarga kami, si bungsu in biasa dipanggil DORA. Itu disebabkan karena ia sangat menyukai tokoh kartun DORA THE EXPLORER, dan jangan coba-coba membelokkan jadi DORAEMON, tokoh kartun lainnya yang gendutdan lebih lucu sebenarnya — sebab si bungsu “DORA” tidak segan-segan menggebuk kalau ada yang salah memanggil dirinya yaitu dari DORA THE EXPLORER menjadi DORAEMON.

Kalau kedua kakaknya sudah bicara “politik”, si bungsu ini akan ikut ambil bagian dengan gaya dan logat bicara yang masih sangat cadel.

https://i0.wp.com/www.animated-angels.com/animated-angels/winter-angels/rose-angel.gif

“Mama, aku pilih PALTAI BUNGA … aku ketuanya, aku yang pimpin. Aku gak mau pilih SBY, aku pilih PALTAI BUNGA. Kalau PALTAI GELINDLA yang menang, aku mau pilih PALTAI GELINDLA, tapi kata papa PALTAI GELINDLA kalah jadi juara satu. Jadi aku pilih PALTAI BUNGA ya MAMA !” kata si Nika “DORA”.

Kalau sudah sok tahu dan “tidak nyambung” seperti ini arah pembicaraan, kedua kakaknya dengan sangat judes tetapi geli mendengar jawaban sang adik, akan ramai-ramai mengoreksi.

“Huuu, Dedek … gak nyambung banget sih, gak ada lageee, PARTAI BUNGA. Sekarang pilih orangnya Dek, bukan pilih partainya kayak dulu” kata Tika, si sulung yang punya kadar kecuekan sangat amat tinggi dalam sikap dan perilakunya.

“Ah, bial aja, aku mau pilih PALTAI BUNGA, ya kan Mama. Mama pilih siapa ?” tanya si bungsu Nika “DORA”.

Nah, kalau sudah ditanya seperti maka saya harus pintar-pintar menjawab.

Sebab, kalau saya jawab yang sejujurnya, mereka akan dengan mudah menceritakan kepada siapa yang mereka jumpai bahwa Sang Mama memilih si A atau si B atau si C. Jadilah, saya menjawab dengan diplomatis saya.

https://i0.wp.com/static.tvguide.com/MediaBin/Galleries/Editorial/090119/inaugural/inaugural25.jpg

“Kalau Mama, milih Obama dan Joe Biden aja ahhh …..” jawab saya sambil becanda.

Tika, si sulung menjawab “Itu kan di Amerika, Mama. Mama kan harus pilih yang di Indonesia !”.

Saya jawab lagi, “Wah, kalau yang di Indonesia, rahasia dong. Pemilu kan bebas dan rahasia”.

Seperti itulah gambaran pilihan politik dalam keluarga kami. Saya membiarkan dan mempersilahkan anak-anak saya yang masih di bawah umur ini untuk bicara tentang “politik” sesuai dengan gambaran dan pengertian mereka sebagai anak-anak.

Jika memang ada yang ingin mereka tanyakan, barulah saya menjelaskan.

Dan jika ada yang kurang tepat dari pandangan atau pengertian mereka, maka saya  juga harus cepat memberikan koreksi agar pengetahuan politik yang tertanam dalam diri anak-anak ini memang menjadi benar sejak awal penyusunan fondasi-fondasi dalam diri mereka. Pemilu Pilpres tinggal beberapa hari lagi.

Tentu, tak cuma anak-anak saja, seluruh rakyat Indonesia dari semua lapisan menantikan PESTA DEMOKRASI yang sangat penting ini.

https://i0.wp.com/koran.seveners.com/wp-content/uploads/2009/04/indonesia-memilih1-225x300.jpg

Mari kita berikan suara dan pilihan politik kita pada Pemilu Pilpres nanti. Dan mari kita juga menghimbau kepada semua pihak untuk menghormati pilihan politik dari anak bangsa yang lain.

Janganlah ada pemaksaan kehendak. Janganlah ada rekayasa atau kejahatan-kejahatan politik yang mengebiri atau menyunat hak suara pasangan Capres – Cawapres yang menjadi pesaingnya.

Janganlah juga ada agen-agen intelijen atau perangkat keamanan — termasuk juga semua perangkat pemerintahan — yang patut dapat diduga memancing di air keruh untuk memenangkan pasangan tertentu. Lihatlah carut marutnya situasi pasca Pemilu Pilpres  di Iran.

Apa yang mau dibanggakan dari Iran saat ini ?

Negeri mereka luluh lantak, sekitar 7 orang tewas dan ratusan orang terluka. Tetapi tetap saja, sampai detik ini tidak ada solusi politik yang bermartabat di Iran.

https://i0.wp.com/kpuklaten.com/wp-content/uploads/2009/05/centang.gif

Janganlah juga ada CAPRES tertentu yang ganti gaya dalam kampanye yaitu kebalikan dari iklan politiknya yang selama ini kerap membanggakan diri dan keberhasilan yang menggebu-gebu, sekarang dibuat jadi memelas dan sok terzolimi. “TETAP SABAR, WALAU DICACI MAKI”, demikian isi sebuah spanduk yang kami baca Rabu (24/6/2009) pagi ini di salah satu sudut kota Jakarta.

Weleh weleh, aduh piyung … macam mana awak tak jadi bingung, yang mencaci dan memaki ente itu siapa, Jek ?

Ndak ada, janganlah berhalusinasi dan berfantasi. Jangan terbiasa menzolimi diri sendiri tetapi melemparkan kesalahan kepada pihak lain yang terus mendapat dukungan rakyat.

Saatnya INDONESIA memilih pemimpin sejati.

Pemimpin yang tidak suka MENZOLIMI. Baik itu MENZOLIMI dirinya sendiri, MENZOLIMI lawan politik, MENZOLIMI jurnalis atau media, MENZOLIMI nilai-nilai kebenaran dan keadilan”.

https://i0.wp.com/www.jkwin4you.com/fotoberita/200905311932521.jpg

Dan disaat seperti ini, kabar terbaru yang hadir ke tengah rakyat Indonesia adalah, dari panggung DEBAT CAWAPRES yang diadakan Selasa (23/6/2009) malam, Cawapres dari Capres Jusuf Kalla yaitu Jenderal Wiranto berhasil menguasai panggung perdebatan itu.

Mantap !

Wiranto menunjukkan kelasnya sebagai Jenderal Berbintang 4 yang sesungguhnya. Bukan apa-apa, ada lho yang sebenarnya bukan Jenderal Berbintang 4 karena sebenarnya bintang 4 yang dimilikinya cuma sebuah pemberian cuma cuma alias gratisan dari Pemerintah Indonesia.

https://i0.wp.com/www.perspektif.net/i/art/wiranto.jpg http://toghe91.files.wordpress.com/2009/03/65464_deddy_mizwar_thumb_300_225.jpg

Beda, antara Jenderal bintang 4 yang asli, dengan Jenderal bintang 4 yang “tidak asli” karena yang “tidak asli” ada embel-embel KEHORMATAN. Lagi-lagi, yang bisa dikatakan adalah

“Weleh, Weleh, Aduh Piyung … macam mana awak tak jadi bingung !”.

Nagabonar juga pangkatnya Jenderal lho, tapi tentu saja masuk dalam kategori Jenderal bintang 4 yang tidak asli.

Sambil menunggu jadwal penyelenggaraan Pilpres awal bulan Juli mendatang, elok rasanya kalau menghibur hati mendengarkan sebuah iklan politik dari pasangan Capres – Cawapres tertentu yang kini banyak ditayangkan di berbagai media televisi … “PAK KETIPAK KETIPUNG SUARA GENDANG BERTALUH-TALUH !”.

Selamat menentukan pilihan pilihan politik yang sesuai dengan kata hati.

Pilihlah yang diyakini akan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Jangan golput, jangan apatis dan jangan sinis. Tentukan saja pilihan. Selama masih ada hidup, maka disitu akan selalu ada harapan.

Ya, harapan untuk membawa dan membuat Indonesia menjadi LEBIH BAIK dalam pengertian yang sesungguhnya. (MS)

23/06/2009

Foto-Foto Presiden Obama Dan Kedua Putrinya, MALIA & SASHA OBAMA, "Because Your Daddy Loves You !"

