KATAKAMI NEWS

29/06/2009

Berpulangnya Superstar Layak Dikenang (In Loving Memory Michael Jackson, Gone But Never Forgotten)

Filed under: Uncategorized — Tag:, , , , — katakaminews @ 13:01

https://i0.wp.com/i717.photobucket.com/albums/ww171/trustngo/sheets%20pics/michael-jackson.gif

TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM dan dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.VOX.COM

Jakarta 29/6/2009 (KATAKAMI) Barangkali kalimat bijak ini dikenal oleh hampir semua orang yaitu “Kelahiran, Perjodohan dan Kematian Manusia Ada Di Tuhan”. Artinya, manusia boleh merencanakan apa saja tetapi Tuhan yang menentukan. Kabar kematian mendadak “KING OF POP” Michael Jackson pada Kamis (25/6/2009) waktu Los Angeles dalam usia 50 tahun.

Perkembangan terbarunya saat ini — seperti yang dilaporkan Antara News — keluarga Michael Jackson berharap agar dilakukan otopsi independen seiring kekecewaan dan kemarahan yang meningkat mengenai saat-saat terakhir hidup tragis bintang musik pop tersebut. Sambil menunggu rencana pemakaman, keluarga Jackson berkumpul di kompleks mereka di Encino, pinggir utara kota Los Angeles.

Akhir pekan lalu, otopsi awal atas atas jenazah “Jacko” belum tuntas dan penyebab akhir kematiannya belum bisa diketahui sampai pemeriksaan toksikologi secara mendalam diselesaikan dalam waktu enam sampai delapan pekan.  Jenazah Jacko diserahkan kepada keluarganya Jumat (26/6/2009) malam, dan disemayamkan di satu tempat yang tak disebutkan.

Pegiat dan politik kenamaan AS Pendeta Jesse Jackson, yang tak memiliki hubungan keluarga dengan bintang pop tersebut, mengatakan pada acara ABC “Good Morning America” bahwa ia pada Jumat telah memberi penyuluhan kepada keluarga Jackson di tempat tinggal mereka.

Hari Minggu kemarin, pihak Keluarga memang sedang melakukan pengaturan pemakaman bagi bintang musik yang meninggal secara tragis itu, sementara polisi dilaporkan menyatakan dokter sang bintang itu “bersih” setelah menanyai dia untuk kedua kali.

Anggota keluarga Jackson dijadwalkan bertemu dengan Pendeta Al Sharpton guna membahas rencana upacara pemakaman  sang bintang yang berusia 50 tahun itu.

Sharpton mengatakan keluarga Jackson sedih dengan laporan media mengenai kematian Jackson yang telah dipusatkan pada masalah pribadi sang bintang seperti tuduhan pelecehan terhadap anak-anak, kemelut keuangan dan perjuangan dengan obat yang diresepkan.

“Mereka ingin saudara mereka diperlakukan dengan layak. Mereka memberitahu saya, `Anda harus tampil  dan membela Michael`,” kata Sharpton kepada New York Daily News.

Michael Jackson memang sebuah penyanyi dunia yang sangat fenomenal. Simaklah semua karya-karya musiknya, terutama saat ia membawakan itu diatas panggung-pangguh megah pertunjukan di berbagai belahan dunia.

Ada sebuah daya magis keindahan yang terkandung karya-karya musik SANG RAJA POP ini.

Daya magis yang konotasinya sangat positif yaitu dampak yang didapat oleh siapapun yang menikmati karya-karya musiknya, pasti memiliki penilaian yang sama bahwa lirik dan suara Jacko saat melantunkan lagu-lagunya sempurna keindahan serta kemerduannya.

Dan berpulang pada para penggemar berat (fans) serta warga dunia yang memang menikmati karya-karya musik Jacko, dari sudut pandang mana ingin mendapatkan hiburan.

Kualitas uara, kekuatan lirik atau performa gaya panggung. Paling tidak dari ketiga faktor itu, Jacko tetap pantas untuk disebut sebagai MAESTRO. Detik pertama saat kabar kematian ini tersebar ke seluruh dunia, berita kematian Jacko menjadi berita utama diseluruh media massa manapun di berbagai belahan dunia. Lagu-lagunya kembali dicari, didengar dan dinikmati secara lebih intensif.

Jika pada perkembangannya, seluruh pemberitaan yang ada pasca kematian JACKO memang bobotnya lebih besar pada pemberitaan dari SISI NEGATIF atau AIB dari JACKO semasa hidupnya, wajar dan sangat manusiawi jika itu menyakiti dan melukai perasaan keluarga besarnya.

Menjadi seorang “SUPERSTAR” sekelas Michael Jackson memang sempurna dan mengagumkan secara luar biasa dalam karya musik serta aksi-aksi panggungnya.

Tapi, pada kehidupan nyata yang dijalani JACKO sepanjang masa hidupnya selama 50 tahun, mayoritas agak kurang enak didengar. Namun setiap manusia, entah itu manusia biasa atau kalangan petinggi, pembesar, pejabat, selebriti dan kalangan “VVIP (Very Very Importan Person), siapapun juga umat manusia didunia semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu yang harus disadari dulu.

Tidak ada manusia yang sempurna sesempurna mungkin karena KESEMPURNAAN SEJATI ada pada Sang Pencipta.

Pihak keluarga tidak kuat dan tidak tahan lagi menerima semua kenyataan yang semakin tak sedap pasca kematian JACKO. Disana-sini, mungkin yang mereka baca, lihat dan dengar adalah pemberitaan yang sangat buruk tentang JACKO.

Tapi media massa juga tak bisa disalahkan begitu saja. Sudah lazim bagi semua media massa, jika ada “TOKOH” yang figurnya dikenal luas oleh masyarakat, maka wajib hukumnya untuk mengulas obituari atau perjalanan hidup dari si “TOKOH” tadi.

Sehingga, ketika seorang Michael Jackson diberitakan meninggal dunia secara mendadak maka otomatis, kalangan jurnalis manapun diseluruh dunia akan bergerak cepat — bahu membahu — untuk merangkum semua data, informasi, foto, video, dan perkembangan terakhir yang bisa disajikan kepada masyarakat.

Semua media, pasti akan otomatis membuka file lama dan seluruh dokumentadi dengan cara apapun untuk melengkapi pemberitaan seputar JACKO. Secara kebetulan, dalam perjalanan hidup yang selama ini memang dialami MICHAEL JACKSON, ada banyak hal yang berbau sensasi dan kontroversi.

Media massa tidak bisa dan tidak mungkin sengaja “menghilangkan” bagian-bagian yang negatif penuh aib dari Michael Jackson. Seluruh sajian berita memang harus apa adanya.

Tetapi, lebih bijaksana jika dibuat berimbang atau proporsional. Tidak ada menghadirkan sisi buruk yang memalukan, menyedihkan dan memprihatinkan. Tetapi, sisi baik dari JACKO sudah benar-benar ditampilkan secara berimbang dan proporsional.

Michael Jackson, kini menjadi legenda yang dari album kehidupan kita semua.

Cara ia menyanyi sejak kecil, kualitas suaranya yang sangat merdu dan indah sekali, lirik-lirik lagu dari karya-karya musiknya selama ini yang juga sangat amat indah, serta gaya panggung yang atraktif dan memukau. Untuk mengantar dan melepas kepergian superstar yang menderita kanker kulit semasa hidupnya ini, rasanya memang harus bijaksana.

https://i0.wp.com/michael-jackson.ro/images/michael-jackson.asp14028img1.jpg

Kenanglah ia semerdu suara dan seindah lagunya.

Kenanglah ia seindah misi baik yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam sejumlah lagu yang dibawakannya.

Jika ada manusia yang “kesulitan” untuk menikmati bahwa memang benar suara JACKO merdu dan lagu-lagunya indah dalam arti yang sesungguhnya, maka manusia jenis ini yang patut dipertanyakan — bahkan dikasihani –.

Sebab pada kenyataan, lagu-lagu Michael Jackson memang enak untuk didengar dan dinikmati. Bahkan, bisa disesuaikan dengan “selera” dari orang yang mendengar, apakah mau mendengar lagu Michael Jackson yang dinamis atau yang syahdu mendayu-dayu.

Dan tak benar jika dari seluruh perjalanan hidupnya, melulu hanya terisi dengan hal buruk. Misalnya saat ia diminta untuk ikut ambil bagian menyanyikan lagu “WE ARE THE WORLD”, Jacko dengan sangat murah hati bersedia merelakan hasil pembelian album itu untuk disumbangkan kepada anak-anak yang miskin di Afrika.

Amal dan perbuatan baik, jika memang itu dilakukan dan diberikan setulus hati maka Tuhan pasti punya penilaian yang sangat agung dan luhur.

MICHAEL JACKSON, telah berpulang ke hadirat Ilahi. Walau kini tiada, ia tak akan pernah dilupakan karena keindahan itu memang kuat melekat dalam lagu-lagu.

Indah didengar.

Indah dirasakan.

President Barack Obama delivers remarks on a new regulatory reform plan, 17 Jun 2009, at the White House

Misalnya saja pada lagu HEAL THE WORLD. Lagu ini bahkan pernah menjadi inspirasi tersendiri bagi KATAKAMI untuk membuat sebuah tulisan terkait komitmen Presiden Barack Hussein Obama dalam konsistensi Amerika Serikat dalam perang melawan narkoba, yang berjudul : “KEBANGGAAN DUNIA PADA OBAMA MENGUAT, DARI MEKSIKO OBAMA TEGASKAN KELANJUTAN PERANG TERHADAP NARKOBA (HEAL WORLD, MAKE IT BETTER PLACE, MR OBAMA.

Presiden Barack Obama secara pribadi — seperti yang dilaporkan Radio Voice Of America — telah mengirimkan ucapan belasungkawa atas wafatnya Michael Jackson. Obama menilai JACKO adalah sosok yang spektakuler tetapi menjalani kehidupan yang tidak menggembirakan.

Michael Jacson, tidak menyadari bahwa dirnya — lewat karya-karya musiknya — telah mampu menjadi INSPIRASI yang menyentuh hati pada diri orang lain untuk kepentingan yang baik.

REST IN PEACE, JACKO !

IN LOVING MEMORY OF YOU, GONE BUT NEVER FORGOTTEN.

(MS)

15/06/2009

Surat Terbuka Kepada KOMNAS HAM, Komisi III DPR, Dewan Pers, PWI & AJI Mengenai Aksi Pengrusakan & Sabotase Yang Patut Dapat Diduga Dilakukan Manusia Liar Bernama GORIES MERE Terhadap KATAKAMI

Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 12:07

anjing
Jakarta, 15 Juni 2009

Kepada Yth.

Jakarta, 15 Juni 2009

Kepada Yth.

– PIMPINAN KOMISI NASIONAL HAK AZASI MANUSIA (KOMNAS HAM)

– PIMPINAN KOMISI III DPR-RI

– DEWAN PERS

–  PWI

–  ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN 

 

Dengan Hormat,

Bersama ini saya MEGA SIMARMATA menyampaikan pengaduan resmi untuk yang ke sekian kalinya mengenai aksi pengrusakan yang dialami terus menerus oleh KATAKAMI.COM. Patut dapat diduga, aksi pengrusakan itu secara bergantian dilakukan oknum BADAN INTELIJEN NEGARA (BIN), oknum dari MABES POLRI – terutama dari kubu KOMISARIS JENDERAL GORIES MERE –. 

Kami menyayangkan ketidak-mampuan dan ketidak-tegasan dari Saudara Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani dan  Kadiv Propam Irjen Oegroseno dalam mengendalikan dan mengatasi perilaku bawahan / mitra kerja mereka yang patut dapat diduga sudah sangat melebihi batas kepatutan dan kewajaran. Sejak aksi pengrusakan terhadap KATAKAMI dilaporkan ke pihak KEPOLISIAN tanggal 14 Januari 2009, tidak ada langkah nyata yang signifikan karena patut dapat diduga proses penyidikan dilakukan secara basa-basi dan penuh sandiwara sebab justru patut dapat diduga oknum-oknum POLRI yang sangat banyak terlibat akibat menyalah-gunakan kekuasaan dan kewenangan mereka.

Kami mendesak agar PEMERINTAH melakukan tindakan tegas terhadap JAJARAN POLRI, karena komitmen melakukan reformasi birokrasi hanyalah sebatas basa-basi. Belakangan ini, gangguan yang dilakukan sudah bukan sekedar pengrusaka pada huruf, tulisan, format dan yang sejenisnya. Tetapi patut dapat diduga, sudah masuk pada perbuatan melawan hukum yang sangat jauh yaitu SABOTASE sehingga situs dan semua BLOG kami hanya dapat memuat bagian judul saja. Luar biasa sekali, tidak ada rasa malu melakukan semua aksi kotor ini. Dan biasanya, sabotase ini dilakukan sebagai reaksi atas tulisan-tulisan (pemberitaan) di media kami yang menyoroti dugaan pelanggaran mereka.

Sebagai jurnalis kami merasa bahwa sudah tidak ada lagi tempat untuk meminta perlindungan hukum dan keadilan karena patut dapat diduga PERANGKAT KEAMANAN & APARAT PENEGAK HUKUM di Negara ini yaitu BIN dan POLRI, justru bisa seenaknya saja melakukan aksi pelanggaran hukum yang tidak akan pernah bisa disentuh oleh proses hukum itu sendiri bila terdapat perbuatan melawan hukum. Berbulan-bulan, kami menderita kerugian dan menjadi korban dari tindakan sewenang-wenang yang sangat tidak manusiawi. Kami memohon pihak KOMNAS HAM, KOMISI III DPR dan DEWAN memberikan perhatian terhadap nasib kami yang menjadi korban kesewenang-wenangan ini.

