TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM & Dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.WORDPRESS.COM
Jakarta 30/6/2009 (KATAKAMI) Tak terasa 6 bulan sudah berlalu dari tahun 2009 ini. Artinya, 6 bulan ke depan adalah tenggat waktu bagi Presiden Barack Hussein Obama untuk merealisasikan penutupan penjara Guantanamo. Paling lambat, Januari 2010 penjara warisan Presiden “bermasalah” Bush itu harus segera ditutup — sesuai dengan janji Presiden Obama di hari pertama ia resmi menjadi Presiden AS yang ke-44.
Memang tak mudah menjadi politisi muda yang berkharisma dan bertalenta besar seperti Obama. Disana-sini, ia mendapat batu sandungan yang sering sangat mengejutkan gaungnya. Bagaimana tidak terkejut, sebab terkadang isu atau topik yang tak ada relevansinya dengan Obama justru dipaksakan untuk menjadi alat pemukul bagi Obama.
Kekisruhan masalah politik di Iran misalnya. Jika ada sebuah negara yang gagal menegakkan proses demokratisasi di negara mereka sehingga timbul perlawanan yang “revosulioner”, apakah itu menjadi tanggung jawab Obama ?
Apakah itu menjadi tugas pokok dari seorang PRESIDEN AMERIKA SERIKAT untuk secara cepat secepat-cepatnya direcoki, ditekan dan dicampuri ?
Semua pertanyaan ini, jawabannya sama yaitu TIDAK.
Presiden Obama jangan dikaitkan dan didorong-dorong untuk menjadi pemimpin yang bermulut ember yang secepat kilat menyambar berkoar-koar mencampuri urusan dalam negeri orang lain.
Tetapi, jika memang sudah tiba saatnya dan dianggap tepat untuk memberikan respon, Obama sudah dengan sendirinya memberikan pernyataan resmi.
Oke, mari sejenak kita ingat saat terjadi serangan militer Israel di jalur GAZA — pasca serangan bertubi-tubi ratusan mortir HAMAS persis di malam natal 2008 –. Saat itu, Obama memang sudah menjadi Presiden Terpilih AS. Ia didorong-dorong dan seakan dipaksa untuk menganggap kabinet Bush tak berfungsi lagi sehingga perlu memberikan keterangan resmi.
Saat itu, kuatnya tekanan tetap tidak mengubah prinsip kepatutan dan kebenaran yang dipegang Obama. Walaupun ia memang Presiden Terpilih tetapi secara konstitusi PRESIDEN AMERIKA SERIKAT masih tetap di tangan George Walter Bush. Kalau Obama berbicara juga, maka akan tumpang tindih semua pernyataan yaitu ada atas nama Presiden AS dan ada juga atas nama Presiden Terpilih AS. Obama memilih untuk “tenang” walaupun sebenarnya ia sangat memonitor dari dekat perkembangan di Jalur Gaza.
Barulah setelah ia dilantik, atas nama Presiden AS … Obama memberikan keterangan resmi terkait konflik bersenjata di Jalur GAZA.
Yang belakangan ini terjadi di AS adalah gerakan-gerakan politik yang mulai tidak terkendali dari lawan-lawan politik Obama di partai “seberang”.
Ditolaknya anggaran penutupan penjara Guantanamo (GITMO) dan baru-baru ini kecaman keras karena Obama tidak mau terlalu dini “berbicara keras” mengenai kekisruhan politik di Iran. Didalam dunia ini, memang tidak ada yang abadi sebab yang abadi itulah hanyalah kepentingan. Termasuk kepentingan politik (sesaat).
Tetapi apakah lantas, atas nama kepentingan politik dari partai Republik maka semua isu apa saja dihalalkan untuk “menghajar” Obama ?
Serangan politik sepertinya sudah tidak rasional lagi.
Nasionalisme sebagai rakyat AS, seakan sudah tidak ada di dada para politisi partai Republik. Mereka seakan menikmati kalau berhasil menciptakan batu sandungan atau mempermalukan Obama.