Filed under: barack obama — Tag: — katakaminews @ 16:44

https://i0.wp.com/images.nymag.com/daily/intel/20081111_obamas_250x375.jpghttps://i0.wp.com/cm1.theinsider.com/media/0/127/93/400_sobama_mobama_bobama_shonda_INS_081112_83628245.0.0.0x0.400x400.jpeg

https://i0.wp.com/www1.pictures.gi.zimbio.com/Barack+Obama+Sworn+44th+President+United+States+31ODG_U96EYl.jpg

https://i0.wp.com/images.smh.com.au/2009/02/15/383530/obama1-420x0.jpg

https://i0.wp.com/media.washingtonpost.com/wp-dyn/content//photo/2008/12/30/PH2008123002973.jpg

https://i0.wp.com/farm4.static.flickr.com/3541/3484832496_2eb69fc610.jpghttps://i0.wp.com/www.wowowow.com/files/imagecache/300x/2009_0327_Getty_Sasha_Obama.jpg

https://i0.wp.com/cm1.theinsider.com/media/0/224/28/maliafun.0.0.0x0.400x553.jpeg https://i0.wp.com/2.bp.blogspot.com/_4i4dKm39nK4/SEcHQNNQGuI/AAAAAAAAA0M/ekPeC4qIDc0/s400/Sasha2.jpg

https://i0.wp.com/i37.tinypic.com/58ch1.jpg

https://i0.wp.com/www.dancewithshadows.com/celebrity/wp-content/uploads/2008/11/sasha-obama-barack.jpghttps://i0.wp.com/i.dailymail.co.uk/i/pix/2008/11/12/article-0-02626BBC000005DC-271_224x284.jpg

https://i0.wp.com/obama.3cdn.net/1babb0c223fb4830c9_5pwkmvj7g.jpghttps://i0.wp.com/www.babble.com/CS/blogs/strollerderby/2009/03/sasha_obama.jpg

https://i0.wp.com/cm1.theinsider.com/media/0/358/27/sasha-and-friend.0.0.0x0.400x715.jpeghttps://i0.wp.com/www3.pictures.gi.zimbio.com/President+Obama+Family+Depart+White+House+grZlxv4Ofj9l.jpg

Wawancara Eksklusif RAI TV Selasa (23/6/2009) Dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Filed under: benjamin netanyahu, world news — katakaminews @ 16:42

https://i0.wp.com/www.nationalterroralert.com/images/netanyahu.jpg

Claudio Pagliara – Mr. Prime Minister, thank you very much for this exclusive interview.  You should be quiet satisfied these days because hundreds of thousands people in Iran are demonstrating against your worst enemy, Mr. Ahmedinajad. Do you support their struggle?

PM Netanyahu: I think that anybody who supports freedom and supports human rights supports the effort of the people of Iran to regain their freedom. I am not happy seeing demonstrators shot, young girls murdered in front of our eyes, but I think  that what we see, what is staring us in  our face, is the true nature of this regime.
I think that people now can understand many of the things that we have been talking about  all these years. This is a regime that oppresses its people and this is a regime that threatens everyone with the denial of the Holocaust, the call for the elimination of Israel, with the sponsorship of terrorism throughout the world and with the attempt to develop nuclear weapons, which they can give to terrorists around the world. I think now that the true nature of this regime has been unmasked.

C.P. – You are talking about the nuclear program. In 1981 Israel bombed the Iraqi nuclear program in order to stop it, are you ready and in which circumstances to do the same with Iran?

PM Netanyahu: I think right now everybody understands that nuclear weapons in the hands of such a brutal regime could be very dangerous to the entire world. This is an international issue and I was very pleased to hear President Obama in my recent visit to Washington  say that nuclear weapons in the hands of Iran is a strategic threat to the United States and to the peace of the world. Certainly it is to my country, but it is an international danger and it should be dealt with by an international effort led by the United States. That’s our preference.

C.P. –  A few days ago you endorsed for the first time the two state solution but you put harsh conditions: recognition of Israel as a Jewish State, no army for the future Palestinian State, no division of Jerusalem. The Palestinians have already rejected your proposal.

PM Netanyahu: I don’t see why they should reject these  two basic pillars of peace that I have  put forward, which I think are a winning formula for peace. I said that there are really two things that have to happen:

One, if we are asked to recognize a Palestinian state as the nation-state of the Palestinian people, then the very least is that the Palestinians should recognize Israel as the nation-state of the Jewish people. After all we have only been around for the last 3500 years. That’s obvious -this is the land of the bible, we are the people of this land, we don’t seek to drive out anyone, but we want them to recognize us just as we recognize them. That’s point number one.

Point number two: a Palestinian state can not be the launching ground for thousands of rockets and missiles. What does Palestinian self determination have to do with Kassam rockets or with deadly missiles? And the answer is nothing.  They should have, the Palestinians, all the powers to govern themselves but not the powers to threaten the State of Israel. So a demilitarized Palestinian state that recognizes the Jewish State of Israel I think is the winning formula of peace. I can not understand why anybody who wants peace should reject it. I can see every reason why those who want peace will embrace it. It was a very important step in Israel to unify the Israeli public and it should unify those who want peace around the world.

C.P – How can you convince Palestinians of your true commitment to peace if Israel continues to build in settlements in the West Bank and in East Jerusalem?

PM Netanyahu:  First of all, separate the two.  Jerusalem is our capital, it has been our capital since the time of King David. That’s a pretty long time. During the thousands of years of history of Jerusalem, the only time, certainly in the last centuries, the only time in which, Jewish, Christians and Muslims had free access to the Holy Places and freedom to worship in unfettered way, was since the city was reunited under Israel in 1967. You can go to the Holy Sepulcher, you can go to the Al Aqsa mosque, you can go to the Western Wall. These are the sites which are very holy to Christianity, Islam and Judaism. People are there all the time, side by side. So Jerusalem should remain the undivided capital of Israel with freedom of faith, of all faiths.

As far as the settlements are concerned, this is something that will be discussed in final status negotiations. In a final  peace agreement the fate of the settlements will be decided. And I accepted that we shouldn’t prejudge the final outcome. So I have said that we will not build new settlements, that we will not expropriate additional land to expand existing settlements, and that all we ask is that, pending a final peace agreement, the people who are there will be allowed to live a normal life. They have children, they need kindergartens, they need health clinics and so on. This is, I think, an equitable position which reflexes our willingness to enter immediately in peace negotiations and get on with peace. I think that the more we spend time arguing about this, the more we waste time instead of moving towards peace.

https://i0.wp.com/www.telegraph.co.uk/telegraph/multimedia/archive/01418/Benjamin-Netanyahu_1418087c.jpg

C.P.  – Tomorrow you are visiting Italy, how you can describe the bilateral relations?

PM Netanyahu:  Excellent, very friendly, it has been that way for many, many years. Israelis have a natural affinity with Italians. We both use our hands when we speak.

I think that there is a lot friendship there and there is a lot of friendship at the government level. Prime Minister Berlusconi has been a great friend of Israel and a great friend and champion of peace and security.

C.P. – Italy, as well as Europe, would like to see quick progress in the peace process. Which kind of role can Europe play?

PM Netanyahu:  I think if it embraces my formula for peace,  the demilitarized Palestinian state and the recognition of the Jewish state, then we can move on to provide peace and security for Palestinians and Israelis to live side by side freely, each one governing itself but not in a position that Israel will be threatened in any way. I think that this is something that can move things forward. Even though  I heard the  commentary, the negativity, almost  reflexive negativity coming form the Palestinian side. I think that giving it a second thought, which is sometimes required in our area, they will see that there is a government here and a people in Israel that is willing to move the peace process forward, and they are  challenged to do the same.

If you want to move peace, you need two partners, you don’t need just courage and clarity on the Israeli side, you need it on the Palestinian side. Now the Palestinian society is split, between the extremists who say: “we are going to throw you in the sea” – they have thrown thousands of rockets into our cities –  and the moderates who don’t say: “No, wait, stop that, not only let’s stop terror, but let’s accept the Jewish state of Israel as a fait accompli, let’s understand that Israel is here to stay and that we make peace with it.” That unequivocal statement is what I long to hear from the Palestinian Authority, because once they say it, once they tell it to  the Palestinian people, the way Anwar Sadat did it in  Egypt, the way the late King Hussein did it in Jordan. They  said: “it’s over – we are going to make peace, we are not going to make claims and claims and claims to the peace treaty. We are not going to use the Palestinian state as a platform to continue the attacks against Israel. We are actually going to live in peace side by side with Israel, we want to develop our economy, our commerce, our relations, we are going to educate our young people to peace, what a brilliant future we can have”. That requires leadership on both sides. I think Israel is providing that leadership on our side.

I want Palestinian moderates to stand up and be counted for this vision of peace on their side.