Kami memohon agar SAUDARA GORIES MERE segera ditangkap, dipenjarakan dan diadili seluruh pelanggaran hukumnya, terutama karena patut dapat diduga yang bersangkutan adalah BEKING dari Bandar narkoba Liem Piek Kiong (MONAS) dan patut dapat diduga terlibat juga dalam pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Terimakasih.

07/06/2009

Tulisan Suciwati, "MUNIR CAHAYA YANG TAK PERNAH PADAM" Dan Lampiran Tulisan Seputar Perselingkuhan Yang Patut Dapat Diduga DIlakukan Oknum BIN & POLRI

Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 07:30

  • Munir

    Oleh : SUCIWATI, Isteri Alm. Munir.

    BAGIAN PERTAMA

    “Kenapa Abah dibunuh, Bu?” Mulut mungil itu tiba-tiba bersuara bak godam menghantam ulu hatiku. Gadis kecilku, Diva Suukyi, saat itu masih 2 tahun, menatap penuh harap. Menuntut penjelasan.

    Suaraku mendadak menghilang. Airmataku jatuh. Sungguh, seandainya boleh memilih, aku akan pergi jauh. Tak kuasa aku menatap mata tanpa dosa yang menuntut jawaban itu. Terlalu dini, sayang. Belum saatnya kau mengetahui kekejian di balik meninggalnya ayahmu, suamiku, Munir. Seolah tahu lidah ibunya kelu, Diva memelukku. Tangan kecilnya melingkari tubuhku. ”Ibu jangan menangis…Jangan sedih,” kata-kata itu terus mengiang di telingaku.

    Pada 7 September 2004, sejarah kelam itu tertoreh. Munir, suami dan ayah dua anakku –Alif Allende (10) dan Diva Suukyi (6)—meninggal. Siang itu, pukul 2.

    Usman Hamid dari KontraS menelepon ke rumah. “Mbak Suci ada di mana?” Firasatku langsung berkata ada yang tidak beres. Pasti ada hal yang begitu besar terjadi sampai Usman begitu bingung. Jelas dia menelepon ke rumah, kok masih bertanya aku di mana.

    Benar saja. Tergagap Usman bertanya, “Mbak, apa sudah mendengar kabar bahwa Cak Munir sudah meninggal?”

    Tertegun aku mendengarnya. Seolah aku berada di awang-awang dan kemudian langsung dibanting ke tanah dengan keras. Kehidupan seolah berhenti. Seseorang yang menjadi bagian jiwaku, nyawaku, telah tiada. Kegelapan itu mencengkeram dan menghujamku dalam duka yang tak terperi.

    Nyatakah ini? Air mata membanjir. Tubuhku limbung. Perlu beberapa saat bagiku untuk mengumpulkan tenaga dan akal sehat. Aku harus segera mencari informasi tentang Munir. Ya Tuhan, apa yang terjadi pada dia?

    Begitu kesadaranku hadir, segera kutelepon berbagai lembaga seperti Imparsial dan kantor Garuda di Jakarta dan di Schipol (Belanda). Begitu pula teman-teman Munir di Belanda. Aku segera mencari kabar lebih lanjut dari kawan-kawan aktivis. Tak ada yang bisa memberikan keterangan memuaskan.

    Orang-orang mulai berdatangan untuk menyampaikan bela sungkawa. Aku masih sibuk mencari informasi kesana-kemari. Sebagian diriku masih ngeyel, berharap berita itu bohong semata. Aku hanya akan percaya jika melihat langsung jenazah almarhum.

    Pada tragedi ini, pihak Garuda amat tidak bertanggungjawab. Tiga kali aku menelepon kantor mereka di Jakarta, tapi tak satu pun keterangan didapat. Mereka bahkan bilang tidak tahu-menahu soal kabar kematian Munir. Sungguh menyakitkan, pihak maskapai penerbangan Garuda harusnya yang paling bertanggungjawab tidak sekali pun menghubungiku untuk memberi informasi. Padahal, Munir meninggal di pesawat Garuda 974.

    Kantor Garuda di Schipol pun sama saja. Pada telepon ketiga, dengan marah aku menyatakan berhak mendapat kabar yang jelas menyangkut suamiku. Barulah informasi itu datang. Yan, nama karyawan Garuda itu, menjelaskan bahwa memang Munir telah meninggal dan dia menyaksikan secara langsung. Yan bahkan berpesan jangan sampai orang mengetahui kalau dia yang memberi kabar itu kepadaku. Ah, apa pula ini? Tuhan, beri aku kekuatan-Mu.

    Aku hanya bisa menangis. Si sulung Alif, saat itu baru 6 tahun, melihatku dengan sedih dan ikut menangis. Diva terus bertanya dalam ketidak mengertiannya, “Kenapa Ibu menangis?” Aku merasa seolah jauh dari dunia nyata. Kosong.

    Jiwaku hampa. Saat itu, dengan kedangkalanku sebagai manusia, sejuta pertanyaan dan gugatan terlontar kepada Tuhan. “Kenapa bukan aku saja yang Engkau panggil, Ya Allah? Mengapa harus dia? Mengapa dengan cara seperti ini? Mengapa harus saat ini? Mengapa? Ya Allah, Kau bole

    h ambil nyawaku,hamba siap menggantikannya. Dia masih sangat kami butuhkan, negara ini butuh dia.”

    Rumah tiba-tiba dibanjiri manusia. Teman, kerabat, tetangga berdatangan. Bunga berjajar dari ujung jalan sampai ujung satunya. Alif bertanya, “Kenapa bunga itu tulisannya turut berduka cita untuk Abah?” Anakku, aku peluk dia, kukatakan bahwa Abah tidak akan pernah kembali lagi dari Belanda. Abah telah meninggal dan kita tidak akan pernah bertemu lagi dengannya.

    Alif menangis dan protes, “Bukannya Abah hanya sekolah? Bukannya Abah akan pulang Desember? Kenapa kita tidak akan ketemu lagi?” Amel, guru yang selama ini melakukan terapi untuk Alif yang cenderung hiperaktif, segera menggendong dan membawa Alif keluar. Maafkan, Nak. Aku tak berdaya bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaanmu. Aku tidak mampu.

    Teman-teman dari berbagai lembaga juga datang. Antara lain dari Kontras, Imparsial, Infid, HRWG, dan banyak lagi yang tak mungkin aku mengingatnya satu persatu. Semua tumpah ruah.

    Puluhan wartawan juga datang, tapi aku tak mau diwawancarai mereka. Biarlah kesedihan ini mutlak jadi milikku. Meskipun aku yakin bahwa keluarga korban yang selama ini didampingi almarhum pasti tidak kalah sedih. Sebagian mereka datang dan histeris menangisi kehilangan Munir.

    PADA 8 September 2004, aku menjemput jenazah suamiku. Bersama Poengky dan Ucok dari Imparsial, Usman dari KontraS, dan Rasyid kakak Munir, aku berangkat ke Belanda. Ya Tuhan, beri aku kekuatan-Mu, begitu doaku sepanjang perjalanan.

    Di ruang Mortuarium Schipol, jasad Munir terbujur kaku. Kami tiada tahan untuk tidak histeris. Usman melantunkan doa-doa yang membuat kami tenang kembali.

    Sejenak aku ingin hanya berdua dengan suami tercintaku. Aku meminta teman-teman keluar dari ruangan. Aku pandangi Munir dalam derai air mata. Tak tahu lagi apa yang kurasakan saat itu. Sedih, hampa, kosong.

    Lalu, kupegang tangannya. Kupandangi dia. Teringat saat-saat indah ketika kami bersama. Tiba-tiba ada rasa lain yang membuat aku menerima kenyataan ini. Aku harus merelakan kepergiannya. Doa-doa kupanjatkan. Ya Allah, berilah suamiku tempat terhomat disisi-Mu. Amien.

    Suciwati

    Di Batu, 12 September 2004, kota kelahirannya, Munir disemayamkan. Pelayat seolah tiada habisnya datang. Handai taulan, sahabat, teman-teman buruh, petani, mahasiswa, aktivis, wartawan semua ada. Banyak yang tidak tidur menunggu esok hari, saat pemakaman Munir. Umik, ibu Munir, begitu sedih. Aku bahkan tak sanggup melihat kesedihan yang membayang di wajahnya.

    Hari itu, masjid terbesar di Batu, tempat Munir disholati, tidak sanggup menampung semua yang hadir. Perlu antre bergantian untuk sholat jenazah. Kota Batu yang selama ini sepi mendadak dipadati manusia. Melimpahnya “tamu” Munir ini bagai suntikan semangat bagiku. Bahwa ternyata bukan aku dan keluarga saja yang merasakan kedukaan ini. Dukungan yang mereka berikan membuatku kuat.

    Seperti menanam sesuatu maka kamu akan memanennya,itulah yang aku buktikan hari ini. Aku melihat yang dilakukan Munir selama ini membuktikan apa yang dia perbuat.

    Munir selalu mencoba berjuang bagi tegaknya keadilan dan perdamaian. Dia berteriak lantang menyuarakan keadilan bagi korban, baik di Aceh,Papua,Ambon dan dimana saja. Keberanian dan sikap kritisnya terhadap penguasa memang harus dibayar mahal oleh nyawanya sendiri dan juga oleh keluarga yang ditinggalkannya ‘anak dan istrinya’.

    TAK MUDAH bagiku mencerna kehilangan ini. Perlu proses untuk menerima, mengikhlaskan kepergian Munir, dan menerima bahwa ini adalah kehendakNya. Jika Tuhan sudah berkehendak, maka siapa pun dan dengan cara apa pun tidak akan mampu mengelak. Keyakinan bahwa hidup-mati manusia adalah kehendak-Nya itu membuat aku bangkit lagi.

    Munir adalah manusia, sama sepertiku dan yang lainnya, yang bisa mati. Kemarin, sekarang atau besok, itu hanya persoalan waktu. Sakit, diracun, atau ditembak itu hanya persoalan cara. Kematian adalah keniscayaan. Suka atau tidak suka, kita tetap harus menghadapinya. Dan kehidupan tidak berhenti. Air mata kepedihan tidak akan pernah mengembalikannya.

    Sepenggal doa Sayyidina Ali, sahabat Nabi Muhammad SAW, membuatku bertambah yakin bahwa aku harus bangkit:

    “Ketika kumohon kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat. Ketika kumohon kebijaksanaan, Allh memberiku masalah untuk kupecahkan. Ketika kumohon kesejahteraan, Allah memberikan aku akal untuk berpikir. Ketika kumohon keberanian, Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi. Ketika kumohon sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong. Ketika kumohon bantuan, Allah memberiku kesempatan. Aku tidak pernah menerima apa yang kupinta, tapi aku menerima segala yang kubutuhkan.”

    Kucoba untuk merenung. Kuteguhkan hati bahwa ini bukan sekedar takdir, tapi ada misteri yang menyelubungi. Misteri yang harus diungkap. Aku harus berbuat sesuatu. Bersyukur, aku tidak sendirian dalam kedukaan ini. Banyak teman-teman yang peduli kepada kami sekeluarga.

  • BAGIAN KEDUA

  • DUA bulan kemudian, tepatnya 11 November 2004, Rachland dari Imparsial menghubungiku. Dia mengabarkan ada wartawan dari Belanda ingin mewawancarai. Dia juga bertanya, apakah aku sudah mengetahui hasil otopsi yang dilakukan pihak Belanda terhadap almarhum Munir. Hasil otopsi itu kabarnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia melalui Departemen Luar Negeri.

    Aku berharap teman-teman memiliki jaringan ke Departemen Luar Negeri. Tapi, rupanya tidak. Aku pun menelepon 108 –nomor informasi—untuk meminta nomer telepon kantor Departemen Luar Negeri.

    Teleponku ditanggapi seperti ping-pong. Dioper sana-sini. Sampai akhirnya aku berbicara via telepon dengan Pak Arizal. Dia menjelaskan bahwa semua dokumen otopsi telah diserahkan kepada Kepala Polri, dengan koordinasi Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

    Entah, keberanian dari mana yang menyusup dalam diriku pada waktu itu. Aku tanpa ragu menghubungi dan berbicara dengan mereka, semua pejabat itu. Kebetulan, semua nomor telepon pejabat-pejabat penting itu terekam dalam telepon genggam suamiku.

    Kepada para petinggi itu, aku bertanya, “Kenapa aku sebagai orang terdekat almarhum tidak diberitahu tentang otopsi? Apa yang terjadi padanya? Apa hasilnya?” Mereka tidak memberikan jawaban. Padahal, sebagai istri korban, aku memiliki hak yang tak bisa diabaikan begitu saja.

    Pukul 10.00 malam, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Pak Widodo AS meneleponku. Menurut dia, hasil otopsi telah diserahkan kepada Kepala Bagian Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Pak Suyitno Landung, Markas Besar Polri. Malam itu juga aku menelepon Kabareskrim. Aku meminta bertemu dengan dia esok paginya.

    Bersama Al Ar’af dari Imparsial,dan Usman Hamid dari KontraS, Binny Buchori dari Infid, Smita dari Cetro dan beberapa kawan, esok paginya tanggal 12 November 2004 aku mendatangi kantor Kabareskrim.