Entah dari sisi mana dari semua manuver politik itu, yang pantas disebut KENIKMATAN. Sebab, sama sekali semua manuver politik itu bukanlah KENIKMATAN.
Mata dunia menyaksikan bahwa ada indikasi permainan-permainan politik yang mesti segera diluruskan. Seharusnya, atas nama rasa KEBANGSAAN siapapun juga dan berasal dari partai politi atau golongan apapun juga, semua mesti sepakat mendukung Presiden mereka.
Obama dipilih oleh mayoritas rakyat AS untuk menjadi Presiden AS dan bukan untuk menjadi Presiden di negara lain. Sehingga dengan sendirinya, harus rakyat AS jugalah yang wajib membangun, memelihara dan terus memperkuat dukungan untuk Obama dalam melaksanakan kabinet pemerintahannya.
Belum apa-apa. sudah digedor-gedor dan diserang sana-sini. Dan yang menggedor atau menyerang itu, anehnya dari dalam negeri AS sendiri — khususnya dari lawan politik yang memang sudah kalah pada penyelenggaraan Pemilu Pilpres AS bulan November 2008 –.
Belum ada perkembangan terbaru yang keluar dari WHITE HOUSE (Gedung Putih) terkait rencana penutupan Guantanamo — pasca penolakn anggaran penutupan GITMO –.
Memang, Obama pernah sekilas mengatakan akan tetap melaksanakan rencana penutupan itu.
Yang jadi pertanyaan adalah, darimana anggaran yang bisa dialokasikan dalam kabinet Obama untuk membiayai rencana penutupan GITMO ? Apakah ada pos anggaran yang “siap setiap saat” untuk digeser menjadi anggaran penutupan GITMO ? Kalaupun ada anggaran di bidang lain yang bisa “dipinjamkan dulu” untuk menalangi dana penutupan GITMO, apakah itu tidak akan mengganggu pos anggaran bidang lainnya ?
Masih perlu kesabaran untuk bisa mengetahui apa saja langkah dan kebijakan Obama yang akan diambilnya untuk mengatasi semua ini.
Penutupan GITMO, adalah sesuatu yang pasti akan dilaksanakan. Walaupun ada suara-suara yang memojokkan dari mantan-mantan pemimpin yang sudah berlalu masanya.
Sok sinis dan sok mencerca. Sok tahu dan sok mengecam.
Perang melawan teror, bukan dengan cara melakukan kejahatan kemanusiaan yang brutal dan jelas-jelas melanggar hukum.
Perang melawan teror, bukan dengan cara memaksakan sesuatu yang salah dan fatal — sehingga kehormatan dan martabat AS juga menjadi guncang dan ikut terkorbankan selama ini.
Bukan begitu caranya jika ingin melindungi rakyat AS.
Satu hal yang sangat mendasar untuk disadari oleh para mantan pemimpin yang sudah berlalu masanya, cara terbaik untuk melindungi rakyat AS dari serangan teror adalah dengan memberikan dukungan kepada kabinet Obama.
Dukung Obama melaksanakan program dan kebijakan terbaiknya sehingga realisasi dari semua pelaksanaan program dan kebijakan itu akan segera dirasakan hasil terbaiknya oleh rakyat AS.
Presiden Obama harus sangat cermat melaksanakan penutupan penjara GITMO.
Anggaran yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Obama harus memastikan bahwa anggaran yang akan digunakannya untuk menutup penjara GITMO — pasca ditolaknya anggaran itu — harus anggaran yang benar-benar aman untuk digunakan kabinet Obama.
Artinya, janganlah nanti justru jadi amunisi baru bagi lawan politik untuk memojokkan Obama. Serangan-serangan politik itu, sudah sangat tidak sehat karena modusnya selalu sama yaitu menggelindingkannya ke permukaan untuk diperbesar gaungnya di media massa.