C.P – You are saying that if the Palestinian Authority truly recognizes the Jewish State of Israel we can progress like Sadat and Begin, in one year- a peace treaty?

PM Netanyahu:  I don’t know if it will take one year but I think that the door will be unlocked to get a final agreement. Because you know I have asked in my speech, why haven’t we had peace? Why not? People say: it’s your presence in the territories. Well, we got out of Gaza, completely, uprooted over 20 settlements, and we were met with thousands of missiles and rockets on our towns, our villages on the heads of our children. And the Palestinians who took over on Gaza just said, “well, we are not interested in the West Bank, we are interested in Tel Aviv, we are interested in Haifa, we are interested in all of Israel”

C:P: – So, do you believe that this is the key to unlocking the door?

PM Netanyahu:  For nearly 50 years, before there was even a single Israeli soldier in Judea and Samaria,  when the West Bank and  Gaza were in Arab hands, for decades there were attacks on the Jews.  And the reason those attacks took place was not because of the territories that we didn’t hold, it was because of the persistent refusal to recognize Israel in any boundaries.   I said: “look, this is the truth,  the people of Israel yearn for peace”. We have given up Sinai, something extraordinary, an area twice the size of Israel, for peace. We have made peace with Jordan and also made territorial concessions there, even though they weren’t really required, they weren’t mandatory.  No people yearns more for peace than Israel, it’s ready to give more for peace, but we want from the other side to say unequivocally: “It will be over, it will be the end of claims because the absence of recognition of Israel is the root cause of the conflict and the embracing of that recognition will begin to untie all the obstacles that prevent it’s resolutions

C.P. – There is an issue which is very important for the public in Italy: The  Gaza situation. The Palestinians are suffering because of the blockage  imposed by Israel. Can you make some steps forwards and give hope to the people of Gaza?

PM Netanyahu:  In Gaza you have a proxy regime of Iran. This regime in Iran-  which is first of all oppressing the people in Gaza. They are not given a choice, they are given about the same choice as the people in Iran are. There you have this violent band of gunmen, the Hamas, which receives all its weapons from this regime of Iran. And they fire rockets. Right now, today 7200 rockets have been fired from Gaza into Israel. Let’s imagine 7 rockets on Rome, let’s imagine 700 rockets on Rome, let’s imagine 7200 rockets on Rome and other towns in Italy and you would say this is insane. Of course Israel had to act after years of waiting and waiting and waiting and pleading and hoping…and acted. The previous government did, but it had no choice and everybody supported it.

People of course see only the last reel of the movie, when Israel goes in. They don’t see all the other parts of the story. They forget what it was like to live in the town of Sderot and have rockets fall on your head and your children have to sleep underground, in underground shelters if they were lucky enough to have it. Nobody could live that way. So the misery in Gaza is the direct result of this Iranian terrorist proxy, Hamas.  What we try to do is to make life easier for the population out of the humanitarian concern and at the same time try to prevent Hamas from getting money and weapons it could use to fire more rockets on us. We are trying to find a balance to help the population but not help this terrorist regime that unfortunately governs them.

C.P. – The Iranians’ struggle, the Hezbollah which didn’t win , as expected, the elections in Lebanon and Hamas which hasn’t fired rockets recently. Is the Middle East on the verge of an historical change?

PM Netanyahu:  I think what is happening in Iran is a fact of monumental and historical importance. I don’t know how it will end but I think that it is a deep expression of a desire for change, for freedom. I don’t think people are merely protesting, “we don’t want this or that particular president”. By the way, it is very clear now who calls the shots . They want a change, which will allow them to walk the streets, to have empowerment of women, to have youngsters being able to make choices in their lives. I think that anybody who believes in democracy, as I do, understands that this is a remarkable example of civil courage. I don’t believe that this kind of thirst for freedom can be suppressed for very long. It may be suppressed further, but I think that two things are evident. One, the true nature of this repressive regime has been exposed and, two, there is in the Middle East something I haven’t seen in my life time, and that is an awareness by everyone, not just Israel, but many of the Arab governments and I think many in the Arab public, including Palestinians, that we have a common challenge. We don’t want to be overrun  by this theocratic barbarism. We want a free life and we want a good life and we want a peaceful life.

What has been preventing the peace?  Iran with Hezbollah, Iran with Hamas, Iran that succeeds in dominating and intimidating moderates everywhere, including in the Palestinian camp. We are in the fork on the road, if Iran acquires nuclear weapons than their ability to intimidate, to give these weapons to terrorists, to give terrorists a nuclear umbrella, this would push peace further back, dark in the horizon. But if there will be a change in Iran, this would work in the other direction, and would give peace a tremendous opening, peace between Israel and the Palestinians, peace between Israel and Arab States that share our concerns. I think that this is as much a challenge as it is an opportunity.  It is as much an opportunity as it is a challenge. I am very hopeful that we can meet the challenge and exploit the opportunity for peace.

Wawancara Eksklusif Suratkabar BILD Dengan Perdana Menteri Israel BENJAMIN NETANYAHU : "Ahmadinejad Wouldn Have Won A Free Election In Iran"

Filed under: benjamin netanyahu, world news — Tag:, , , , , — katakaminews @ 10:34

Benjamin Netanyahu in BILD interview

BILD: Mr. Prime Minister, Israelis greet each other with Shalom – peace. But your country has been fighting for survival, suffering from terror and war for the past 60 years. Under these circumstances, is peace for Israel not just an illusion?

PM Netanyahu:   Well, it is our hope. We have achieved peace with two of our neighbours with Egypt and Jordan and we hope to complete the circle of peace. But we have to ask the question why have we not achieved a comprehensive peace while our people are praying for it every day and when Israel has made concessions that no other country has made for peace. And the true answer is: There is still a persistent refusal in some quarters of the Arab world and beyond it to recognize the right of a Jewish state to exist here in our ancestral homeland. Once this refusal is removed  – the door to a permanent peace will surely be opened. All the other problems, as difficult as they are, are resolvable.

Benjamin Netanyahu in BILD interview
Benjamin Netanyahu
Israeli PM talks to BILD about the Iran election
BILDs Chief Editor Kai Diekmann talks to Israels leader.
Foto: Daniel Biskup
BILD: To repeat your own words: „The biggest threat for peace in the world, for mankind, originates from radical Islam and nuclear weapons.“ Against this background, how do you see the current development in Iran?


PM Netanyahu: I think the true nature of the Iranian regime has been unmasked. You can actually see the lack of Iranian democracy at work. This is a regime that represses its own people, supports terrorism worldwide and openly denies the holocaust, while calling for the elimination of Israel. This regime is not only a great threat to our existence, but also to moderate Arab countries, the safety of Europe and to the peace in the world.

BILD: Is it possible that a second Persian revolution could sweep away Ahmadinejad, just as the first removed the Shah?

PM Netanyahu: If they had a free choice, I have no doubt they would have a different government.  What we have seen in Iran is a powerful desire on the part of the Iranian people to be free.  Don’t forget, Iranian elections are not like elections in Europe or Israel.  First of all, the regime vets candidates. They eliminate in advance those who are unacceptable them.  This is a theocratic, totalitarian and brutal state that doesn’t really give free choice to the Iranian people.

BILD: Would a victory for Ahmadinejad‘s opponent Hossein Mussawi  be good news for Israel?

PM Netanyahu: What would be good news for Israel is a regime that stops crushing dissent, stops supporting terror and stops trying to build nuclear weapons.  It would mean a regime that stops denying the Holocaust and stops threatening Israel with destruction.  There is no conflict between the Iranian people and the people of Israel and under a different regime the friendly relations that prevailed in the past could be restored.

BILD: Do you consider Europe’s position towards the regime in Tehran firm enough?

PM Netanyahu: I think we have to come to grips with the fact that this bellicose regime is seeking to develop nuclear weapons which will threaten the peace in the middle east and also in the entire world. Iran sponsors terrorism and it could very well give a nuclear umbrella to terrorism and possibly provide nuclear weapons to terrorists. It could act in ways that nuclear powers have not done so up to now. This is a very great danger.

Benjamin Netanyahu in BILD interview
Benjamin Netanyahu
Israeli PM talks to BILD about the Iran election
Benjamin Netanyahu (59) has been Israels Prime Minister since March 31.
Foto: Daniel Biskup

BILD: The new US President announced in his outstanding speech in Cairo a new chapter in the relationship with Islam. Does this announcement fill you with concern?