    Pagi itu aku menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Benarlah dugaanku bahwa ada yang aneh pada kematian Munir. Hasil otopsi itu menjelaskan dengan gamblang bahwa kematian almarhum adalah lantaran racun arsenik. Racun itu ditemukan di lambung, urine, dan darahnya. Ternyata dia memang dibunuh…!

  • KELUAR dari Mabes Polri, kami sudah diserbu wartawan. Siaran pers pun digelar bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di kantor KontraS.

    Isinya, mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi, menyerahkan hasil otopsi kepada keluarga, dan membentuk tim penyelidikan independen yang melibatkan kalangan masyarakat sipil. Desakan serupa dikeluarkan oleh tokoh-tokoh masyarakat di berbagai daerah. Desakan yang ditanggapi dengan janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengusut kasus pembunuhan Munir.

    Tak lama pula kami membentuk KASUM (Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir). Banyak organisasi dan individu yang punya komitmen akan pengungkapan kasus ini bergabung. Ini memang bukan hanya persoalan kematian seorang Munir. Lebih dari itu, ini persoalan kemanusiaan yang dihinakan dan kita tidak mau ada orang yang diperlakukan sama seperti dia hanya karena perbedaan pikiran.

    Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun sepakat untuk meminta pemerintah membentuk tim independen kasus Munir. DPR juga mendesak pemerintah segera menyerahkan hasil autopsi kepada keluarga almarhum. Pada November 2004, DPR membentuk tim pencari fakta untuk mengusut kasus pembunuhan Munir.

    PADA 24 November 2004, Presiden Yudhoyono bertemu denganku. Teman-teman dari Kontras, Imparsial, Demos menemaniku bertemu Presiden. Satu bulan kemudian tepatnya tanggal 23 Desember 2004 Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden untuk pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) Munir yang dipimpin oleh Brigjen pol. Marsudi Hanafi.

    Tim ini, di luar dugaan, bekerja efektif menemukan kepingan-kepingan puzzle siapa dibalik pembunuhan Munir. Fakta-fakta temuan tim ini cukup mencengangkan. Fakta yang menunjukkan benang merah pembunuhan keji penuh konspirasi dan penyalahgunaan kekuasaan serta kewenangan di Badan Intelejen Nasional (BIN). Sayangnya TPF tidak diperpanjang lagi setelah dua kali(6 bulan)masa kerjanya.

    Adalah Pollycarpus, pilot Garuda, benang merah yang mengurai jaring laba-laba kebekuan dan kerahasiaan yang melingkupi BIN. Polly, sebuah nama yang sangat melekat dibenakku. Sangat dalam maknanya dalam perjalanan menguak kebenaran siapa dibalik kematian Munir, suamiku.

    Dia adalah orang yang menelepon suamiku dua hari sebelum berangkat ke Belanda. Polly menanyakan jadwal keberangkatan suamiku dan dia mau mengajak berangkat bersama. Kebetulan waktu itu aku yang menerima telepon itu. Jika tidak, barangkali aku tidak akan pernah tahu keberadaan Polly. Munir mengatakan Polly adalah orang aneh dan sok akrab. “Dia itu orang tidak dikenal tapi tiba-tiba menitipkan surat untuk diposkan di bandara setempat ketika aku hendak ke Swiss,” begitu kata Munir

    Terungkap dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sang pilot tidak hanya menerbangkan pesawat. Dia adalah orang yang mempunyai hubungan dengan agen BIN seperti halnya Mayor Jenderal TNI Muchdi PR, Deputi V BIN. Polly disebut sebagai agen non organik BIN yang langsung berada di bawah kendali Muchdi. Berkas dakwaan tersebut juga menyebut adanya pembunuhan berencana terhadap Munir.

    Tercatat pula dalam berkas dakwaan untuk Muchdi PR, keduanya –Polly dan Muchdi—berhubungan intensif melalui telepon. Paling tidak 41 kali hubungan telepon antara Muchdi dan Polly yang terjadi menjelang, saat dan sesudah tanggal kematian Munir. Bisa diduga, keduanya berhubungan terkait dengan perencanaan, eksekusi, dan pembersihan jejak.

  • KAMI, aku dan teman-teman KASUM, juga melakukan investigasi. Kami berusaha memetakan jejak sang pilot. Melalui berbagai penelusuran, terungkap bahwa Pollycarpus memiliki hubungan dengan para pejabat BIN. Sosok satu ini diketahui berada di berbagai daerah titik panas seperti Papua, Timor Leste, dan Aceh. Sebuah fakta yang tidak biasa dalam dunia profesi pilot.

  • Polly sendiri, dalam persidangan, mengaku bahwa dia pernah tinggal cukup lama di Papua. Katanya, dia bertugas sebagai pilot misionaris sebelum bekerja di Garuda. Mungkin kebetulan, mungkin juga tidak, keberadaan Polly di Papua ternyata bersamaan dengan Muchdi PR yang waktu itu menjadi Komandan KODIM 1701 Jayapura pada tahun 1988-1993. Lalu, Muchdi menjadi Kasrem Biak 173/ 1993-1995. Melihat rekam jejak ini, patut diduga, pada periode itulah perkenalan pertama sang pilot dengan sang jenderal.

    Indra Setiawan, saat itu menjabat Direktur Utama Garuda, mengakui mengingat nama Pollycarpus karena khas dan unik. Pada 22 November 2004, ketika kami meminta keterangan kepada Indra,

    Aku: Apakah ada yang namanya Polly di Garuda?
    Indra (menjawab dengan cepat) : Oh ya. Ada. Namanya Pollycarpus.
    Aku : Bapak kok hafal padahal karyawan bapak lebih dari 7000 ?
    Indra : Ya, soalnya namanya khas dan unik. Kalau namanya Slamet, saya pasti lupa.

    Belakangan, dalam persidangan, baik sebagai saksi atau pun ketika ditetapkan sebagai terdakwa pada tahun 2007, terungkap bahwa Indra mengingat Polly karena alasan khusus. Alasan yang berkaitan dengan BIN. Polly merangkap pilot dan bagian pengamanan penerbangan (aviation security) atas permintaan BIN. Sebuah alasan yang masuk akal. Jika BIN yang meminta, kendati tidak benar secara prosedur, maka pihak Garuda tidak bisa menolak.

    BIN mengeluarkan permintaan tersebut dalam surat yang ditandatangani Wakil Kepala BIN As’ad Said Ali. Pada saat itu Kepala BIN dijabat oleh Hendropriyono –sosok yang selama ini sangat dekat dengan berbagai kasus yang diadvokasi almarhum.

    Surat yang diteken As’ad patut diduga menjadi petunjuk bahwa rencana pembunuhan Munir melibatkan para petinggi BIN, bukan hanya Muchdi , tapi juga Hendropriyono. Apalagi, sesuai pengakuan agen BIN Ucok alias Empi alias Raden Patma dalam persidangan
    Peninjauan Kembali, Deputi II Manunggal Maladi dan Deputi IV Johannes Wahyu Saronto BIN juga diduga terlibat.

  • Irjen YWS yang ditulis Suciwati dalam tulisannya sebagai orang yang patut dapat diduga ikut terlibat dalam rencana MEMBUNUH Munir
    Irjen YWS yang ditulis Suciwati dalam tulisannya sebagai orang yang patut dapat diduga ikut terlibat dalam rencana MEMBUNUH Munir

    BAGIAN KETIGA

    SERANGKAIAN persidangan kasus pembunuhan Munir begitu melelahkan. Tak hanya secara fisik tetapi juga secara mental. Betapa tidak, pada tingkat Mahkamah Agung, Pollycarpus hanya dihukum dua tahun. Polly hanya dinyatakan bersalah melakukan pemalsuan surat, bukan pembunuhan. Semua ini tentu merupakan pukulan sendiri buatku.

    Jantungku sakit sekali ketika aku mendengar putusan untuk Polly. Aku merasa kehilangan untuk yang kedua kalinya, kehilangan Munir dan kehilangan keadilan itu sendiri.

    Bagaimana mungkin fakta-fakta yang begitu mencolok diabaikan begitu saja oleh hakim-hakim itu? Bagaimana mungkin keadilan hukum bisa kuraih jika dipenuhi oleh manusia tanpa hati nurani?

    Dua dari tiga hakim yang membebaskan Pollycarpus dari dakwaan pembunuhan itu memiliki latar belakang sebagai tentara. Keduanya adalah purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir mayor jenderal. Tak heran, beberapa pihak menduga, ada semangat korps dalam menangani kasus ini yang menguntungkan Pollycarpus.

    Kesedihan sama sekali tidak membuatku surut. Aku yakin pasti masih banyak aparat penegak hukum mempunyai hati nurani. Masih banyak yang peduli pada keadilan dan kebenaran. Ini terbukti dalam putusan pengadilan kasasi pada tanggal 25 Januari 2008 Polycarpus dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun atas dakwaan pembunuhan berencana dan pemalsuan surat tugas.

    Selesai? Belum. Misteri pembunuhan Munir masih jauh dari terungkap. Terungkap dari persidangan, juga keputusan pemidanaan Polly, ada mesin intelejen yang bekerja dengan jahat menghabisi nyawa Munir. Ini jauh lebih penting ketimbang sekadar menghukum Polly. Dia hanya pelaku lapangan, bukan orang yang secara sistematis menggunakan kekuasaan dan kewenangan dalam melakukan pembunuhan ini.

    Tragisnya, sampai hari ini proses meraih kebenaran dan keadilan siapa di balik pembunuhan Munir masih terseok-seok. Tabir misteri belum tersingkap.

    Benar, ada perkembangan baru dengan ditangkapnya Muchdi Purwopranjono 19 Juni 2008. Jenderal bintang dua ini diduga kuat berada di balik pembunuhan Cak Munir. Saat ini proses persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sedang berlangsung untuk membuktikan dugaan tersebut.

    Yah, aku berharap persidangan ini berlangsung adil. Kejahatan para pelaku pelanggar HAM selayaknya dibawa ke pengadilan. Namun, kecemasan selalu hadir. Adakah keadilan akan berpihak kepadaku?

    Aku berharap masih ada jaksa dan hakim handal yang mengedepankan hati nurani ada di pengadilan ini. Tentu saja aku juga berharap pelaku sesungguhnya juga segera ditangkap, siapa pun dia.

    PERJALANAN meraih keadilan begitu berliku. Satu hal yang paling aku syukuri adalah begitu banyak sahabat yang mendukung perjuangan pencarian keadilan ini. Teman-teman di KASUM dan tak sedikit sahabat yang secara pribadi memberiku kekuatan untuk terus berjuang.

    Tak jarang teror hadir. Ada ancaman datang dari mereka yang ingin memadamkan pencarian keadilan ini. Bahkan statusku sebagai ibu juga menjadi bagian empuk untuk diserang oleh mereka. Syukurlah, di saat-saat begini, sahabat-sahabatku setia mendampingi dan menguatkanku.

    Desakan penuntasan kasus Munir dari dalam negeri cukup kuat. Pada 7 Desember 2006, Tim Munir DPR RI mengeluarkan rekomendasi agar Presiden membentuk Tim Pencari Fakta yang baru. Berbagai kelompok masyarakat sipil pun terus mempertanyakan kasus Munir. Mereka datang dari berbagai kalangan, antara lain LSM, akademisi, petani, buruh, seniman,wartawan dan berbagai profesi lainnya.

    Tak hanya dari dalam negeri, dukungan juga datang dari segala penjuru dunia. Pada 9 November 2005, misalnya, 68 anggota Kongres Amerika Serikat mengirimkan surat kepad

    a Presiden Yudhoyono agar segera mempublikasikan laporan TPF. Anggota Kongres AS tersebut mempertanyakan keseriusan pemerintah Indonesia dalam menuntaskan kasus Munir.

    Pada September 2006, saat KTT ke-6 ASEM (The Asia-Europe Meeting) di Helsinki, Finlandia, kasus Munir menjadi salah satu sorotan peserta. Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, peserta penting dalam konferensi tersebut, mempertanyakan kelanjutan pengusutan kasus Munir langsung kepada Presiden Yudhoyono.

    Philip Alston, UN Special Rapporteur on Extrajudicial, Summary or Arbitrary Executions, juga telah menyatakan kesediaannya untuk ikut membantu pemerintah Indonesia dalam mengusut kasus Munir.

    Pelapor khusus, yakni Hina Jilani (Human Rights Defender) dan Leandro Despouy (Kemandirian Hakim dan Pengacara), juga telah menyatakan keprihatinan akan kasus Munir di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia Persatuan Bangsa-Bangsa.

    Pada 26 Februari 2008, Deklarasi Parlemen Uni Eropa meminta pemerintah Indonesia serius dalam menuntaskan kasus Munir. Bahkan, 412 anggota parlemen yang menandatangani deklarasi ini meminta Uni Eropa memonitor kasus ini sampai tuntas.

    Mengalirnya dukungan tersebut mestinya membuat pemerintah tidak usah ragu. Siapa pun di balik kekejian ini harus diungkap, tak peduli jika penjahatnya itu adalah orang kuat.

    Dukungan bagi pemerintah telah mengalir, secara hukum dan politik. Tinggal perintah dari sang presiden untuk memastikan kepolisian tetap bekerja mengusut kasus ini sampai terungkapnya sang aktor utama. Presiden juga hanya perlu memerintahkan Jaksa Agung untuk bekerja profesional. Hanya itu….