Langkah penting Obama melaksanakan rencana penutupan penjara GITMO, sudah saatnya lebih diintensifkan pemantauannya oleh Obama. Ia harus memastikan secara langsung, bahwa perangkat keamanan yang bertugas di lapangan untuk pelaksanaan penutupan ini memang secara berkesinambungan terus melakukan persiapan-persiapan penutupan. Apalagi ini melibatkan juga peran sejumlah negara.
Sistem yang bekerja harus sangat cerdas memanfaatkan sisa waktu yang tersedia. Semua hambatan atau kendala yang masih ada, jangan disembunyikan atau ditunda pelaporannya kepada masing-masing atasan atau pejabat yang bertanggung-jawab untuk menanganinya.
Obama tak perlu berkecil hati atau terganggu jika lawan-lawan politiknya sedang kumat atau terus kambuh dari penyakit kronis kelatahan.
Latah memojokkan. Latah menghambat. Latah mencemooh. Dan latah menyindir.
Sebab sebenarnya, Obama tetap sangat kuat mendapatkan dukungan darimana saja. Cuma, karena lawan-lawan politik itu — namanya juga POLITISI ULUNG YANG LICIK — tahu cara terbaik untuk membesar-besarkan gaung dari penyakit latah mereka tadi yaitu memanfaatkan media massa, maka seakan-akan Obama kehilangan dukungan.
Padahal tidak samasekali.
Waktu dan jalan masih sangat panjang bagi Obama untuk melakukan yang terbaik bagi bangsanya, bagi rakyat AS, dan bagi DUNIA.
Dan Obama, pasti … memang akan melakukan yang TERBAIK untuk semuanya itu. Obama juga, pasti … akan mampu melakukan yang TERBAIK.
Jangan ragukan kemampuannya.
Justru, perkuatlah dukungan agar kemampuan yang menjadi talenta besar dalam diri Obama bisa lebih memaksimalkan apa saja yang terbaik yang bisa dilakukan dalam masa pemerintahannya ini.
PS : Ora Et Labora, Barry !
(MS)
LAMPIRAN :
Ketegaran Hati Obama Diuji Oleh Arogansi Rezim Lalu Dan Kini Ada Panggung Lawak Senator Yang Menampik Anggaran Penutupan “Gitmo” Guantanamo
Jakarta 23/5/2009 (KATAKAMI) Jujur saja, dari semua pemimpin dunia yang saat ini memerintah, posisi dan kedudukan Presiden AS ke-44 Barack Obama adalah yang paling “kurang nyaman”. Bukan karena Obama menunjukkan ketidak-mampuannya memimpin atau melakukan kesalahan. Sama sekali bukan ! Obama tetap Obama yang berpikir, bertindak & terus bekerja secara sangat cerdas.
Pemimpin dunia yang selama puluhan tahun dendam kusumat dan darah tinggi kepada AS, mencair dan menghangat sikapnya karena gaya politik Obama yang bersahaja. Ia tak mengemis dan pantang merendahkan diri hanya untuk mendapat dukungan, apresiasi atau “senyuman” dari musuh-musuh besar AS.
Tetapi dengan caranya, Obama berani tampil dan mengubah sejumlah kebijakan yang selama ini sangat mempersulit posisi AS.
Dan mengapa dibagian atas tadi, kami sebutkan posisi Obama yang paling kurang nyaman dibandingkan para pemimpin dunia lainnya ?
Ya, sebab Obama menerima warisan setumpuk permasalahan yang sangat buruk dan memusingkan kepala dari presiden sebelumnya yaitu George Walter Bush.
Apa yang membanggakan dari pemerintahan Bush, jika dikaitkan dengan dampak hebat terhadap harkat, martabat dan kehormatan AS sebagai sebuah bangsa ? Lihatlah kebijakannya mendirikan penjara Guantanamo (GITMO) !
Apa yang bisa dijelaskan sekarang oleh Bush, mantan Wapres Dick Cheney dan anggota Kongres AS yang pada pekan ini menolak pengajuan anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo.