PM Netanyahu: President Obama called for a new beginning of peace and reconciliation in the Middle East and this is a goal we definitely share. I support his idea of a regional peace and I hope the Arab countries will come forward and begin to normalize their relations with Israel. This would help us and the Palestinians and would also help to expand the circle of peace. President Obama said emphatically, that the bonds between Israel and the United States are unbreakable and that the Arab world has to accept the fact that Israel is here to stay. These were very positive statements.

BILD: Obama extends the hand of freedom especially to Iran. He even offers the mullahs the chance of cooperation in the nuclear power industry…

PM Netanyahu: I spoke to president Obama at some length about the problem of Iran’s nuclear ambitions and he said he would seek to persuade the Iranians to stop their nuclear weapons program. He also said he would leave all options open to ensure that the program is discontinued. I think its crucial for the Iranian regime to recognize that there is a growing understanding in the international community that what they are doing is unacceptable, and that there is an international front developing that is committed to prevent the Iranian regime from acquiring nuclear weapons.

BILD: Furthermore, in his ‚Islam speech‘ the US President showed a vast amount of understanding for the rights of the Palestinians…

PM Netanyahu: The approach that seeks to solve the problem by having the Palestinians living peacefully and freely next to us is pretty common around the world. What hasn’t been expressed clearly enough was the consensus that exists on the Israeli side and that has characterized successive governments. We want to live peacefully next to the Palestinians and we dont want to govern them. We want them to have all the powers to govern themselves – except those handful of powers that could threaten Israel. A Palestinian government doesn’t need rockets and missiles. This is one of the two concerns we have. If we are asked to recognize a Palestinian state we expect the Palestinians to recognize a Jewish state. Israel is the nation-state of the Jewish people with a lot of non-Jewish people living as full and equal citizens –Arabs, Muslims, Christians. So the recognition of Israel as the nation state of the Jewish people is essential for peace. This is the central and most important element that has been missing and also the reason that this conflict continues for so many years. Secondly, a Palestinian state must be a demilitarised state because we don’t want to have another Gaza. We don’t want to have another Iran next to our borders. And we don’t want to have a repeat of our experiences we had with thousands of rockets and missiles fired at us from a territory that we vacated and is now controlled by the Palestinians. This is essentially what “Hamastan” is. It’s an Iranian-backed terrorist base from which Palestinians fire rockets into Israeli  towns and homes.  We cannot afford to create another Hamastan on our borders.

BILD: The Central Council of Jews in Germany openly criticised Obama’s Middle-East politics. The Secretary General recently wrote, „the United States would, possibly deliberately, force Israel’s head of state into a corner to gain an advantage in the Islamic world. Do you consider the US President as an equally passionate friend of Israel as his predecessor George W. Bush?

PM Netanyahu: President Obama said two things. One, that the bond between America and Israel is unshakeable which, importantly, he said in Cairo. But he also said in that same speech that the United States cannot impose a settlement. That is something that has to be negotiated between the two parties. Both statements of President Obama reflect something very deep in the relationship between Israel and the United States through succesful US administrations and through succesful Israeli governments. It‘s a very powerful bond of ideals and values and also of interests and I think that this continues under President Obamas administration and certainly under my government.

https://i0.wp.com/davidovit.com/articles/portraits/BENJAMIN_NETANYAHU.jpg

Wawancara Eksklusif Suratkabar BILD Dengan Perdana Menteri Israel BENJAMIN NETANYAHU : "Ahmadinejad Wouldn Have Won A Free Election In Iran"

Filed under: ahmadinejad, benjamin netanyahu, bild newspaper, iran, israel — katakaminews @ 10:29

Benjamin Netanyahu in BILD interview

BILD: Mr. Prime Minister, Israelis greet each other with Shalom – peace. But your country has been fighting for survival, suffering from terror and war for the past 60 years. Under these circumstances, is peace for Israel not just an illusion?

PM Netanyahu: Well, it is our hope. We have achieved peace with two of our neighbours with Egypt and Jordan and we hope to complete the circle of peace. But we have to ask the question why have we not achieved a comprehensive peace while our people are praying for it every day and when Israel has made concessions that no other country has made for peace. And the true answer is: There is still a persistent refusal in some quarters of the Arab world and beyond it to recognize the right of a Jewish state to exist here in our ancestral homeland. Once this refusal is removed – the door to a permanent peace will surely be opened. All the other problems, as difficult as they are, are resolvable.

Benjamin Netanyahu in BILD interview

Benjamin Netanyahu
Israeli PM talks to BILD about the Iran election
BILDs Chief Editor Kai Diekmann talks to Israels leader.
Foto: Daniel Biskup

BILD: To repeat your own words: „The biggest threat for peace in the world, for mankind, originates from radical Islam and nuclear weapons.“ Against this background, how do you see the current development in Iran?


PM Netanyahu: I think the true nature of the Iranian regime has been unmasked. You can actually see the lack of Iranian democracy at work. This is a regime that represses its own people, supports terrorism worldwide and openly denies the holocaust, while calling for the elimination of Israel. This regime is not only a great threat to our existence, but also to moderate Arab countries, the safety of Europe and to the peace in the world.

BILD: Is it possible that a second Persian revolution could sweep away Ahmadinejad, just as the first removed the Shah?

PM Netanyahu: If they had a free choice, I have no doubt they would have a different government. What we have seen in Iran is a powerful desire on the part of the Iranian people to be free. Don’t forget, Iranian elections are not like elections in Europe or Israel. First of all, the regime vets candidates. They eliminate in advance those who are unacceptable them. This is a theocratic, totalitarian and brutal state that doesn’t really give free choice to the Iranian people.

BILD: Would a victory for Ahmadinejad‘s opponent Hossein Mussawi be good news for Israel?

PM Netanyahu: What would be good news for Israel is a regime that stops crushing dissent, stops supporting terror and stops trying to build nuclear weapons. It would mean a regime that stops denying the Holocaust and stops threatening Israel with destruction. There is no conflict between the Iranian people and the people of Israel and under a different regime the friendly relations that prevailed in the past could be restored.

BILD: Do you consider Europe’s position towards the regime in Tehran firm enough?

PM Netanyahu: I think we have to come to grips with the fact that this bellicose regime is seeking to develop nuclear weapons which will threaten the peace in the middle east and also in the entire world. Iran sponsors terrorism and it could very well give a nuclear umbrella to terrorism and possibly provide nuclear weapons to terrorists. It could act in ways that nuclear powers have not done so up to now. This is a very great danger.

Benjamin Netanyahu in BILD interview

Benjamin Netanyahu
Israeli PM talks to BILD about the Iran election
Benjamin Netanyahu (59) has been Israels Prime Minister since March 31.
Foto: Daniel Biskup

BILD: The new US President announced in his outstanding speech in Cairo a new chapter in the relationship with Islam. Does this announcement fill you with concern?

PM Netanyahu: President Obama called for a new beginning of peace and reconciliation in the Middle East and this is a goal we definitely share. I support his idea of a regional peace and I hope the Arab countries will come forward and begin to normalize their relations with Israel. This would help us and the Palestinians and would also help to expand the circle of peace. President Obama said emphatically, that the bonds between Israel and the United States are unbreakable and that the Arab world has to accept the fact that Israel is here to stay. These were very positive statements.

BILD: Obama extends the hand of freedom especially to Iran. He even offers the mullahs the chance of cooperation in the nuclear power industry…

PM Netanyahu: I spoke to president Obama at some length about the problem of Iran’s nuclear ambitions and he said he would seek to persuade the Iranians to stop their nuclear weapons program. He also said he would leave all options open to ensure that the program is discontinued. I think its crucial for the Iranian regime to recognize that there is a growing understanding in the international community that what they are doing is unacceptable, and that there is an international front developing that is committed to prevent the Iranian regime from acquiring nuclear weapons.

BILD: Furthermore, in his ‚Islam speech‘ the US President showed a vast amount of understanding for the rights of the Palestinians…

PM Netanyahu: The approach that seeks to solve the problem by having the Palestinians living peacefully and freely next to us is pretty common around the world. What hasn’t been expressed clearly enough was the consensus that exists on the Israeli side and that has characterized successive governments. We want to live peacefully next to the Palestinians and we dont want to govern them. We want them to have all the powers to govern themselves – except those handful of powers that could threaten Israel. A Palestinian government doesn’t need rockets and missiles. This is one of the two concerns we have. If we are asked to recognize a Palestinian state we expect the Palestinians to recognize a Jewish state. Israel is the nation-state of the Jewish people with a lot of non-Jewish people living as full and equal citizens –Arabs, Muslims, Christians. So the recognition of Israel as the nation state of the Jewish people is essential for peace. This is the central and most important element that has been missing and also the reason that this conflict continues for so many years. Secondly, a Palestinian state must be a demilitarised state because we don’t want to have another Gaza. We don’t want to have another Iran next to our borders. And we don’t want to have a repeat of our experiences we had with thousands of rockets and missiles fired at us from a territory that we vacated and is now controlled by the Palestinians. This is essentially what “Hamastan” is. It’s an Iranian-backed terrorist base from which Palestinians fire rockets into Israeli towns and homes. We cannot afford to create another Hamastan on our borders.