    Presiden Yudhoyono pernah menyatakan bahwa pengusutan kasus pembunuhan Munir adalah ujian bagi sejarah bangsa. “Test of our history,” kata Pak Presiden.

    Jadi, aku,rakyat Indonesia dan komunitas internasional menunggu bukti perkataan itu. Aku menunggu pengusutan misteri ini sampai pada aktor utamanya, bukan hanya aktor pinggiran saja. Negara harus bertanggung jawab atas semua pelanggaran HAM yang telah terjadi.

    BAGIKU, Munir adalah cahaya yang tidak pernah padam. Kesan ini semakin mendalam terasa setelah kepergiannya. Munir beserta semangatnya telah memecahkan ketakutan yang mencekam, menciptakan budaya demokrasi, memberi harapan penegakan HAM. Semua yang Munir lakukan menjadi inspirasi bagiku dan teman-teman penggerak demokrasi di negeri ini. Niscaya, semangat itu diteruskan oleh para pencinta keadilan dan kebenaran dengan tanpa henti.

    Ya Allah, aku bukan Sayidina Ali yang Kau beri kemuliaan. Aku hanya manusia biasa dan aku memohon kepadaMu sebab aku meyakiniMu. Berilah kemudahan bagi kami untuk mengungkap pembunuhan ini. Beri kami kekuatan untuk menjadikan kebenaran sebagai kebenaran sesuai perintahMu. Menjadikan keadilan sebagai tujuanku seperti tujuan menurutMu.

    Ya Allah, aku tidak menjadi manusia yang lebih dari yang lain dengan berbagai ujian yang Kau berikan, seperti Kau muliakan Nabi Muhammad dengan berbagai ujianMu. Aku hanya minta menjadi manusia biasa dan dapat mengungkap kasus ini. Amin.

    Bekasi, September 2008.

    (Tamat)

    LAMPIRAN (BERITA YANG DIMUAT DI WWW.KOMPAS.COM )

    http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/25/11182561/santet.jadi.alternatif.bunuh.munir

    SANTET JADI ALTERNATIF BUNUH MUNIR
    Kamis, 25 September 2008 | 11:18 WIB

    JAKARTA, KAMIS — Santet ternyata menjadi salah satu cara atau intrik yang akan digunakan untuk membunuh aktivis HAM Munir pada tahun 2004. Hal ini terungkap dalam sidang lanjutan pembunuhan Munir dengan terdakwa Muchdi Pr di PN Jakarta Selatan, Kamis (25/9/2008), dari kesaksian aktivis Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Henda

    rdi.

    Alternatif intrik ini merupakan petunjuk dari dokumen yang diperoleh Tim Pencari Fakta (TPF) Munir sekitar tahun 2005. Menurut Hendardi, dokumen tersebut diterima Ketua TPF Marsudi Hanafi. Namun, mereka tidak mengetahui dari siapa dokumen tersebut berasal.

    Dokumen tersebut merupakan hasil tulisan seseorang atau sejumlah orang yang tidak diketahui mengenai skenario pembunuhan yang akan dipakai untuk membunuh Munir. Skenario tersebut memuat pengetahuan dan analisis orang-orang tersebut mengenai siapa yang terlibat, tempat dan waktu pertemuan, perencanaan cara dan intrik alternatif pembunuhan dilangsungkan.

    Di dalamnya juga memuat nama target lain selain Munir serta eksekutornya, tapi Hendardi mengaku lupa. “Tapi karena terakhir masa TPF tak kami jadikan data primer,” ujar Hendardi.

    Selain intrik pembunuhan dengan santet, intrik pembunuhan dengan racun juga tercantum di dalamnya. Bahkan dituliskan telah dicobakan kepada hewan hingga hewan itu mati.


    TULISAN KE-2 :

    Ya Ampun, Busyet Deh, Ternyata Oknum Pejabat INTELIJEN Yang Patut Dapat Diduga Terlibat Dalam Kasus Munir Itu Kaya Buangettttt !!!

    YWS Kalibata
    YWS Kalibata

    JAKARTA (KATAKAMI) Rabu (11/3/2009) ini, bertepatan dengan peringatan SUPERSEMAR atau Surat Perintah Sebelas Maret, ada sesuatu yang sangat mengejutkan kami sebagai wartawan.

    Gila, oknum pejabat intelijen yang kami beberkan disini ternyata kaya raya luar biasa ! Ya ampun ! Minta ampun ! Ternyata di tengah krisis ekonomi seperti ini, orang yang TAJIR alias kayar raya buanyak juga ya ?

    Ceritanya, alternatif untuk bisa menyemarakkan suasana di pagi hari sambil menikmati sarapan yang “hangat-hangat” maka kami memilih pergi sebuah salon yang terletak di kawasan Pejompongan Jakarta Pusat.

    Pemiliknya kami kenal baik sekali. Kami berkenalan sekitar 11 tahun lalu karena kami sempat tinggal tidak jauh dari salon itu. Letaknya memang bukan di Mal mewah. Tapi pelanggan salon ini, rata-rata artis, ibu pejabat, isteri pejabat, polwan, jaksa, mantan pejabat, isteri mantan pejabat, anggota DPR, apa saja latar-belakangnya ada.

    Dan kami sengaja ke sana Rabu pagi tadi karena ingin mengetahui lebih jauh mengenai oknum pejabat intelijen tadi.

    Setelah memesan semangkok bakso yang memang sangat lezat sekali buatan salon itu, sang pemilik salon duduk ngobrol dengan KATAKAMI.COM selama 2 jam lebih. Dan fokus utama pembicaraan memang kami arahkan tentang kehidupan oknum pejabat intelijen tadi.

    Pemilik salon yang sangat cantik dan ramah ini sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh isteri dari si oknum pejabat intelijen tadi. Setiap kali berkunjung ke DI Yogyakarta maka si pemilik salon akan menginap di rumah si oknum intelijen.

    Dan setiap berkunjung ke Palangkaraya (Ka

    limantan Tengah) untuk memenuhi undangan sahabat dekat keluarga si oknum pejabat yang “akrab” dengan wartawati senior dari sebuah harian terkemuka ini, maka si pemilik salon tadi juga menginap di rumah yang sama.

    *****

    “Bagaimana kabarnya Bu Wahyozz (nama samaran, redaksi), Mbak ?” tanya KATAKAMI kepada sang pemilik salon Rabu pagi tadi.

    “Baik Mbak, 2 minggu lalu kan ke sini untuk pedicure dan manicure. Katanya Bapak lagi ada rapat di DPR jadi ibu ikut menemani ke Jakarta. Khan Bapak khan tidak setiap hari di Jakarta. Kalau ada rapat penting atau ada panggilan tertentu saja datangnya” jawab si Pemilik Salon.

    “Lho, kok bisa, khan Bapak itu pejabat ESELON I di lembaga intelijen itu, enak betul ada pejabat yang tidak ngantor setiap hari. Masih menajabat atau sudah dicopot sih ?” pancing KATAKAMI.

    “Masih menjabat Mbak, ya memang dari dulu begitu. Ke Jakarta kalau ada rapat saja. Selebihnya ya di Jogjayakarta,” jawabnya lagi.

    Begitulah obrolan pembuka kami. Kami mendengarkan dengan seksama sambil menikmati bakso yang lezat tadi.

    Dan bagaikan tersengat aliran listrik, kami sangat terkejut saat diceritakan soal kekayaan si pejabat.

    Bayangkan, si oknum pejabat itu tinggal di sebuah rumah mewah yang didirikan di atas tanah seluas 1000 meter. Persis di sebelahnya, didirikan bisnis pijat refleksi diatas tanah lainnya seluas 600 meter. Kemudian persis di seberang bisnis pijat refleksi tadi, didirikan juga sebuah restoran diatas tanah sekitar 1000 meter lainnya.

    Dan di kota Jogjakarta, sang isteri punya 2 bisnis restoran lagi yang didirikan di atas tanah yang sama luasnya dengan restoran pertama yaitu restoran dengan menu Manado dan menu Jawa. Ini dua restoran yang berbeda.

    Selain itu, oknum pejabat ini juga mempunyai bisnis kos-kosan untuk mahasiswa sebanyak 200 kamar yang didirikan di atas tanah ribuan meter juga di dekat sebuah perguruan tinggi terkemuka.

    Belum termasuk tanah dan rumah lainnya yang rata-rata selebar tanah yang dimiliki di rumah utama. Aset tambahan yang berjibun untuk urusan tanah dan rumah ini, diberikan untuk anak-anaknya. Dari 4 anak, 1 tinggal di Malang dan 3 di Yogyakarta.

    Begitu juga di kota Malang, oknum pejabat ini punya restoran yang didirikan di atas tanah ribuan meter. Lalu beberapa rumah juga menjadi aset mereka di kota Malang.

    Ternyata koleksi tanahnya tak cuma di Pulau Jawa.

    Di Palangkaraya, oknum pejabat ini sempat memiliki tanah seluar 12 ribu meter. Tanah yang berdekatan dengan Bandar Udara disana, sudah dijual kepada seorang pengusaha. Ternyata dahulu kala, oknum pejabat ini sempat bertugas di salah satu jajaran Kepolisian yang ada di bawah struktur Polda Kalteng.

    Dan coba tebak berapa mobil yang stand by di rumah oknum pejabat ini yang terletak di Jogjakarta tadi ?

    Ilustrasi GAMBAR MOBIL ALPHARD
    Ilustrasi GAMBAR MOBIL ALPHARD

    Khusus untuk digunakan pasutri TAJIR ini, ada 8 mobil mewah yang stand by. Diantaranya adalah mobil ALPHARD terbaru, Land Cruiser, sedan-sedan mewah dengan total mobil di rumah itu saja ada 8 unit.

    Itupun ada 2 mobil yang tidak bisa lagi ditempung didalam garasi rumah sehingga 2 dari 8 mobil mewah itu diparkir di halaman rumah mereka.

    Ternyata, kami harus mengakui bahwa sebagai wartawan yang hidup sederhana, mendengar kisah kekayaan yang menyilaukan ini kami benar-benar seperti istilah yang sering digunakan TUKUL ARWANA di acara EMPAT MATA.

    Kami benar-benar KATRO alias Ndeso alias Kampungan !

    Ilustrasi GAMBAR MOBIL LANDCRUISER
    Ilustrasi GAMBAR MOBIL LANDCRUISER

    Mengapa ? Sebab kami terkejut-kejut mendengar cerita soal kekayaan ini. Bahkan si Pemilik Salon saja sampai setengah becanda mengomentari kepolosan kami. “Kasihan deh lu Mbak, gak gaul bener !” katanya sambil tertawa renyah.

    Siapa yang tidak kaget, ketika diceritakan bahwa isteri si oknum pejabat ini adalah kolektor BERLIAN MEWAH.Dan tidak ada satu butirpun berliannya yang kecil, semua besar-besar karena memang hobi dari si ibu pejabat yang satu ini mengoleksi berlian sebesar kelereng.Memang ekstra besar !

    “Mbak Mega tahu gak harga berlian si ibu itu berapa, coba tebak kalau yang besar begitu harganya berapa ?” tanya si Pemilik Salon.

    Ilustrasi GAMBAR BERLIAN MEWAH
    Ilustrasi GAMBAR BERLIAN MEWAH

    “Saya gak tahu Mbak, boro-boro tahu harga berlian !” jawab KATAKAMI.

    “Berlian si ibu itu, anting-antingnya, itu sepasang ada yang harganya 1 miliar, ada yang harganya 2 miliar. Itu cuma untuk sepasang anting lho Mbak, belum kalungnya, belum cincinnya, mahal berliannya” kata si Pemilik Salon.

    “Berapa tadi ? Sepasang anting ada yang harganya 2 miliar ? Busyet, itu beneran atau bohongan ? Busyet, mahal bener Mbak ?” begitu sahut KATAKAMI.

    “Aduh Mbak, Mbak, berlian itu sistemnya krat-kratan, satu krat itu ratusan juta. Satu butir berlian, isinya bisa 5 sampai 7 krat. Kira-kira begitulah. Memang mahal Mbak. Yang jual berliannya khan saya juga kenal baik, tokonya di Melawai sana. Namanya Tante F, pelanggan saya juga. Wong saya pernah menemani temannya si Ibu itu, teman saya juga sih, beli perhiasaan berlian habis 1,5 miliar. Itu cuma sekali beli lho” kata si Pemilik Salon.

    Ilustrasi GAMBAR BERLIAN MEWAH
    Ilustrasi GAMBAR BERLIAN MEWAH

    “1,5 Miliar cuma buat beli perhiasaan ? Busyet deh Mbak, ya ampun, ya ampun, kaya bener sih. Ya ampun, buat apa buang duit cuma beli berlian semahal itu ?” tanya KATAKAMI.

    “Kita boleh bilang buat apa, kalau mereka ya enteng aja. Si Bapak Pejabat itu, gak pegang rupiah lho di dompetnya. Di dompet uang dolar Amerika, setumpuk. Kalau saya mengingap di rumah mereka, khan suka banyak keponakan mereka datang. Itu dikasih uang dolar tadi. Dompetnya khan panjang begitu” kata si Pemilik salon.

    “Masak sih gak pegang rupiah, sombong bener !” sahut KATAKAMI.