Dari segi angka, anggaran yang diminta tidak terlalu besar untuk sebuah rencana yang “besar”. Anggaran yang diajukan hanya US 80 juta. Sehingga, ketika anggaran ini ditolak maka yang patut dipertanyakan kepada Bush, Cheney, dan Kongres AS yang menolak anggaran itu adalah apa maksud dan keinginan mereka sekarang ? Dan anehnya, walaupun menolak anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo, tetapi Senat Amerika telah menyetujui 91,3 miliar dolar rancangan pengeluaran yang akan membiayai operasi militer di Afghanistan dan Irak.
Para Senator meluluskan rancangan itu hari Kamis (21/5/2009) dengan suara 86 lawan 3.
Sebagian dana itu akan digunakan untuk meningkatkan jumlah tentara di Afghanistan — satu prioritas Presiden Barack Obama. Tetapi, penolakan dana untuk Guantanamo dapat menimbulkan pertentangan dengan presiden, yang telah bertekad untuk menutup sarana itu sebelum awal tahun depan.
Seperti yang dilaporkan Radio Voice Of America (VOA), rancangan Senat itu harus direkonsiliasi dengan 95,7 milyar dolar rancangan pembiayaan perang Dewan Perwakilan Rakyat, sebelum rancangan terakhir dapat diajukan ke Gedung Putih untuk mendapat persetujuan.
Bush dan Cheney, sebaiknya “tutup mulut” dan banyak merenung pada saat ini !
Tidak pantas jika duet kepemimpinan yang sangat amat buruk citranya di mata rakyat AS dan dunia internasional ini, masih banyak bacot alias ngoceh saja mengkritik kebijakan Obama menutup penjara Guantanamo.
Besarnya hujatan dari dunia internasional akibat dampak-dampak hukum, HAM dan kemanusiaan yang timbul dibalik kemisteriusan penjara Guantanamo, adalah dosa yang tak termaafkan dari duet Bush dan Cheney.
Dan sebaiknya, Obama — atau siapa di AS — perlu sangat menyadari bahwa apapun yang terjadi di Guantanamo selama ini yang menjadi pemicu kritikan dan hujatan di bidang hukum, HAM dan kemanusiaan — semua itu bukan salah prajurit militer, petugas atau penyidik yang ada di Guantanamo.
Kesalahan dan tanggung-jawab secara total menyeluruh ada pada Bush dan Cheney !
Sentral utama dari semua kesalahan dan tanggung-jawab itu harus dituntut dari kedua orang ini. Sehingga, Obama dan rakyat AS harus bertanya kepada kedua orang ini, apa mau mereka sekarang setelah semua dampak yang ditimbulkan oleh penjara Guantanamo menjadi sangat TIDAK kondusif bagi AS.
Bush dan Cheney, termasuk juga Senator-Senator yang menolak anggaran penutupan itu , jangan menganggap bahwa mereka adalah pihak yang paling benar, paling tahu dan paling berhak menentukan kemana arah penanganan terorisme demi “NATIONAL SECURITY” atau keamanan nasional bagi AS.
Semua ada masanya, begitu dinasehatkan oleh orang yang bijak.
Ada masa untuk mengatas-namakan perang melawan teror agar bisa melakukan invasi ke sejumlah negara dan “menghajar” siapa saja yang dianggap terkait urusan terorisme.
Tetapi sekarang, ada masa untuk memulihkan dampak dari berbagai kebijakan yang salah kaprah dari pemerintahan Bush dan Cheney. Dan yang menerima warisan tak sedap dari Bush dan Cheney adalah Obama !
Sebenarnya, kalau Obama punya sedikit saja “keisengan atau ketegaan” maka biarkan saja Bush dan Cheney mempertanggung-jawabkan semua kebijakan mereka yang nyata-nyata salah serta melanggar hukum, HAM dan kemanusiaan. Tidak usah dilindungi atau ditutupi.
Mungkin, Bush dan Cheney lupa bahwa saat ini yang memegang kendali dan otoritas penuh untuk mengakses semua data dan dokumentasi kerahasiaan negara ada ditangan Presiden Obama.