BILD: The Central Council of Jews in Germany openly criticised Obama’s Middle-East politics. The Secretary General recently wrote, „the United States would, possibly deliberately, force Israel’s head of state into a corner to gain an advantage in the Islamic world. Do you consider the US President as an equally passionate friend of Israel as his predecessor George W. Bush?

PM Netanyahu: President Obama said two things. One, that the bond between America and Israel is unshakeable which, importantly, he said in Cairo. But he also said in that same speech that the United States cannot impose a settlement. That is something that has to be negotiated between the two parties. Both statements of President Obama reflect something very deep in the relationship between Israel and the United States through succesful US administrations and through succesful Israeli governments. It‘s a very powerful bond of ideals and values and also of interests and I think that this continues under President Obamas administration and certainly under my government.

https://i0.wp.com/davidovit.com/articles/portraits/BENJAMIN_NETANYAHU.jpg

22/06/2009

Tulisan Presiden Obama Pada Perayaan “Father’s Day”, : WE NEED FATHERS TO STEP UP !

Filed under: katakami, malia and sasha obama, president barack obama, world news — katakaminews @ 15:23



By : BARACK HUSSEIN OBAMA

Dimuat juga di http://www.katakamikatakami.vox.com , http://www.blogkatakaminews.blogspot.com dan http://www.katakaminews.wordpress.com


As the father of two young girls who have shown such poise, humor, and patience in the unconventional life into which they have been thrust, I mark this Father’s Day—our first in the White House—with a deep sense of gratitude. One of the greatest benefits of being President is that I now live right above the office. I see my girls off to school nearly every morning and have dinner with them nearly every night. It is a welcome change after so many years out on the campaign trail and commuting between Chicago and Capitol Hill.

But I observe this Father’s Day not just as a father grateful to be present in my daughters’ lives but also as a son who grew up without a father in my own life. My father left my family when I was 2 years old, and I knew him mainly from the letters he wrote and the stories my family told. And while I was lucky to have two wonderful grandparents who poured everything they had into helping my mother raise my sister and me, I still felt the weight of his absence throughout my childhood.

As an adult, working as a community organizer and later as a legislator, I would often walk through the streets of Chicago’s South Side and see boys marked by that same absence—boys without supervision or direction or anyone to help them as they struggled to grow into men. I identified with their frustration and disengagement—with their sense of having been let down.

In many ways, I came to understand the importance of fatherhood through its absence—both in my life and in the lives of others. I came to understand that the hole a man leaves when he abandons his responsibility to his children is one that no government can fill. We can do everything possible to provide good jobs and good schools and safe streets for our kids, but it will never be enough to fully make up the difference.

That is why we need fathers to step up, to realize that their job does not end at conception; that what makes you a man is not the ability to have a child but the courage to raise one.

As fathers, we need to be involved in our children’s lives not just when it’s convenient or easy, and not just when they’re doing well—but when it’s difficult and thankless, and they’re struggling. That is when they need us most.

And it’s not enough to just be physically present. Too often, especially during tough economic times like these, we are emotionally absent: distracted, consumed by what’s happening in our own lives, worried about keeping our jobs and paying our bills, unsure if we’ll be able to give our kids the same opportunities we had.

Our children can tell. They know when we’re not fully there. And that disengagement sends a clear message—whether we mean it or not—about where among our priorities they fall.

So we need to step out of our own heads and tune in. We need to turn off the television and start talking with our kids, and listening to them, and understanding what’s going on in their lives.

We need to set limits and expectations. We need to replace that video game with a book and make sure that homework gets done. We need to say to our daughters, Don’t ever let images on TV tell you what you are worth, because I expect you to dream without limit and reach for your goals. We need to tell our sons, Those songs on the radio may glorify violence, but in our house, we find glory in achievement, self-respect, and hard work.

We need to realize that we are our children’s first and best teachers. When we are selfish or inconsiderate, when we mistreat our wives or girlfriends, when we cut corners or fail to control our tempers, our children learn from that—and it’s no surprise when we see those behaviors in our schools or on our streets.

But it also works the other way around. When we work hard, treat others with respect, spend within our means, and contribute to our communities, those are the lessons our children learn. And that is what so many fathers are doing every day—coaching soccer and Little League, going to those school assemblies and parent-teacher conferences, scrimping and saving and working that extra shift so their kids can go to college. They are fulfilling their most fundamental duty as fathers: to show their children, by example, the kind of people they want them to become.

It is rarely easy. There are plenty of days of struggle and heartache when, despite our best efforts, we fail to live up to our responsibilities. I know I have been an imperfect father. I know I have made mistakes. I have lost count of all the times, over the years, when the demands of work have taken me from the duties of fatherhood. There were many days out on the campaign trail when I felt like my family was a million miles away, and I knew I was missing moments of my daughters’ lives that I’d never get back. It is a loss I will never fully accept.

But on this Father’s Day, I think back to the day I drove Michelle and a newborn Malia home from the hospital nearly 11 years ago—crawling along, miles under the speed limit, feeling the weight of my daughter’s future resting in my hands. I think about the pledge I made to her that day: that I would give her what I never had—that if I could be anything in life, I would be a good father. I knew that day that my own life wouldn’t count for much unless she had every opportunity in hers. And I knew I had an obligation, as we all do, to help create those opportunities and leave a better world for her and all our children.

On this Father’s Day, I am recommitting myself to that work, to those duties that all parents share: to build a foundation for our children’s dreams, to give them the love and support they need to fulfill them, and to stick with them the whole way through, no matter what doubts we may feel or difficulties we may face. That is my prayer for all of us on this Father’s Day, and that is my hope for this nation in the months and years ahead.

http://blackcelebritykids.files.wordpress.com/2008/05/may4thindianaobama.jpg


LAMPIRAN (SURAT PRESIDEN OBAMA KEPADA KEDUA PUTERINYA, MALIA & SASHA) :



Dear Malia and Sasha,

I know that you’ve both had a lot of fun these last two years on the campaign trail, going to picnics and parades and state fairs, eating all sorts of junk food your mother and I probably shouldn’t have let you have. But I also know that it hasn’t always been easy for you and Mom, and that as excited as you both are about that new puppy, it doesn’t make up for all the time we’ve been apart. I know how much I’ve missed these past two years, and today I want to tell you a little more about why I decided to take our family on this journey.

When I was a young man, I thought life was all about me—about how I’d make my way in the world, become successful, and get the things I want. But then the two of you came into my world with all your curiosity and mischief and those smiles that never fail to fill my heart and light up my day. And suddenly, all my big plans for myself didn’t seem so important anymore. I soon found that the greatest joy in my life was the joy I saw in yours. And I realized that my own life wouldn’t count for much unless I was able to ensure that you had every opportunity for happiness and fulfillment in yours. In the end, girls, that’s why I ran for President: because of what I want for you and for every child in this nation.

https://i0.wp.com/blindie.com/wp-content/uploads/2008/11/malia_sasha_obama-326x400.jpg

I want all our children to go to schools worthy of their potential—schools that challenge them, inspire them, and instill in them a sense of wonder about the world around them. I want them to have the chance to go to college—even if their parents aren’t rich. And I want them to get good jobs: jobs that pay well and give them benefits like health care, jobs that let them spend time with their own kids and retire with dignity.

I want us to push the boundaries of discovery so that you’ll live to see new technologies and inventions that improve our lives and make our planet cleaner and safer. And I want us to push our own human boundaries to reach beyond the divides of race and region, gender and religion that keep us from seeing the best in each other.

Sometimes we have to send our young men and women into war and other dangerous situations to protect our country—but when we do, I want to make sure that it is only for a very good reason, that we try our best to settle our differences with others peacefully, and that we do everything possible to keep our servicemen and women safe. And I want every child to understand that the blessings these brave Americans fight for are not free—that with the great privilege of being a citizen of this nation comes great responsibility.

https://i0.wp.com/celebrityworld.today.com/files/2008/11/sasha-and-malia-obama.jpg

That was the lesson your grandmother tried to teach me when I was your age, reading me the opening lines of the Declaration of Independence and telling me about the men and women who marched for equality because they believed those words put to paper two centuries ago should mean something.