    “Mbak Mega ini suka ngeyel deh kalau diceritain. Iya bener Mbak, saya lihat sendiri waktu bagi-bagi duit. Kalau soal kekayaan, bukan kaya lagi mereka itu. Tapi … kuaya buangetttttt !” kata si Pemilik Salon.

    Yang lebih mencengangkan lagi, koleksi jam mewah pasutri ini juga sangat dasyat. Dari mulai merek ROLEX seharga ratusan juta dan merek mewah lainnya juga dibeli.

    Tetapi, walau kaya rayat seperti itu, pada tahun 2008 lalu, si oknum pejabat ini pernah mengalami sakit yang serius.

    Almarhum Munir yang tewas dibunuh karena diracun ARSENIK
    Almarhum Munir yang tewas dibunuh karena diracun ARSENIK

    “Mungkin karena ramai di pemberitaan soal kasus pembunuhan itu lho Mbak. Kata si Ibu, hatinya si Bapak menciut ukurannya. Jadi hanya tinggal sekian persen saja. Makan sampai di blender kok. Akhirnya di bawa ke Singapura. Enggak, enggak sampai opname lama kok, cuma general check up. Ternyata katanya salah diagnosa saja. Sekarang Bapak dan Ibu itu makan sepuasnya, berat badannya saja kata Ibu pada naik 10 kg” kata si pemilik salon.

    *****

    Luar biasa, memang akan sangat kelihatan bagaimana KATRO-nya kami jika mendengar kisah kemewahan yang menggiurkan begini.

    Tetapi yang sangat mengganggu di hati dan pikiran kami, bukankah si oknum pejabat yang patut dapat diduga berselingkuh dengan wartawati senior ini, menduduki jabatan eselon I di bidang intelijen.

    Mengapa bisa, mengapa diizinkan, mengapa enak sekali dan mengapa mungkin ada pejabat eselon I tidak perlu berkantor setiap hari. Jadi cuma datang kalau ada rapat penting saja atau mendampingi atasan rapat di DPR-RI ?

    W
    W

    Jika itu memang benar terjadi yaitu ada Pejabat Eselon I dibiarkan bekerja dengan pola yang sangat semaunya, berarti yang salah adalah sistem di dalam kantor mereka. Terutama atasan tertinggi di kantor itu, mengapa gampang sekali memberlakukan pola kerja yang demikian ?

    Begitu banyak pejabat karier yang ingin menjadi pejabat eselon I, tetapi malah sulit mendapatkan kesempatan !

    Dan mengingat banyaknya harta kekayaan yang sangat menyilaukan mata ini, kami juga termenung sejenak.

    Apakah semua harta kekayaan yang sangat dasyat ini, sudah dilaporkan secara resmi dan transparan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lewat Laporan Harta kekayaan Pejabat Negara ?

    Dengan pangkat terakhir bintang 2 atau purnawirawan POLISI dengan pangkat Irjen, berapa sebenarnya gaji yang didapatkan selama ini sehingga bisa mengumpulkan harta kekayaan yang luar biasa banyaknya ?

    Kalau memang purnawirawan POLRI ini punya banyak rezeki, mengapa para anggota POLRI di level bawah hidup serba menyedihkan semua karena gaji sangat pas pasan dan malah serba berkekurangan ?

    Wah wah wah. Kaya sekali untuk ukuran seorang pejabat yang berpangkat terakhir sebagai Irjen Purnawirawan.

    Fantastis sekali ! (MS)

    Tulisan ke-3

    Jatuh Cinta Berjuta Rasanya Bila Patut Dapat Diduga Dua Oknum Pejabat Kasmaran Pada “Perempuan Selingkuhan” Yang Sama. Busyet, Kok Tidak Tahu Malu Ya ?

    TULISAN UTAMA WWW.KATAKAMI.COM
    Dimuat pertama kali di KATAKAMI pertengahan Februari 2009

    Kami perkenalkan BLOG baru KATAKAMI yaituWWW.BLOGSKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    Jakarta (KATAKAMI) Hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentines Day sudah lewat. Tapi kami ingin menceritakan sebuah true story tentang pernak pernik dari “perasaan sayang”.

    Pernahkah anda merasakan, bagaimana rasanya bila jatuh cinta seperti yang dikisahkan dalam lagu JATUH CINTA karya Titiek Puspa ? Apalagi misalnya, jatuh cinta pada orang yang sebenarnya sudah sangat lama anda kenal. Yang tadinya cuma berteman biasa, tetapi akhirnya ada benih cinta tumbuh di sebentuk hati.

    Kami teringat terhadap seorang sahabat perempuan yang berstatus “jomblo”.

    Entah mengapa, tiba-tiba ia mengakui sendiri bahwa ia jatuh cinta kepada seorang Pejabat. Demi kebaikan bersama, tidak akan kami muat nama dan identitasnya disini. Baik sahabat kami itu ataupun Pejabat yang ditaksirnya.

    Hebatnya lagi, ia tak pernah bertepuk sebelah tangan. Kepada siapa saja ia merasa jatuh cinta dan secara agresif mendekati, maka akan jatuhlah ke dalam “kerling mata” sang perempuan.

    Selama beberapa bulan, kami menjadi saksi hidup yang melihat dan mendengar sendiri seorang Pejabat saling merayu dan menunjukkan ketertarikan yang “dalam” satu dengan yang lainnya.

    Untuk menghubungi sang perempuan, biasanya yang disuruh adalah ajudan tetapi menggunakan hp pribadi yang dipegang langsung oleh PIMPINAN di sebuah kantor.

    Yang patut dikasihani adalah pejabat yang kacang lupa kulit … maksud kami, lupa diri ini sempat tak mampu mengendalikan dirinya didepan umum. Bayangkan, pernah di suatu hari libur nasional, pejabat ini datang ke kantornya hanya karena mengetahui si perempuan tersebut sedang berkunjung ke kantor sang pejabat untuk sebuah urusan pribadi.

    Waduh. Waduh.

    Pernah juga, sampai berlaku seperti anak muda yang mabuk kepayang karena secara mendadak memerintahkan diadakan acara malam tahun baru yang dilengkapi dengan live band pada pergantian malam tahun baru 2008 / 2009 yang lalu.

    Sore harinya, sang perempuan ditelepon dan diberitahu agar datang karena sudah disiapkan acara pergantian tahun. Dan, sang Arjuna kabarnya – seperti yang dijanjikan saat menelepon Yuri – memenuhi janjinya untuk menyumbangkan suara emas dengan menyanyi di panggung.

    Kasihan, sebab perilakunya sudah seperti orang yang lupa diri karena tentu bawahan-bawahan akan mencium keanehan dari sikap sang pimpinan.

    Lama-kelamaan perasaan suka sama suka tadi, menjadi lebih dalam sekali. Barangsekali, sedalam sumur tua yang sudah kering airnya !

    “Gue kangen sama si AA … lagi ingat gue gak ya ?” begitu kata si perempuan kepada kami hampir setiap malam.

    Atau jika baru bertemu maka komentarnya lain lagi, “Aduh tadi si AA ganteng banget. Gue panggil AA aja kali ya, nanti kalau gue panggil Abah kayak cucunya, ntar dia marah lagi. Dikira gue ngeledek kalau dia sudah ketuaan,” kata si perempuan.

    Ya memang, si Pejabat tadi memiliki 2 orang cucu perempuan.

    Lama-kelamaan, si pejabat ini masih punya malu rupanya. Untuk menyembunyikan indikasi kedekatannya yang sangat berlebihan dengan seorang sahabat tadi, maka diakali agar si perempuan bisa bertamu ke kediaman dinas dan yang menemani adalah … kami !

    Berbeda jauh sikapnya. Semua sudah distel agar terkesan formil. Yang biasanya cium pipi kiri kanan begitu bertemu di ruang kerja (di kantor), bila pertemuan dibuat “formal” di
    kediamanan dinas, maka ritual cium pipi ditiadakan.

    “Kasus Bank C cukup menarik juga untuk dicermati ya. Nanti tolong diperhatikan Mbak,” kata si Pejabat kepada KATAKAMI.COM.

    Dan ketika pulang, Pejabat tadi memberikan suvenir.

    Di perjalanan kami bisikkan kepada perempuan yang sedang kasmaran dengan pejabat tadi, “Wah, suvenir yang dikasih kok ada nama kantor yang katanya bermasalah tadi ya. Katanya bermasalah, kok bisa-bisanya dapat “setoran begini ?” pancing KATAKAMI kepada sahabat kami tadi.

    Yang ingin kami sampaikan disini adalah hendaklah setiap pejabat itu menjaga tindakan dan perilakunya di muka umum dan dihadapan seluruh bawahan.

    Betapa memalukannya, jika ada pejabat yang tidak mampu mengendalikan diri dan perasaan yang salah salah alias salah arah.

    Orang lain, kalau misalnya jatuh cinta saat jadi tokoh publik (publik figure) maka akan menjaga sikap agar tidak mencoreng nama baik, harkat dan martabat dirinya, keluarga dan instansi yang dipimpin.

    Kami teringat lagu yang pernah dinyanyikan Titiek Puspa yang berjudul, “Jatuh Cinta”. Seperti ini jugalah yang terjadi pada sahabat kami tadi dan pejabat yang kasmaran berat tadi.

    Jatuh cinta berjuta rasanya
    Biar siang biar malam terbayang wajahnya

    Jatuh cinta berjuta indahnya
    Biar hitam biar putih manislah nampaknya

    Dia jauh aku cemas tapi hati rindu
    Dia dekat aku senang tapi salah tingkah

    Dia aktif aku pura-pura jual mahal
    Dia diam aku cari perhatian oh repotnya

    Jatuh cinta berjuta indahnya
    Dipandang dibelai amboi rasanya

    Jatuh cinta berjuta nikmatnya
    Menangis tertawa karena jatuh cinta
    Oh asyiknya

    Lalu sekarang, kami teringat pada penggalan kisah lain yang terjadi.

    Ternyata, sahabat kami itu sudah lebih dulu “dekat dan akrab” dengan seorang pejabat lain yang patut dapat diduga dendam pada pejabat yang kasmaran pada sahabat kami ini.

    Sehingga, ada indikasi bahwa perempuan ini sengaja diumpan untuk bisa memiliki kedekatan dengan pejabat tadi.

    Luar biasa.

    Sebuah TRUE STORY yang sangat mencengangkan dan mengejutkan. Ternyata ada kisah seperti ini didalam kehidupan. Dua lelaki jatuh cinta pada perempuan yang sama, dimana keduanya sama-sama jatuh cinta kepada “WANITA IDAMAN LAIN” alias WIL.

    Kalau yang satu cuma berani sembunyi-sembunyi dan kabarnya sengaja pergi janjian dengan perempuan ini untuk pergi ke salah satu provinsi di Pulau Kalimantan.

    Pura-puranya ada urusan yang sama-sama akan dikerjakan disana. Tetapi, sstttt, kamar di hotel bisa dibuat bersebelahan. Kami mengetahui ini dari cerita dan pengakuan dari mulut si perempuan sendiri.

    “Pas gue baru masuk, sudah ada si Bapak. Dia sudah mau main sosor ke bibir gue aja. Gue bilang, Bapak keluar ah … !” kata si perempuan saat menceritakan kepada KATAKAMI.COM.

    Waduh Waduh. Tidak ada kata-kata lain yang bisa kami ucapkan, selain … waduh waduh. No comment deh ah !

    Hanya ada satu nasehat sederhana, jangan karena nila setitik, maka akan rusak

    susu sebelanga.

    Belakangan, tampaknya kedua oknum Pejabat ini mulai “agak” sadar bahwa kasmaran ala cinta segitiga ini ternyata memang sangat memalukan.

    Herannya, baru belakangan keduanya menyadari bahwa perilaku kasmaran yang dipertontonkan kepada publik ini sangat tidak tepat.

    Lho, kami jadi teringat pada sebuah pepatah lama, “Jangan karena kita yang tidak bisa menari maka lantai yang dibilang miring,”.

    Waduh. Waduh !

    Kalau anda semua penasaran, siapa gerangan mereka. Ups, kami tidak akan memberitahu. Tapi tampaknya, kedua pejabat ini suka berkantor di kawasan yang dekat dengan Pusat Perbelanjaan.

    Yang satu di dekat Mal Kalibata berinisial W. Dan yang satu, didekat Mal Pasaraya Blok M berinisial BH@.

    Rasanya cukup demikian saja kata kunci dari kami. Sebab, ini sekedar memberi nasehat agar dalam menjalankan tugas dan amanah dari negara agar dilaksanakan secara baik, bertanggung-jawab dan konsekuen.

    Dan kadangkala, inilah salah satu seni dari JURNALIS INDEPENDEN sebab kami tahu, apa yang orang tidak tahu. Dan kami siap memberitahu, apa yang orang perlu tahu.

    Harusnya, pejabat-pejabat yang patut dapat diduga SANGAT KOTOR & RUSAK moralnya seperti ini, tak pantas untuk diberi kepercayaan menjabat di posisi yang penting. Apalagi, kalau patut dapat diduga menyeret INSTITUSI yang dipimpinnya untuk menjadi TIDAK NETRAL hanya karena takut dicopot sebab berkuasa itu enak sekali.

    Oh ya, kami perlu menjelaskan juga bahwa KATAKAMI tidak mengada-ada sebab kami adalah saksi hidup. Suvenir yang diberikan oknum pejabat ini kepada wartawati tadi adalah uang tunai senilai Rp. 40 juta. Padahal, wartawati ini bekerja di sebuah media cetak yang melarang keras para wartawannya menerima uang sepeserpun juga dari NARASUMBER.