Untung Bush dan Cheney hidup di AS sana. Coba kalau mereka hidup di Indonesia sini, maka keduanya tidak bakal bisa hidup tenang dan ongkang-ongkang kaki mengkritik pemerintahan baru. Mereka bisa didemo dan “dihajar” habis-habisan di semua media massa.
Sebab agak aneh dan lucu, jika ada pihak yang menjadi sumber permasalahan dan biang kerok dari munculnya kebijakan yang tidak populer bagi sebuah bangsa sebesar AS, sekarang ini masih punya kepercayaan diri dan begitu nyaring suaranya mengkritik pemerintahan baru yang sangat amat berat tugasnya membereskan semua permasalahan yang timbul akibat “kegilaan” Bush dan Cheney menangani terorisme.
Dan patut dapat diduga, ini adalah permainan politik tingkat tinggi dari lawan politik Obama yang terkalahkan dengan sangat telak pada Pemilihan Presiden bulan November 2008 lalu.
Mengapa disebut permainan politik tingkat tinggi ?
Ya, sebab keputusan menutup penjara Guantanamo adalah kebijakan pertama yang dikeluarkan Presiden Obama pasca pelantikannya bulan Januari lalu. Sehingga, kalau kebijakan maha penting ini menjadi awut-awutan dan terguncang karena tidak adanya persetujuan dalam hal anggaran maka akan mempermalukan Obama.
Tahukah mereka — jika benar dibalik ini semua ada permainan politik tingkat tinggi — bahwa jika patut dapat diduga ada lawan politik yang pro pada rezim dan partai politik yang menjadi “rumah” Presiden George W. Bush ingin mempermalukan Presiden Obama, maka satu hal yang penting disadari bahwa Obama bukan lagi Obama yang dulu.
Obama yang sekarang, adalah pemimpin AS yang sah dan konstitusional.
Obama yang sekarang, adalah ikon dan lambang kedigdayaan AS.
Sehingga, salah besar jika permasalahan negara dicampur-aduk dengan dendam politik atau sikap keras kepala yang terkontaminasi dengan sikap sok tahu, dari sisa-sisa kesombongan yang masih melekat pada Bush, Cheney, pendukung mereka dan Anggota Kongres AS yang tidak menyetujui anggaran penutupan penjara Guantanamo.
Kalau sudah kalah, ya terima saja kekalahan.
Dan harus satu antara kata dan perbuatan.
Jika memang memang sudah kalah, sportif memberikan ucapan selamat dan mengakui kemenangan Obama, maka sepanjang Obama memerintah wajib hukumnya bagi siapapun juga yang menjadi lawan politik Obama untuk memberi dukungan terhadap apapun kebijakan yang positif bagi AS.
Bush dan Cheney, harus malu kepada semua prajurit AS karena akibat kebijakan pemerintahan yang lalu di AS maka penterjemahan pada pelaksanaan taktis dan teknis di lapangan seputar penanganan terorisme menjadi simpang siur.
Sehingga, yang harusnya diakui disini adalah kesalahan soal penanganan terorisme (apapun bentuk kesalahannya), maka itu bukan kesalahan CIA, militer AS atau siapapun yang terkait dalam semua kebijakan keamanan sepanjang Bush menderita sakit paranoid kelas akut dalam menangani terorisme.
Tidakkah disadari, bahwa jiwa raga dikorbankan oleh prajurit-prajurit AS di berbagai medan pertempuran, hanya untuk memuaskan dan menjadi tempat pelampiasan sakit paranoid kelas akut yang diderita Bush ?
Dan soal Guantanamo, inilah yang justru termasuk kesalahan fatal dari Bush.
Jika penjara ini tidak ditutup, lalu apa formula penyelesaian yang oleh Bush dan Cheney dianggap paling baik agar penegakan hukum dalam penanganan terorisme itu tidak menerapkan hukum rimba yang menghalalkan praktek kekerasan ? Coba ditanyakan kepada Bush dan Cheney, apa formula terbaik yang menurut mereka perlu dilakukan ?