She helped me understand that America is great not because it is perfect but because it can always be made better—and that the unfinished work of perfecting our union falls to each of us. It’s a charge we pass on to our children, coming closer with each new generation to what we know America should be.

I hope both of you will take up that work, righting the wrongs that you see and working to give others the chances you’ve had. Not just because you have an obligation to give something back to this country that has given our family so much—although you do have that obligation. But because you have an obligation to yourself. Because it is only when you hitch your wagon to something larger than yourself that you will realize your true potential.

https://i0.wp.com/images.watoday.com.au/2009/06/05/557220/article400_obama_daughters-420x0.jpg

These are the things I want for you—to grow up in a world with no limits on your dreams and no achievements beyond your reach, and to grow into compassionate, committed women who will help build that world. And I want every child to have the same chances to learn and dream and grow and thrive that you girls have. That’s why I’ve taken our family on this great adventure.

I am so proud of both of you. I love you more than you can ever know. And I am grateful every day for your patience, poise, grace, and humor as we prepare to start our new life together in the White House.

Love,
Dad
https://i0.wp.com/assets.nydailynews.com/img/2009/04/30/gal_obama_06.jpg

Catatan Kecil Pada Perayaan “Father’s Day”, My Daddy Is My Hero !

Filed under: father's day, katakami, mega simarmata — katakaminews @ 15:20

Tulisan Presiden Obama Pada Perayaan "Father's Day", : WE NEED FATHERS TO STEP UP !

Filed under: barack obama — Tag:, — katakaminews @ 14:56

by : BARACK HUSSEIN OBAMA

As the father of two young girls who have shown such poise, humor, and patience in the unconventional life into which they have been thrust, I mark this Father’s Day—our first in the White House—with a deep sense of gratitude. One of the greatest benefits of being President is that I now live right above the office. I see my girls off to school nearly every morning and have dinner with them nearly every night. It is a welcome change after so many years out on the campaign trail and commuting between Chicago and Capitol Hill.

But I observe this Father’s Day not just as a father grateful to be present in my daughters’ lives but also as a son who grew up without a father in my own life. My father left my family when I was 2 years old, and I knew him mainly from the letters he wrote and the stories my family told. And while I was lucky to have two wonderful grandparents who poured everything they had into helping my mother raise my sister and me, I still felt the weight of his absence throughout my childhood.

As an adult, working as a community organizer and later as a legislator, I would often walk through the streets of Chicago’s South Side and see boys marked by that same absence—boys without supervision or direction or anyone to help them as they struggled to grow into men. I identified with their frustration and disengagement—with their sense of having been let down.

In many ways, I came to understand the importance of fatherhood through its absence—both in my life and in the lives of others. I came to understand that the hole a man leaves when he abandons his responsibility to his children is one that no government can fill. We can do everything possible to provide good jobs and good schools and safe streets for our kids, but it will never be enough to fully make up the difference.

That is why we need fathers to step up, to realize that their job does not end at conception; that what makes you a man is not the ability to have a child but the courage to raise one.

As fathers, we need to be involved in our children’s lives not just when it’s convenient or easy, and not just when they’re doing well—but when it’s difficult and thankless, and they’re struggling. That is when they need us most.

And it’s not enough to just be physically present. Too often, especially during tough economic times like these, we are emotionally absent: distracted, consumed by what’s happening in our own lives, worried about keeping our jobs and paying our bills, unsure if we’ll be able to give our kids the same opportunities we had.

Our children can tell. They know when we’re not fully there. And that disengagement sends a clear message—whether we mean it or not—about where among our priorities they fall.

So we need to step out of our own heads and tune in. We need to turn off the television and start talking with our kids, and listening to them, and understanding what’s going on in their lives.

We need to set limits and expectations. We need to replace that video game with a book and make sure that homework gets done. We need to say to our daughters, Don’t ever let images on TV tell you what you are worth, because I expect you to dream without limit and reach for your goals. We need to tell our sons, Those songs on the radio may glorify violence, but in our house, we find glory in achievement, self-respect, and hard work.

We need to realize that we are our children’s first and best teachers. When we are selfish or inconsiderate, when we mistreat our wives or girlfriends, when we cut corners or fail to control our tempers, our children learn from that—and it’s no surprise when we see those behaviors in our schools or on our streets.

But it also works the other way around. When we work hard, treat others with respect, spend within our means, and contribute to our communities, those are the lessons our children learn. And that is what so many fathers are doing every day—coaching soccer and Little League, going to those school assemblies and parent-teacher conferences, scrimping and saving and working that extra shift so their kids can go to college. They are fulfilling their most fundamental duty as fathers: to show their children, by example, the kind of people they want them to become.

It is rarely easy. There are plenty of days of struggle and heartache when, despite our best efforts, we fail to live up to our responsibilities. I know I have been an imperfect father. I know I have made mistakes. I have lost count of all the times, over the years, when the demands of work have taken me from the duties of fatherhood. There were many days out on the campaign trail when I felt like my family was a million miles away, and I knew I was missing moments of my daughters’ lives that I’d never get back. It is a loss I will never fully accept.

But on this Father’s Day, I think back to the day I drove Michelle and a newborn Malia home from the hospital nearly 11 years ago—crawling along, miles under the speed limit, feeling the weight of my daughter’s future resting in my hands. I think about the pledge I made to her that day: that I would give her what I never had—that if I could be anything in life, I would be a good father. I knew that day that my own life wouldn’t count for much unless she had every opportunity in hers. And I knew I had an obligation, as we all do, to help create those opportunities and leave a better world for her and all our children.

On this Father’s Day, I am recommitting myself to that work, to those duties that all parents share: to build a foundation for our children’s dreams, to give them the love and support they need to fulfill them, and to stick with them the whole way through, no matter what doubts we may feel or difficulties we may face. That is my prayer for all of us on this Father’s Day, and that is my hope for this nation in the months and years ahead.

http://blackcelebritykids.files.wordpress.com/2008/05/may4thindianaobama.jpg

LAMPIRAN (SURAT PRESIDEN OBAMA KEPADA KEDUA PUTERINYA, MALIA & SASHA) :

Dear Malia and Sasha,

I know that you’ve both had a lot of fun these last two years on the campaign trail, going to picnics and parades and state fairs, eating all sorts of junk food your mother and I probably shouldn’t have let you have. But I also know that it hasn’t always been easy for you and Mom, and that as excited as you both are about that new puppy, it doesn’t make up for all the time we’ve been apart. I know how much I’ve missed these past two years, and today I want to tell you a little more about why I decided to take our family on this journey.

When I was a young man, I thought life was all about me—about how I’d make my way in the world, become successful, and get the things I want. But then the two of you came into my world with all your curiosity and mischief and those smiles that never fail to fill my heart and light up my day. And suddenly, all my big plans for myself didn’t seem so important anymore. I soon found that the greatest joy in my life was the joy I saw in yours. And I realized that my own life wouldn’t count for much unless I was able to ensure that you had every opportunity for happiness and fulfillment in yours. In the end, girls, that’s why I ran for President: because of what I want for you and for every child in this nation.

https://i0.wp.com/blindie.com/wp-content/uploads/2008/11/malia_sasha_obama-326x400.jpg

I want all our children to go to schools worthy of their potential—schools that challenge them, inspire them, and instill in them a sense of wonder about the world around them. I want them to have the chance to go to college—even if their parents aren’t rich. And I want them to get good jobs: jobs that pay well and give them benefits like health care, jobs that let them spend time with their own kids and retire with dignity.

I want us to push the boundaries of discovery so that you’ll live to see new technologies and inventions that improve our lives and make our planet cleaner and safer. And I want us to push our own human boundaries to reach beyond the divides of race and region, gender and religion that keep us from seeing the best in each other.

Sometimes we have to send our young men and women into war and other dangerous situations to protect our country—but when we do, I want to make sure that it is only for a very good reason, that we try our best to settle our differences with others peacefully, and that we do everything possible to keep our servicemen and women safe. And I want every child to understand that the blessings these brave Americans fight for are not free—that with the great privilege of being a citizen of this nation comes great responsibility.

https://i0.wp.com/celebrityworld.today.com/files/2008/11/sasha-and-malia-obama.jpg

That was the lesson your grandmother tried to teach me when I was your age, reading me the opening lines of the Declaration of Independence and telling me about the men and women who marched for equality because they believed those words put to paper two centuries ago should mean something.

She helped me understand that America is great not because it is perfect but because it can always be made better—and that the unfinished work of perfecting our union falls to each of us. It’s a charge we pass on to our children, coming closer with each new generation to what we know America should be.