    Dan untuk menutup tulisan ini, kami perlu mengingatkan kepada oknum PEJABAT tertentu bahwa patut dapat diduga sengaja melakukan PENGRUSAKAN & SABOTASE untuk melampiaskan balas dendam karena KATAKAMI tidak mau dikendalikan orang per orang.

    Didepan seakan-akan tak mau kenal, tetapi patut dapat diduga dibelakang layar SEJUMLAH OKNUM ANAK BUAH-nya diperintahkan untuk mengendalikan dan ikut merusak SITUS & SEMUA BLOG KATAKAMI agar pihak-pihak lain yang selama ini memang sering merusak KATAKAMI semakin terpojokkan.

    Kami mengecam tindakan yang keterlaluan ini. Hentikan semua sandiwara dan kecenderungan untuk melakukan ABUSE OF THE POWER. Jangan pernah lagi merusak KATAKAMI untuk meninggikan INSTITUSI sendiri, padahal patut dapat diduga anda juga penjilat nomor satu.Jangan pernah bermimpi mengendalikan PERS NASIONAL dengan cara yang sangat kotor dan menyimpang.

    (MS)

    Mengangkat Kembali "Sepak Terbang" Makelar Kasus Paling Berbahaya" Yang Patut Dapat Diduga Menjadi CUKONG UTAMA SUTANTO

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 07:16
    Tulisan-tulisan mengenai SURYO TAN yang pernah dimuat di INILAH.COM

    Tulisan I (Dimuat di INILAH.COM tanggal 16 April 2008)
    Rumah mewah di kawasan Pondok Indah yang kabarnya milik Sutanto.
    (iPhA/Subekti)

    INILAH.COM, Jakarta – Kasus Jaksa Urip Tri Gunawan-Arthalyta Suryani mengobrak-abrik Kejaksaan Agung. KPK pun gencar mencecarnya. Tapi, terhadap kasus petinggi Polri yang sudah di depan mata, KPK cuek saja.

    Petinggi Polri yang ditengarai lekat dengan lingkaran suap menyuap tak lain adalah Kapolri Jenderal Pol Sutanto.

    Wah, benarkah dan apa dasar dugaan itu?

    Deretan rumah mewah di kawasan Pondok Indah yang kabarnya milik Sutanto dijadikan rujukan paling kuat. Rumah pribadi Sutanto yang ditinggali keluarganya kebetulan memang di Pondok Indah, yaitu di Jalan Pinang Perak II/2, Jakarta Selatan.

    Sumber INILAH.COM memberikan bocoran sejak beberapa bulan lalu bahwa koleksi rumah mewah Sutanto itu, antara lain, dua unit rumah di Jalan Bukit Hijau, Pondok Indah, dan satu unit di Jalan Gedung Hijau, Pondok Indah.

    Berdasarkan penelusuran INILAH.COM, kedua rumah di Jalan Bukit Hijau II ditempati anak-anak Sutanto.

    Pada 10 Maret lalu, Ketua KPK Antasari Azhar sudah mendapatkan informasi awal tentang daftar rumah mewah Kapolri ini.

    “Oke, saya akan cek LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara) Kapolri,” kata Antasari kepadaINILAH.COM sewaktu ditanya apakah KPK sudah mendapatkan informasi tentang adanya koleksi rumah mewah Sutanto di Pondok Indah.

    Pada 12 Maret, Antasari juga mendapatkan salinan dokumen transaksi pembelian alat penyadap (intercept) untuk Sutanto yang kabarnya dibelikan oleh makelar kasus bernama Suryo Tan.

    Beredar di kalangan wartawan, dokumen tentang pembelian alat penyadap bermerek Verint buatan Inggris pada Maret 2006. Dari dokumen itu terungkap bahwa istri kedua Suryo Tan, Christina Wati, bertindak sebagai perantara. Pembelian itu nyata-nyata ditujukan kepada Sutanto.

    Senin (16/6) di Jakarta, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Abu Bakar Nataprawira membantah semua isu tentang koleksi rumah mewah Kapolri di Pondok Indah. Juga soal pembelian alat penyadap dari Suryo Tan.

    Wah, semua itu hanya isu. Tidak benar itu. Tidak ada hal-hal seperti itu,” kata Abu Bakar.

    Mabes Polri boleh saja membantah. Yang pasti, data-data awal yang mengemuka di tengah masyarakat tetap harus ditindaklanjuti oleh KPK.

    Warga sekitar alamat rumah di Pondok Indah saja membenarkan bahwa rumah di Jalan Gedung Hijau, Pondok Indah, itu milik Kapolri Sutanto yang dibeli sekitar dua tahun lalu.

    Rumah itu berdekatan dengan rumah milik dr Ucok Siregar yang bertugas di RS Pondok Indah. Tapi, sumberINILAH.COM menyebutkan, rumah di Jalan Gedung Hijau itu hanya berisi barang-barang alias tidak dihuni.

    Sementara dua rumah di Jalan Bukit Hijau dihuni anak-anak Sutanto. Kedua rumah itu dijaga ketat oleh beberapa penjaga di depan rumah. Petugas keamanan di lingkungan itu mengatakan, setahu mereka kedua rumah itu adalah milik Kapolri Sutanto yang dibeli sejak dua tahun lalu.

    Di saat hampir bersamaan dengan merebaknya kasus Urip–Arthalyta, KPK terkesan masih pilih-pilih dalam menjalankan program pemberantasan korupsi. Buktinya, Antasari masih mendiamkan deretan rumah Sutanto di kawasan mewah Pondok Indah meski sudah tiga bulan memperoleh laporannya.

    Di satu sisi, Antasari begitu getol menguliti sepak terbang Arthalyta yang berkait dengan korps Gedung Bundar. Di sisi lain, Antasari tutup mata dan telinga terhadap sepak terjang markus yang jauh lebih berbahaya dari Arthalyta, yaitu Suryo Tan.

    Kenapa Antasari terkesan cuek?

    Sungguh memalukan jika euforia pemberantasan korupsi di negeri ini dijalankan dengan semangat tebang pilih atau semau gue. Mana yang gue pengin habisi, gue sikat. Mana yang nggak perlu, ya TST saja.

    Tulisan ke-2

    Politik
    24/06/2008 – 15:57
    Suryo Tan Kembali Diburu
    Makelar Kasus yang Dekat dengan Kapolri
    Suryo Tan
    (suryotan.com)

    INILAH.COM, Jakarta – Artalyta Suryani, pesolek yang diduga berprofesi sebagai makelar kasus (markus), sudah ditangkap. Proses persidangannya sedang berjalan. Suryo Tan? Markus yang dekat dengan Kapolri itu kini kembali diburu.

    Suryo Tan, warga negara Singapura bernama asli Darren Chen Jia Fu, punya cantelan lobi sama kuatnya dengan Artalyta. Kabarnya, lobi terkuatnya adalah kedekatannya dengan Kapolri Jenderal Pol Sutanto.

    Suryo Tan ditetapkan sebagai tersangka sejak 8 Februari 2007 atas kasus penggelapan Rp 2,4 miliar. Tapi, ia seolah kebal hukum dan tak terjamah sedikitpun oleh aparat penegak hukum.

    Kepada INILAH.COM, Selasa (24/6) siang di Jakarta, jurubicara PT Starcom Solusindo mengatakan bahwa tujuh laporan darinya ke polisi perihal terlapor Suryo Tan akan ditindaklanjuti.

    “Saya didampingi pengacara saya, Pak Suhadi, sudah ke Mabes Polri. Kami mendapatkan surat panggilan untuk menindaklanjuti surat kami kepada Kapolri. Mudah-mudahan saja ada titik terang,” katanya.

    INILAH.COM mendapatkan salinan surat dari Syamsu Djalal, pengacara PT Starcom Solusindo, kepada Kapolri. Surat yang dikirimkan beberapa hari lalu kepada Kapolri meminta agar tujuh kasus hukum yang melibatkan Suryo Tan segera ditindaklanjuti Polri. Suryo Tan harus segera ditangkap karena telah melakukan serangkaian tindak pidana.

    Kasus-kasus Suryo Tan, terutama adalah kasus penggelapan/penipuan 48 lembar travel cheque Bank BII masing-masing bernilai Rp 50 juta dengan modus untuk membantu menuntaskan sengketa dengan PT Telkom Datel Bandung pada 29 Juli 2005.

    Dalam surat itu dilaporkan kepada Sutanto bahwa tersangka Suryo Tan disebut-sebut sedang bermasalah dengan pihak berwenang di Singapura karena urusan senjata api.

    Suryo Tan dikabarkan telah melakukan transaksi jual beli senjata dan amunisi tanpa izin dari Bea-Cukai Singapura sesuai Peraturan Pengontrolan Barang Strategis atau The Strategic Goods (Control) Act.

    Bahkan, Suryo Tan disebut-sebut telah melakukan transaksi jual beli senjata berupa 92 Pistol Sig Sauer P.226 kaliber 9 mm buatan Jerman saat diberlakukan embargo senjata dengan cara memalsukan negara asal atauCountry of Origin dari Jerman menjadi Bulgaria.

    Sumber INILAH.COM di Mabes Polri menyebutkan, meski disebut-sebut Suryo Tan punya lobi yang sangat kuat dan kedekatan dengan Kapolri, tidak ada keistimewaan yang diberikan kepadanya.

    “Siapa bilang Polri mengistimewakan Suryo Tan? Berkas kami proses dan sudah dikirim ke Kejaksaan Agung. Tapi, di sana mandek. Aduh, lobi Suryo Tan kan juga kuat di Kejaksaan Agung,” kata sumber yang perwira tinggi Polri itu.

    INILAH.COM juga menerima salinan dokumen rahasia yang kabarnya merupakan rekapitulasi biaya pengeluaran Suryo Tan untuk seorang perwira tinggi Polri dan keluarganya. Data rekapitulas

    i itu berasal dari pengacara Petrus Selestinus yang mendapat kiriman CD berisi file yang mencengangkan ini.

    Berikut sebagian isi rekapitulasi itu: 7 Oktober 2004 membelikan 1 unit mobil Toyota Alphard senilai Rp 650 juta, 17 Juni 2005 membelikan HP Nokia 8800 senilai Rp 9,9 juta, 11 November 2005 dana untuk Korspri (SA) Rp 100 juta, 7 Maret 2006 pembelian GSM Intercept (alat penyadap) Rp 3 miliar, 9 Maret 2006 pembelian berlian untuk cucu sang perwira tinggi Rp 5 juta, 1 Mei 2006 pembayaran tagihan salon istri sang perwira tinggi periode April 2006 Rp 30 juta, 4 Mei 2006 pembelian saxophone Rp 28 juta.

    Tragis, memang. Rekaman pembicaraan Artalyta kepada Jampidum Untung Udji Santoso saja sudah bikin geger Indonesia, apalagi dugaan terjadinya gratifikasi kepada seorang pejabat tinggi penyelenggara negara ini.

    Masalahnya, kenapa KPK terkesan cuek bebek terhadap temuan dan data-data menghebohkan itu? Takut? Sungkan? Ingat, hukum itu harus berlaku untuk semua. Harus adil. Jangan tebang pilih, KPK! [I3]


    Tulisan ke-3

    Politik
    25/06/2008 – 23:57
    Hendarman Kian Terpojok
    Aroma Mafia di Kejaksaan Agung dan Polri (2-Habis)
    Hendarman Supandji
    (inilah.com/Abdul Rauf)

    INILAH.COM, Jakarta – Hendarman Supandji adalah pejabat teringgi sekaligus paling pusing di Kejaksaan Agung. Kasus Artalyta Suryani saja sudah bikin geger, kini memanas pula skandal Suryo Tan. Sang Jaksa Agung pun ikut terpojok.

    Memang, para makelar kasus sekelas Artalyta Suryani dan Suryo Tan tak mampu merayu dan mendekati Hendarman. Ibarat tembok, pertahanan diri Hendarman begitu kokoh. Ia tak mempan meski tak henti dibombardir Artalyta dan Suryo.

    Sayangnya, Hendarman terkesan lamban mengatasi kasus ini. Bahkan sebaliknya terkesan membiarkan anak buahnya tetap menjalin hubungan yang diduga berbau korupsi dengan para markus itu. Maka tuntutan lain muncul pun: SBY-JK tak perlu berlama-lama mempertahankan Hendarman di Kejaksaan Agung.

    Begitu juga dengan Kapolri Jenderal Sutanto. Jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mampu mebuktikan bahwa berbagai pemberian berbau gratifikasi dari Suryo Tan kepada Sutanto, lalu apa yang bisa dibanggakan lagi oleh SBY terhadap Kapolri dan Jaksa Agung?

    Salah satu yang patut ditelusuri Hendarman adalah kabar yang menyebutkan bahwa Jampidum Abdul Hakim Ritonga melindungi markus Suryo Tan.

    Indikasi itu memang kuat. INILAH.COM bahkan mendapatkan salinan surat dari pengacara PT Starcom Solusindo kepada Jampidum Abdul Hakim Ritonga untuk memprotes indikasi perlindungan yang diberikan Kejaksaan Agung kepada markus Suryo Tan. Padahal Suryo Tan adalah tersangka kasus penggelapan dan penipuan dana milik PT Starcom sebesar Rp 2,4 miliar.