Jika mereka tidak menjawab, bagaimana kalau diterapkan cara bertanya dengan metode “WATER BOARDING” yaitu kepala mereka dibenamkan dalam air sampai megap-megap, agar mereka mau menjawab !
Ya, sebab kedua pemimpin ini sudah sangat keterlaluan.
Ketika mereka menjabat dan memerintah, otomatis seluruh perangkat keamanan harus mampu dan dituntut menterjemahkan secara cepat “perintah” dari panglima tertinggi mereka yang sakit paranoid kelas akut tadi.
Ternyata pemerintahan berganti di AS dan partai politik yang menjadi “kendaraan” politisi-politisi yang serumpun dengan Bush, kalah telak pada Pemilihan Presiden AS. Sudah sepantasnya, apapun juga langkah dan kebijakan yang diambil oleh Presiden Obama demi kepentingan rakyat AS memang harus terus didukung.
Kongres AS ibarat sedang melawak diatas panggung perpolitikan.
Anggaran untuk Irak dan Afghanistan disetujui, tetapi anggaran untuk penutupan penjara Guantanamo tidak disetujui. Entah dimana kecerdasan berpolitik dan moralitas para Senator ini, jika dalam memandang permasalahan sangat pelik — dimana situasi dan kondisi riil di penjara Guantanamo — sudah tak memungkinkan untuk dipertahankan.
Kongres AS ibarat sedang kurang kerjaan dan kurang lahan untuk mencari sensasi.
Akhirnya, yang mau dijadikan sasaran tembak justru Presiden Obama.
Sangat tidak pantas jika seorang presiden yang nyata-nyata sedang berusaha memulihkan dan menyelesaikan persoalan berat yang diwariskan pemerintahan yang lalu, justru dijegal dengan cara seperti ini.
Presiden Barack Obama sendiri sudah menyampaikan dalam pernyataannya baru-baru ini bahwa ia tetap akan menutup penjara militer Amerika di Teluk Guantanamo, Kuba, meskipun ada berbagai kritik di Amerika.
Dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional, Obama mengatakan ia akan menutup kamp tahanan Guantanamo yang diwariskan kepada dirinya mulai menjabat empat bulan lalu.
Obama mengatakan sebagian dari 240 tahanan yang menunggu proses pengadilan akan dikirim ke penjara-penjara Amerika dengan pengamanan sangat ketat dan nantinya akan diadili dalam pengadilan sipil, sementara lainnya akan menghadapi pengadilan militer.
tyle-span”>Menurut Obama, pemerintahannya telah menyetujui pengiriman 50 tahanan ke negara-negara lain.
Lalu, menanggapi semua ini muncul komentar sinis dari mantan presiden Dick Cheney mengatakan dalam pidato hari Kamis di Washington bahwa keputusan Obama untuk menutup pusat tahanan itu dibuat dengan – dalam kata-katanya – “sedikit pertimbangan dan tanpa rencana”.
Kalau kami yang jadi Presiden Obama, maka harusnya dilayangkan pertanyaan sederhana kepada Dick Cheney, “What the hell are you talking about ? Shut up !”.
Komentar sinis itu ibarat tong kosong yang nyaring bunyinya. Sebab, rezim yang menyebabkan seluruh dampak buruk yang kini dihadapi AS, justru masih berani “berbunyi”.
Tetapi yang kini harus dilakukan Presiden Obama adalah tak gentar dan tak surut dalam melaksanakan kebijakan yang telah diambilnya dengan pertimbangan, kecermatan dan memegang teguh prinsip kehati-hatian demi tegaknya hukum, HAM dan kemanusiaan.
Sebagai seorang politisi, Obama tentu sudah menyiapkan dirinya untuk melewati “kerikil-kerikil tajam” yang memang biasa terjadi didalam kehidupan siapapun juga di dunia ini.
Obama, harus tetap menjadi pribadi bermental baja dan meyakini bahwa misi apapun yang diembannya untuk kebaikan bangsa, negara dan rakyat AS, sepanjang membawa misi kebaikan maka akan selalu ada jalan untuk mewujudkannya.
(MS)