I hope both of you will take up that work, righting the wrongs that you see and working to give others the chances you’ve had. Not just because you have an obligation to give something back to this country that has given our family so much—although you do have that obligation. But because you have an obligation to yourself. Because it is only when you hitch your wagon to something larger than yourself that you will realize your true potential.

https://i0.wp.com/images.watoday.com.au/2009/06/05/557220/article400_obama_daughters-420x0.jpg

These are the things I want for you—to grow up in a world with no limits on your dreams and no achievements beyond your reach, and to grow into compassionate, committed women who will help build that world. And I want every child to have the same chances to learn and dream and grow and thrive that you girls have. That’s why I’ve taken our family on this great adventure.

I am so proud of both of you. I love you more than you can ever know. And I am grateful every day for your patience, poise, grace, and humor as we prepare to start our new life together in the White House.

Love,
Dad
https://i0.wp.com/assets.nydailynews.com/img/2009/04/30/gal_obama_06.jpg

Catatan Kecil Pada Perayaan "Father's Day", My Daddy Is My Hero !

Filed under: katakami, mega simarmata, news — Tag:, , , , — katakaminews @ 09:21

Oleh : Mega Simarmata, Pemimpin Redaksi

Dimuat juga di http://www.katakamikatakami.vox.com dan http://www.katakaminews.wordpress.com


Jakarta 21/6/2009 (KATAKAMI) Di Indonesia, sedikit kurang populer perayaan HARI AYAH (FATHER’S DAY). Yang sangat lazim adalah perayaan HARI IBU setiap tanggal 22 Desember (MOTHER’S DAY).

Tapi rasanya, menarik juga jika saya mengulas sedikit tentang kenangan dan apa pandangan dalam diri saya terhadap figur seorang ayah.

Ayah saya, Oloan Herlin Simarmata Sarjana Hukum, adalah seorang pensiunan Hakim. Ia menikah dengan RA Pasaribu teman sekuliahnya DI Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), yang tak lain adalah ibu saya. Seorang perempuan yang sangat mulia hatinya. Perempuan yang mengajarkan kami anak-anaknya untuk sangat kuat mengandalkan kekuatan “DOA” dalam menjalani kehidupan.

Jabatan terakhirnya adalah Ketua Pengadilan Tinggi di Sulawesi Utara dan memasuki masa pensiun pada awal tahun 2001.

Yang menjadi kesamaan sangat mendasar antara saya dan ayah saya adalah kami berbintang sama yaitu AQUARIUS dan sama-sama memiliki golongan darah A.

Ayah saya, pribadi yang sangat hangat, punya rasa humor yang sangat amat tinggi, murah hati tak terhingga kepada anak-anaknya, sangat siap dan selalu mau menjadi pendengar yang baik untuk semua anak-anaknya. Dalam keluarga, saya anak bungsu dari 5 bersaudara.

Hal lain yang membuat kedekatan bathin saya menjadi lebih dekat dengan ayah saya adalah dari 7 anak (2 diantaranya meninggal dunia sewaktu bagi balita), hanya saya yang sewaktu lahir dibiayai dari hasil pendapatan ayah saya sendiri yang waktu dekade tahun 1970-an masih menjabat sebagai “hakim biasa”. Saudara saya yang lain dibiayai “ongkos rumah sakitnya” oleh Kakek saya Almarhum “TUAN SARIBURAJA” Somuntul Bungajalan Pasaribu. Dan tidak tanggung-tanggung, semua saudara saya itu lahir di rumah sakit swasta yang sangat bagus dan mahal yaitu Rumah Sakit Elizabeth Medan. Sedangkan saya, (hehehe) lahir di Rumah Sakit Umum Pringadi Medan.

Panggilan saya untuk ayah saya kalau sedang bercanda adalah “Don Corleone”, nama tokoh MAFIA dalam film GODFATHER. Karena itu adalah film kesukaan kami sekeluarga. Dan satu kalimat yang ada dalam film itu adalah “Don’t Let People Know, What You’re Thinking”.

Dilahirkan dari keluarga yang sangat apa adanya di sebuah dusun kecil yaitu Lumban Suhi-Suhi di Pulau Samosir, ayah saya sangat dimanja oleh ayah ibunya. Itu disebabkan karena kelahirannya didunia ini sangat lama dinantikan oleh ayah dan ibunya yaitu Almarhum Mangga Albinus Simarmata dan Katarina Manik. Tigabeslas tahun setelah pernikahan, barulah kakek dan nenek saya itu bisa mendapatkan anak pertama dan itulah yang kelak menjadi ayah saya.

Entah karena di masa kecilnya, ia memang sangat dimanjakan (padahal ketiga orang adiknya sangat jarang dimanjakan berlebihan oleh kakek nenek saya), kepada kami semua anak-anaknya … ayah saya memang terlihat sangat konsisten pada satu hal yaitu memberikan apapun yang terbaik untuk anak.

Bahkan kalau anak-anaknya memilih pasangan yang sesuai dengan keinginan masing-masing. Abang saya yang sulung, Barce Simarmata memilih menikah dengan teman sekuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berlatar-belakang suku Cina. Sempat mendapat penolakan yang keras dari ibu dan kakak perempuan saya (Wendy Simarmata). Tetapi, ayah saya tidak sampai hati dan sejak awal “merestui” hubungan itu dengan cara yang sangat halus.

Dalam kenangan saya di masa kanak kanak, salah satu sifat yang menonjol dari ayah saya adalah beliau tidak pernah marah secara keras kepada anak-anak. Sungguh sangat lembut dan memukau luar biasa hatinya. Ini menjadi sebuah kenangan mendasar yang mengakar didalam hati kami anak-anaknya. Kemanapun ia pergi, ia pasti membelikan buah tangan atau oleh-oleh sesuai dengan permintaan dari anak-anaknya.

Dan, pasti yang dituliskan oleh anak-anaknya akan dibelikan oleh ayah saya.

Saat beliau memasuki masa pensiun tahun 2001, saya yang mendapat kesempatan untuk pergi ke Eropa bersama ayah ibu saya. Mereka lebih dulu berangkat ke Amsterdam, dan saya menyusul beberapa hari kemudian. Saat saya datang, di pintu penjemputan sudah berdiri ayah dan ibu saya dengan senyum mereka di Bandara Schipol Amsterdam.

Dari Belanda, kami bertiga mengunjungi Lourdes di Perancis Selatan, sebuah tempat suci bagi UMAT KATOLIK di seluruh dunia sebab di Lourdes inilah MARIA, Ibunda Yesus, menampakkan diri kepadz Santa Bernadette Soubirous. Dan salah satu tanda yang penuh mukjizat di Lourdes, adalah keluarnya mata air yang diyakini akan dapat memberikan “kesembuhan” — secara jasmani dan rohani kepada umat yang mengimani dengan sungguh-sungguh kemurahan hati Tuhan –. Saya pribadi, sudah 6 (enam) kali berziarah ke “tanah suci” LOURDES ini.

Perjalanan ke Lourdes ini, tidak akan pernah dilupakan oleh ayah saya. Sebab saya “mengerjai” beliau. Di Lourdes, semua umat yang datang ke sana akan menyempatkan diri untuk “mandi” di air suci yang memang dibuatkan khusus menjadi tempat-tempat permandian. Ada yang khusus untuk lelaki dan ada juga yang khusus untuk perempuan.

Suuatu hari saat kami di Lourdes, saya katakan kepada ayah saya, “Pak, didalam ruangan sini nanti, ada pemandangan bagus. Tapi dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Nah sekarang, Bapak masuk ke dalam. Aku tunggu diluar,” kata saya kepada ayah saya waktu itu.

Dan beliau percaya. Masuklah ayah saya di “ruangan” itu — yang ternyata adalah tempat permandian untuk untuk kaum lelaki. Saya sudah tertawa terbahak-bahak karena saya tahu pasti ayah saya akan kedingingan mandi didalam. Sebab, untuk mandi disana harus (maaf) telanjang dan airnya … DINGIN SEKALI. Ketika kami datang, suhu disana minus 2 derajat celcius.

Ketika ayah saya keluar, beliau tidak marah dan malah kami berdua tertawa terbahak-bahak berdua. Beliau tahu dan sadar bahwa sudah dikerjai oleh anak bungsunya. Dan sampai saat ini, jika mengenang peristiwa itu maka ayah saya akan tertawa terbahak-bahak.

Dan sepanjang berapa di Eropa, kami punya kesukaan yang sama yaitu duduk di kafe, sekedar untuk menikmati secangkir cappucino hangat dengan dilengkap “panecake”.