    Saat menyurati Jampidum tertanggal 22 Juni 2005, Suryo Tan diketahui melampirkan berkas Memorandum of Understanding (MoU) palsu. Meski penuh dengan coret-coretan tanpa paraf, namun MoU palsu itulah yang justru dijadikan dasar oleh Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta untuk memberikan petunjuk P19 kepada penyidik Polri. Artinya proses penanganan kasus penggelapan dan penipuan yang dilakukan Suryo Tan terhadap PT Starcom harus dihentikan.

    Saat Mabes Polri hendak melakukan penyitaan barang bukti periode September 2007 s/d Februari 2008, Suryo Tan tidak dapat menunjukkan dokumen asli MoU.

    Pada bagian lain, nama Wakil Jaksa Agung Muchtar Arifin juga terbawa-bawa dalam masalah markus Suryo Tan. INILAH.COM menerima salinan dokumen yang diduga merupakan transaksi pembelian alat penyadap(intercept) yang dilakukan isteri kedua Suryo Tan, yaitu Christina Wati, pada 2006.

    Dalam dokumen itu, Christina Wati mencantumkan nama Kapolri Sutanto dan Wakil Jaksa Agung Muchtar Arifin (saat itu masih menjabat sebagai Jamintel). Keduanya dijadikan pihak penjamin dalam transaksi pembelian alat penyadap untuk Kejaksaan Agung itu.

    Selanjutnya, dalam dokumen pembelian alat penyadap bermerek Verint buatan Inggris itu nama Sutanto pun disebutkan secara terang-terangan dalam komunikasi email antara Christina Wati dengan pihak penjual alat penyadap.

    Maka kepada Jaksa Agung Hendarman Supandji dan Kapolri Jenderal Sutanto patut diajukan pertanyaan: apakah upaya penegakan hukum dari jajaran mereka bisa terlaksana secara baik dan benar? Apakah SBY akan membiarkan kabinetnya dinodai dengan ketidaktegasan orang-orang kepercayaannya dalam menjalankan tugas mereka sesuai dengan aturan yang berlaku?

    Akhirnya, kepada siapa rakyat Indonesia bisa mengharapkan jawaban dan kepastian hukum dari semua kasus ini? [Habis/P1]

    16/05/2009

    Thank You God, Gracias A Dios, Untuk Terkabulnya Doa & Harapan Bebasnya Roxana Saberi Dari Rezim Iran

    Filed under: Uncategorized — Tag:, , , , , — katakaminews @ 10:58

    Jakarta 16 Mei 2009 (KATAKAMI)  Kalau untuk sebagian orang, barangkali yang menjadi euforia adalah deklarasi bak panggung sandiwara satu babak dari sejumlah pihak yang mengumumkan pendeklarasian mereka di panggung politik nasional.

    Barangkali dianggap untuk mengurus sebuah negara yang majemuk seperti Indonesia ini, cukup dengan satu kedipan mata yang genit maka semua penderitaan rakyat akan teratasi. Itulah sebabnya, hal lain yang lebih menyentuh hati dan mendorong kami untuk membahasnya secara khusus adalah bebasnya wartawati AS yang selama berbulan-bulan dipenjara oleh REZIM di Iran, ROXANA SABERI.

    Its amazing. Sebuah mukjizat atau keajaiban telah diberikan oleh Sang Klalik. Memang benar sebuah kalimat bijak yang mengatakan, “Manusia merencanakan tetapi Tuhan yang menentukan”. 

    Lalu kalimat bijak lainnya ada yang mengatakan, “Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan”. 

    Naha hai impossible para DIOS. Gracias a DIOS. Terimakasih Tuhan.

    Pembebasan Roxana Saberi dari penjara Iran — padahal sebelumnya sudah sempat divonis 8 tahun penjara — adalah sebuah kabar baik yang kami sambut dengan sukacita. 

    Senyum Roxana saat keluar dari penjara Iran benar-benar meyentuh hati. Sebuah senyuman yang hanya bisa terjadi saat “tangan Tuhan” memberikan kekuatannya untuk menghentikan sebuah pemutar-balikan fakta dan pencederaan terhadap kemuliaan tugas seorang jurnalis di muka bumi ini.

     

     

    Informasi tentang pembebasan Roxana Saberi sudah tersebar di media-media asing hanya beberapa menit setelah Roxana Saberi menginjakkan kakinya di Wina, Austria. Ia sudah dibebaskan sejak hari Senin lalu dan untuk beberapa hari ke depan ini akan beristirahat sejenak di Wina Austria untuk menenangkan diri.

    Berita tentang pembebasan wartawati cantik ini, dituliskan dalam laporan ANTARA NEWS berikut ini :

    Wina (ANTARA News/AFP) – Wartawati kelahiran AS Roxana Saberi, yang dibebaskan dari sebuah penjara di Iran pekan ini, tiba di Wina, Jumat, dalam penerbangan dari Teheran. Saberi mengatakan kepada AFP, ia berencana menghabiskan waktu beberapa hari di kota itu karena Wina merupakan tempat yang tenang dan santai.  Saberi, yang didampingi ayah, ibu dan saudara laki-lakinya, tidak memberikan penjelasan terinci mengenai rencana perjalanannya. Tak lama setelah pembebasannya, ayahnya, Reza Saberi, mengatakan, keluarganya berencana membawa Rozana kembali ke AS.  Saberi dibebaskan Senin lalu setelah masa hukuman penjara yang semula delapan tahun, atas tuduhan melakukan tindakan mata-mata untuk AS, dikurangi menjadi hukuman dua tahun yang ditangguhkan oleh sebuah pengadilan banding.  Saberi mengatakan, keluarganya memutuskan pergi melalui Wina karena Duta Besar Austria di Teheran telah sangat membantu. “Saya ingin berterima kasih kepadanya.”  Wartawati berusia 32 tahun yang memiliki kewarganegaraan ganda AS-Iran itu telah berada di Iran selama enam tahun dan melakukan peliputan untuk National Public Radio (NPR) yang berpusat di AS, BBC dan kelompok media asing.

     

    Pembebasan Roxana Saberi, memang merupakan sebuah kejutan yang menyenangkan. Sangat tak terduga dan menjadi sebuah keajaiban yang mendatangkan membawa keselamatan penuh haru-biru dalam keluarga besar Roxana Saberi.

    Kami yakin, dibalik semua peristiwa yang menyentuh hati ini memang ada upaya diplomasi dan kegigihan yang mengagumkan dari Pemerintah AS untuk menyelamatkan Roxana dari cengkraman hukum Iran yang menjengkelkan.

    Masa tugas Roxana di Iran sebagai koresponden media AS, bukan baru sehari atau dua hari. Ia sudah 6 tahun bertugas di Iran. Ia sudah mengenal Ahmadinejad sebagai tokoh oposisi — jauh sebelum Ahmadinejad menjadi Presiden Iran –.

    Lantas, kalau tiba-tiba Roxana ditangkap, dipenjara, diadili dengan dakwaan yang menyesatkan dan akhirnya divonis bersalah dengan pidana kurungan atau penjara selama 8 tahun, semua media massa di muka bumi ini bangkit membela.

    Hak apa yang dimiliki Pemerintah Iran yang lewat tangan-tangan penegak hukumnya menghakimi wilayah kehidupan pribadi jurnalis AS ini dengan tuntutan yang dibelokkan dari prinsip-prinsip kebenaran ?

    Bahwa ada seorang jurnalis kedapatan membeli minuman beralkohol (WINE) di sela-sela hidup kesehariannya di negeri perantauan tempatnya bertugas, itu adalah ruang pribadi atau domain dari kehidupan Roxana yang sangat pribadi.

    Lantas dari latar belakang dan fakta yang riil bahwa kesalahan Roxana adalah membeli minuman anggur (WINE) dibelokkan menjadi tudingan sebagai agen mata-mata asing, darimana dongeng seperti itu bisa dikarang-karang ?

    Bahkan kami pun, jurnalis yang tumbuh, berkembang, bertugas dan berjuang di sebuah negara berkembang seperti INDONESIA, juga menyukai minuman anggur merah misalnya (Red Wine, Red).

    Lalu misalnya kami menempuh penerbangan antar negara, maka salah satu hobi yang menggelikan dan menguntungkan adalah setiap kali pramugari atau pramugara maskapai penerbangan yang membawa kami itu lewat di sisi tempat duduk kami di dalam pesawat, maka kami kami mengajukan permohonan dengan nada suara yang sangat manis dan penuh bujukan, “Red wine, please !”.

    Jadi kalau pramugari dan pramugara itu lewat berulang-ulang kali dalam penerbangan yang menghabiskan waktu belasan jam, kami akan mendapatkan tambahan barang baru yaitu anggur merah yang lezat dalam kemasan botol kecil untuk jadi minuman di kala senggang. Dengan meminum itu, kami tidak menjadi mabuk atau liar. Kami samasekali tidak merokok, apalagi menggunakan narkoba. Kami tidak menyukai kehidupan malam atau dugem sambil gedeg gedeg akibat pemakaian narkoba di tengah dentuman musik yang menggema keras sehingga pasti bisa membuat telinga menjadi pekak alias berisik. Tetapi jangan lantas karena kami menyukai wine — khususnya red wine — maka kalau nanti kapan-kapan kami tugas keluar negeri … apalagi ke Iran, akan ditangkap dan dipenjara juga dengan dakwaan sebagai agen mata-mata.

    Gak janji deh !

    Di negara-negara Eropa, minuman anggur (wine) adalah minuman yang menyehatkan. Ladang-ladang anggur yang ditanam para petani di Eropa sana, sangat indah dilihat apalagi bila sedang panen. Kami pernah melihatnya.

    Wine bukan minuman yang memabukkan atau menyesatkan.

     

    Tanpa adanya perjuangan yang gigih dari segenap aparat dan perangkat pemerintahan dibawah kendali Presiden Barack Obama, tak akan pernah mungkin Roxana Saberi bisa bebas dari cengkraman hukum yang jungkir balik prinsip-prinsip kebenaran dan keadilannya selama ini.

    Pasca jatuhnya vonis 8 tahun penjara untuk Roxana Saberi pada pengadilan tingkat pertama di Iran beberapa bulan lalu, tampaknya Pemerintah AS menyadari bahwa cara menangani permasalahan ini tak bisa dan tak mungkin lagi hanya sekedar menyampaikan seruan-seruan terbuka di media massa agar Roxana dibebaskan.

    Sebab, patut dapat diduga Presiden Ahmadinejad memang keras kepala dan terkadang jadi kelihatan arogan alias sok jago.

    Ketika ada seruan keprihatinan keluar dari Pemerintah AS agar wartawati mereka ini dibebaskan, maka hanya dalam hitungan jam atau hari seruan keprihatinan itu direspon langsung oleh Presiden Ahmadinejad di media massa juga. 

    Respon dan pernyataan resmi yang terakhir dari Presiden Ahmadinejad adalah, “Silahkan bagi Roxana Saberi menyampaikan pembelaan dirinya di pengadilan tingkat banding jika memang ingin menempuh jalur hukum untuk mendapatkan pembebasan bagi dirinya”. 

     

    Ini menjadi pelajaran berharga bagi Presiden Barack Obama dan Pemerintah AS secara keseluruhan bahwa dalam menyelesaikan kasus-kasus sensitif menyangkut isu-isu krusial semacam ini, tidak dibutuhkan lagi perang kata-kata di media.

    Diplomasi tak harus yang bersuara kencang jika ingin meraih hasil yang signifikan dan maksimal perubahannya ke arah yang lebih baik.

    Diplomasi tak harus ditempuh dengan cara membuat gaung yang berbunyi keras di telinga seluruh dunia jika ingin menyelamatkan warga negara mereka yang bermasalah dengan hukum di negara asing yang patut dapat diduga sedang dipimpin oleh manusia bertipikal arogan.

    Disinilah dibutuhkan kecantikan diplomasi, kematangan intelijen, kecerdasan dalam mencari jalan alternatif untuk melobi dan kemuliaan hati sebagai pemimpin negara agar dalam menyelesaikan masalah yang bersifat “gawat darurat” harus penuh dengan perhitungan yang jeli.

    Barack Obama pasti punya andil yang besar dengan tidak membiarkan upaya penyelamatan wartawati ini bocor ke pihak manapun sampai akhirnya Roxana dibebaskan.

    Kami yakin, dibalik pembebasan wartawati ini memang ada andil yang tak bisa dijabarkan dengan kata-kata semata dari Barack Obama dan kabinetnya.

     

    Ini prestasi besar dan memperpanjang daftar keberhasilan duet Obama – Hillary dalam mngelola berbagai permasalahan bangsa dan negara mereka. “DIPLOMASI HENING” yang dipraktekkan pasca jatuhnya vonis8 tahun penjara untuk Roxana Saberi yang dilakukan Obama dan kabinetnya telah membuahkan hasil nyata.

    Mengapa kami sebut istilah DIPLOMASI HENING ?

    Ya, sebab kecerdasan yang dikaruniakan Tuhan kepada Obama dan Hillary akhirnya mampu menyadari bahwa kalau cuma mengumbar seruan-seruan keprihatinan di media massa untuk memperkuat dukungan moral bagi pembebasan Roxana, ternyata tak cukup ampuh untuk membuat Presiden Ahmadinejad mengubah kebijakan pemerintahannya yang patut dapat diduga penuh dengan arogansi busuk.