Ayah saya adalah penyayang binatang. Itulah sebabnya, sewaktu saya kecil dulu … kami pernah punya anjing peliharaan sampai 20 ekor. Sebagian diantaranya adalah anjing ras, herder dan doberman. Dan salah satu hobi lainnya dari ayah saya adalah memelihara ikan arwana didalam aquarium. Dan itu yang membuat ayah saya sedih saat terjadi musibah banjir di kawasan Grogol (yang menjadi rumah keluarga besar kami), sebab air banjir setinggi 1.5 meter didalam rumah membuat ikan arwana kesayangan ayah saya “lepas” dan raib sampai saat ini.

Dan itu yang membuat ayah saya tidak ingin memelihara ikan didalam aquariumnya. Saya tahu, beliau tidak ingin “kehilangan” untuk yang kedua kalinya.

Ayah saya, tipikal yang “jahil” juga. Dan semua anak-anaknya pernah jadi sasaran.

Saya ingat, satu waktu saat beliau menjadi Hakim Tinggi di Kupang (Nusa Tenggara Timur), datanglah surat dari kekasih abang saya yang nomor 3. Teodorus Simarmata, sekarang bertugas di Imigrasi. Dari kami berlima, hanya Teo yang ikut ke NTT saat ayah saya bertugas disana. Dan Teo, memutuskan untuk kuliah di NTT mengambil program S-1 nya dulu.

Dulu saat masih kuliah di NTT, abang saya itu pernah berpacaran dengan seorang gadis “Porto” alias Portugis yang tinggal di Dili (sekarang menjadi ibukota Timor Leste). Ia berkirim surat kepada abang saya. Dan ayah saya “keluar” jahilnya. Ia membuka pelan-pelan amplop surat itu, dari berlembar-lembar surat cinta, diambil selembar dan didalam surat itu dimasukkan uang logam (uang recehan). Kemudian amplop itu lem rapi agar tidak ketahuan.

Bisakah anda bayangkan, bagaimana saat abang saya membuka surat cintanya yang sudah “dikerjai” oleh ayah saya. Hehehehe. Pertama-tama saat membaca, abang saya agak kebingungan karena ada yang jalan cerita yang “missing” atau hilang dari surat cinta itu. Dan mengapa ada uang recehan logam … untuk apa ? Tapi lama-kelamaan, abang saya tahu siapa “pelakunya”.

Bagi saya, ayah saya adalah sahabat sangat sempurna dan pendengar yang baik bagi setiap keluh kesah yang menjadi ganjalan di hati anak-anaknya. Kalau sudah ada masalah yang mengguncang hati, saya tahu kepada siapa saya harus berbicara.

Saya pasti menelepon ayah saya. Sering, saya sampai menangis tersedu sedan sampai saat ini jika berkeluh kesah tentang sesuatu yang sangat “mendasar”, kalau memang ada hal-hal yang menyedihkan hati dalam kehidupan saya.

Dan itu juga yang dilakukan oleh kakak perempuan saya, Wendy, dia pasti tahu kepada siapa dia harus “curhat” jika ada masalah atau keluhan yang sangat mengguncang hatinya.

Sebagai jurnalis selama lebih dari 15 tahun, bidang yang menjadi spesialisasi tulisan atau peliputan saya adalah politik, hukum dan keamanan. Khusus di bidang hukum, saya pasti tahu kepada siapa juga saya harus “berdiskusi” atau “bertanya” tentang permasalahan hukum.

Saya pasti menghubungi ayah saya untuk bertanya, walaupun abang saya yang nomor 4 (Edward Simarmata) adalah seorang hakim, satu-satunya yang meneruskan profesi hakim dalam keluarga saya. Saat ini, Edward bertugas sebagai HAKIM Di Pengadilan Negeri Bitung, Gorontalo.

Sama seperti ibu saya, ayah saya menempatkan anak sebagai permata hati yang tak akan putus-putusnya mendapatkan curahan kasih sayang dan pemberian-pemberian yang menyentuh hati.

Sama seperti ibu saya, ayah saya memperlakukan anak sebagai “orang” yang tak boleh disakiti dan justru harus dilimpahi dengan semua kebaikan demi kebaikan. Dari mulai kami lahir, bertumbuh dan berkembang sebagai balita, remaja, dewasa dan saat semua sudah menikah. Tidak ada yang berubah, perlakuan mereka tetap sama kepada anak-anaknya.

Selalu ada cerita yang lucu dan memancing gelak tawa, bila saya bertemu dengan ayah saya. Pasti selalu saja ada yang stok cerita-cerita yang lucu.

Itu sebabnya, sangat ganjil dan begitu “mengerikan” rasanya, jika ada didunia ini kaum lelaki yang memperlakukan anak-anaknya atau anak-anak kecil pada umumnya secara brutal, tidak manusiawi, biadab atau melenceng dari nilai-nilai kepatutan serta kewajaran. Saya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang menempatkan posisi “anak” sebagai pihak yang harus dikasihani, dihargai dan disayangi.

Bukan cuma anak sendiri, tetapi juga anak-anak orang lain — anak kecil secara keseluruhan.

Apa bedanya dengan binatang, jika cuma anak sendiri yang disayangi tetapi anak orang dihajar, ditindas dan diperlakukan tidak baik ? Binatang yang paling buas, pasti akan sangat menjaga dan menyayangi anaknya sendiri tetapi anak “pihak” lain justru dimangsa.

Saya menghormati dan sungguh mencintai ayah ibu saya, sebab mereka pasangan yang mengagumkan dan menjadi denyut nadi dalam kehidupan saya sebagai anak mereka.

Sudah hampir 5 tahun terakhir, ibu saya menderita sakit permanen pasca operasi di bagian kepala beberapa tahu lalu — yang menyebabkan kondisi fisiknya terbatas dan memori ingatannya berkurang –

Tetapi dengan sangat sabar sekali, ayah saya mengurus ibu saya sampai hal yang sekecil-kecilnya — maaf, memasangkan pakaian dalam, membantu buang air, membantu untuk makan dan minum, terutama minum obat –.

Ayah saya bangga, karena saya sebagai anak bungsunya konsisten dan sungguh menekuni profesi sebagai seorang jurnalis.

Dan diatas semua kebanggaan yang dirasakan oleh ayah (dan ibu saya), saya ingin mereka tahu bahwa justru merekalah yang paling pantas dibanggakan oleh saya, dan ke-empat saudara saya.

Cinta mereka, adalah matahari yang menyinari hidup anak-anak mereka. Cinta mereka, adalah bintang yang menghiasi “langit kehidupan” anak-anak mereka di waktu malam. Cinta mereka, adalah kekayaan yang paling berharga pemberian Tuhan kepada anak-anaknya.

Satu waktu, disaat saya berulang tahun, ayah saya mengirimkan ucapan selamat ulang tahun dengan sebuah harapan yang mengutip doa saya sewaktu kami bersama-sama berkunjung ke Lourdes (Perancis), “Tuhan, tidak perlu kekayaan yang berlimpah diberikan kepada kami, tapi berikanlah apa yang kami butuhkan, terutama kebahagiaan di hati”.

Dan dalam ucapan selamat ulang tahun itu, ayah saya menuliskan pesannya seperti ini, “Ananda Tercinta, Selamat Ulang Tahun Anakku, ingatlah doamu di Lourdes, Tuhan … tidak perlu kekayaan berlimpah yang diberikan kepada kami, tetapi berikanlah saja apa yang kami butuhkan, terutama kebahagiaan di hati”.

Walau di Indonesia ini, tidak populer perayaan “FATHER’S DAY”, saya ingin ikut meramaikannya di komunitas yang merayakannya di belahan dunia manapun karena saya bangga memiliki ayah yang penuh cinta yang tak pernah berkesudahan sepanjang waktu.

Sebuah doa, yang barangkali belum pernah didengar oleh ayah saya selama ini dari mulut dan hati saya sebagai anaknya, juga ada yang sangat khusus. Saya ingin memberitahukan doa saya itu dan dengan sepenuh hati saya ingin Tuhan mengabulkannya.

“Ya Tuhan, berikanlah umur yang panjang kepada ayah dan ibu saya, sepanjang umur NABI MUSA”.

PS : Horas ma Amang, Inang, holong do roha nami tu hamu. Mauliate godang, sahat ma tabe sian hami. (Salam untuk kalian, Bapak dan Ibu, kami sangat menyayangi kalian. Terimakasih banyak, dan kami sampaikan salam hormat dari kami).

Ananda Tercinta,

MS

Older Posts »

Blog di WordPress.com.