    Kami tidak ragu-ragu untuk memberikan penilaian tersendiri bahwa mereka penegakan hukum di Iran — khusus untuk kasus Roxana Saberi — patut dapat diduga mengandung kebusukan yang luar biasa sebab dengan tega hati melakukan pemutar-balikan fakta.

     

    Kalau dengan tangan-tangan besi dan mulut-mulut lancang, ada pihak tertentu yang mengatakan Roxana Saberi atau JURNALIS lainnya yang bertugas di negara-negara asing adalah agen mata-mata … maka kalangan JURNALIS juga bisa balik bertanya dan menyampaikan respon keras bahwa penguasa yang melakukan semua kesewenang-wenangan itu adalah manusia yang tak punya akal budi, tak punya hati, tak punya kemauan dan kemampuan untuk menghormati hukum, HAM dan nilai-nilai kemanusiaan.

    Jangan pernah ada yan melecehkan JURNALIS, khususnya JURNALIS PEREMPUAN. 

    Dimanapun jurnalis perempuan itu bertugas, pasti akan sangat tangguh, bekerja keras dan teguh hati untuk melakukan semua kegigihan dalam menjalankan tugas kewartawanannya.

    Dan ketika ada jurnalis perempuan yang secara fisik memang sangat cantik, menawan hati, mempesona dan mampu membuat lawan jenisnya jatuh hati, yang harus diingat disini adalah jurnalis adalah jurnalis.

    Sekali jurnalis tetap jurnalis. Sekali wartawan tetap wartawan. Wartawan bukan pelacur. Wartawan bukan pekerja seks komersial. Wartawan bukan penjaja tubuh yang seakan tak punya otak atau kecerdasan untuk menjalankan tugasnya.

    Hargai jurnalis yang menjalankan tugasnya secara profesional dimanapun juga. Bekerjasamalah secara baik dengan kalangan PERS. Jangan diperlakukan secara buruk, tidak adil, brutal, kasar, liar dan penuh intimidasi secara jasmani atau rohani.

    Pembebasan terhadap Roxana Saberi adalah kabar baik di akhir pekan ini.

    Kami terharu, ikut senang dan sangat bersyukur atas keajaiban yang manis ini. Sangat wajar jika sekarang Roxana Saberi ingin menenangkan diri dan melewati pekan ini di Wina, Austria.

     

     

     

    Juni 2002, Pemimpin Redaksi KATAKAMI Mega Simarmata pernah berkunjung ke Wina (Austria) saat mengunjungi kenegaraan Presiden Megawati Soekarnoputri ke 5 negara Eropa — dimana salah satu negara yang dikunjungi adalah Austria –.

    Austria, salah satu negara di Eropa yang indah dan penuh dengan bangunan-bangunan tua yang justru menambah pesona keindahan tadi.

    Sangat tepat jika ke sana Roxana mencari ketenangan diri pasca pembebasannya.

    Di akhir pekan seperti ini, jangan harap ada kehingar-bingaran di kota Wina. Justru pada saat weekend seperti ini, mayoritas toko akan tutup disana Austria. Warga disana tetap memegang teguh nilai-nilai keagamaan yang mengharuskan setiap umat Kristiani untuk ke gereja di hari Minggu.

    Dan sebenarnya ada satu tempat yang lebih indah lagi untuk dikunjungi Roxana selagi ia berada di Austria.

     

     

    Untuk menghibur diri, sebenarnya baik untuk Roxana pergi ke kota kecil bernama SALZBURG di Austria sana, sebuah wilayah yang sebenarnya dulu merupakan “negara kecil” tempat kelahiran komposer musik klasik (musisi legendaris dunia) yang sangat terkenal yaitu Wolfgang Amadeus Mozart.

    Mozart menjadi ikon yang membanggakan di Salzburg. Mozart memang bukan satu-satunya warga Salzburg yang dikenal. Nama lain yang sangat terkenal yang berkelahiran di Salzburg adalah Franz Gruber mereka menulis dan menciptakan lagu Silent Night. Franz Guber adalah seorang pastor dan karya maha indahnya lewat lagu SILENT NIGHT itu pasti akan berkumandang di seluruh dunia setiap perayaan natal.

     

     

    Dan tak cuma itu, jika lonceng gereja yang berbunyi di puluhan gereja-gereja katolik sangat indah di Salfburg maka ada satu hal lagi yang akan sangat mempesona hati jika berada di Salfburg yaitu mengingatkan pada film musikal terkenal yaitu “The Sound of Music”.

    Film yang mengisahkan kehidupan keluarga Kapten Von Trapp ini mengambil lokasi sepenuhnya di Salzburg. Dan, suara lonceng Ketedral Salzburg menjadi bagian dari film tadi, terutama saat perkawinan sang kapten dengan Maria, seorang calon biarawati yang menjadi pengasuh tujuh anaknya yang ditinggal mati sang ibu.

    Tapi cerita tentang kota tua nan indah SALZBURG ini hanya sekedar bumbu pemanis dan selingan sederhana untuk mengungkapkan betapa bahagianya kami mendengar kabar pembebasan yang mengharukan ini.

     

    “Well, enjoy you weekend Roxana !”

    Sungguh kami ikut senang saat mengetahui kalimat pertama yang keluar dari Roxana dengan mengatakan, “Happy to be FREE !”.

    Semoga ia dapat memulihkan sebentuk hatinya yang pasti sudah sangat tertekan, terluka dan teraniaya menjalani proses hukum yang sangat tidak adil di Iran.

    Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama, Roxana bisa kembali ke AS dan mudah-mudahan bisa kembali bertugas juga. Sekali wartawan tetap wartawan.

    Dan hal yang paling membanggakan dari wartawan adalah … kegigihan yang tak kenal lelah, pantang menyerah, kuat berpegangan dan menyuarakan kebenaran, serta mempertahankan martabat serta kehormatan sejati sebagai seorang … JURNALIS.

     

     

    Inilah akhir pekan yang sangat manis dan pasti indah mengesankan untuk Roxana Saberi, walaupun terasa kurang sempurna sebab masih ada 2 jurnalis lain yang ditawan di Korea Utara.

    Sekarang ini seakan ada tren baru yang menyesatkan belakangan ini yaitu patut dapat diduga karena ingin menekan AS maka yang dijadikan sasaran empuk adalah jurnalis-jurnalis perempuan untuk dituding sebagai agen mata-mata.

    Siapapun yang mempraktekkan metode dan taktik kotor seperti ini pantas untuk dikecam dan perlu dihimbau untuk secepatnya sadar dan waras kembali. Tempuhlah diplomasi dan keberanian kebijakan luar negeri yang sehat, bermartabat dan cerdas membanggakan. Jangan justru dengan cara menawan, menculik dan memasung kebebasan jasmani rohani para jurnalis.

    Kami berbicara kepada siapapun pemimpin dunia yang sengaja menawan, menculik dan melakukan pemasungan hak-hak hidup jurnalis.

     

    (MS)

    15/05/2009

    Ke Dalam Penjara Aung San Suu Kyi Ternyata Kembali & Jenderal Than Swe Yang Pongah Seakan “Menang”

    Filed under: Uncategorized — Tag:, , — katakaminews @ 08:17

    TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM & DIMUAT JUGA DI WWW.KATAKAMI.VOX.COM & WWW.REDAKSIKATAKAMI.WORDPRESS.COM

     

    Jakarta 15/5/2009 (KATAKAMI)  Rasanya di hari yang hampir bersamaan, secara berturut-turut terdengar kabar yang secara tidak langsung saling berkaitan. Kabar pertama adalah ketidak-yakinan Pemerintah Thailand bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN & Asia Timur yang harusnya dilakukan bulan Juni mendatang, bisa terlaksana sesuai jadwal. Tentu dunia internasional sudah mengetahui bahwa situasi keamanan dalam negeri di Thailand memang cukup memprihatinkan sejak setahun terakhir akibat bongkar pasang kepemimpinan yang tak berkesudahan di Thailand.

    Kabar lainnya yang menyusul setelah itu adalah tentang penahanan Tokoh Oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang dijebloskan ke dalam penjara dan awal pekan depan akan mulai diadili.

    Seperti yang dilaporkan Radio Voice Of America (VOA), pengacara dari pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi mengatakan pihak berwajib Birma telah membawa kliennya  ke tahanan dan dituduh melanggar persyaratan  tahanan rumahnya.

    Pemenang hadiah Nobel yang berusia 63 tahun itu dibawa dari rumahnya hari Kamis dan dimasukkan ke Penjara Insein Rangun, dimana pihak berwajib mengatakan peradilannya akan mulai Senin (18/5/2009) depan.

    Pengacara Kyi Win mengatakan kasus tersebut berhubungan dengan kunjungan tanpa izin pekan lalu oleh seorang warga Amerika ke rumah Aung San Suu Kyi.  Ia mengatakan warga Amerika itu, John Yettaw, juga akan didakwa karena memasuki zona terlarang.

    Yettaw ditahan oleh polisi setelah ia memasuki rumah Aung San Suu Kyi dengan berenang menyeberangi danau dan tinggal disana selama dua hari.

    Peradilan itu diadakan pada saat yang genting bagi Aung San Suu Kyi yang telah ditahan selama 13 dari 19 tahun terakhir. Peradilan tersebut dapat mengakibatkan perpanjangan penahanannya lagi, yang akan habis pada akhir bulan ini.

    Kedua kabar ini memang tidak berhubungan secara langsung tetapi disaat mendengar kabar bahwa Aung San Suu Kyi “pindah lokasi” dari tahanan rumah ke tahanan yang sesungguhnya yaitu didalam jeruji besi, maka ingatan siapapun akan tertuju kepada negara-negara anggota ASEAN yang menjadi “rekan seperjuangan” yaitu sesama anggota ASEAN dengan Myanmar.

    Sikap keras kepala dari Jenderal Senior Than Swe sebagai pemimpin tertinggi Junta Militer Myanmar, mau tak mau menjadi beban moral yang sangat besar bagi seluruh anggota ASEAN, termasuk Indonesia tentunya.

    Ibaratnya orang berteriak, maka untuk permasalahan Aung San Suu Kyi ini semua pihak (terutama ASEAN) seakan-akan sudah sekuat tenaga berteriak agar Junta Militer Myanmar menepati dan melaksanakan “ROAD MAP TO DEMOCRACY” atau peta jalan menuju demokratisasi.

    Suu Kyi menjadi tahanan rumahpun, semua pihak sangat menyayangkan dan terus mendesak agar ia bisa dibebaskan dari status tahanan rumah. Nah, sekarang situasinya bukan justru membaik tetapi malah semakin buruk.

    Padahal hanya dalam hitungan hari ke depan, idealnya status tahanan rumah bagi Suu Kyi akan berakhir. Namun garis tangan Suu Kyi tampaknya tidak akan berubah jauh yaitu dari tahanan ke tahanan. Cuma bedanya, selama ini menjadi tahanan rumah maka sekarang menjadi tahanan yang sesungguhnya didalam penjara.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebenarnya sudah terus secara konsisten “menekan secara halus” agar Junta Militer Myanmar bersedia melakukan reformasi politik dengan cara membebaskan seluruh tahanan politik, termasuk Aung San Suu Kyi.

    Sekjen PBB Ban Ki Moon bolak-balik mengutus Ibrahim Gambari sebagai Pejabat Utusan Khusus PBB untuk datang menemui Suu Kyi.

    Bulan Februari 2009 lalu misalnya, pemenang hadiah Nobel itu meminta agar Gambari menyampaikan pesannya agar Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon tidak usah berkunjung ke Myanmar sebelum ia bersama tahanan politik yang lain dibebaskan.

    Jurubicara PBB yang berkedudukan di Myanmar menggambarkan bahwa pertemuan Suu Kyi dan Gambari pada bulan Februari di Wisma Negara di Rangoon itu berjalan dengan sangat signifikan dan diakui ada langkah maju. Padahal sempat, di ahun 2008 lalu Aung San Suu Kyi tidak mau bertemu Gambari dengan alasan upaya Gambari selama ini tidak efektif.

    Kini, entah apa yang akan menjadi reaksi dan pernyataan resmi dari PBB setelah Suu Kyi bukannya dilepaskan tetapi malah dijebloskan ke dalam penjara.

    Satu-satunya harapan yang memiliki legitimasi dan kekuatan formil untuk menekan Myanmar hanyalah PBB.

    Dengan dijebloskannya Suu Kyi ke dalam penjara dan siap untuk diadili, Ban Ki Moon harus mencari formula diplomasi dalam bentuk yang lain agar legitimasi dan kekuatan formil di tangan PBB itu tidak menjadi sia-sia.

    Apa gunanya PBB alias UN mengirim Ibrahim Gambari berkali-kali ke Rangoon untuk menemui Suu Kyi, kalau ternyata kunjungan itu tidak membuahkan hasil apapun yang menjadi langkah maju yang benar-benar maju ?

    Sangat wajar jika Suu Kyi dikabarkan pesimis terhadap gaya diplomasi PBB yang lentur dan tak ampuh untuk membuat sikap pongah Junta Militer Myanmar menjadi kendur.

    Bagaimana mungkin, ada sebuah organisasi yang mewadahi negara-negara di muka bumi ini, tak mampu mengurusi sebuah permasalahan pelik yang mengangkangi persoalan hukum, HAM dan demokrasi ?

     

    Dan satu hal yang juga menarik untuk dicermati, siapa sebenarnya pria berkewarga-negaraan Amerika Serikat yang datang mengunjungi Aung San Suu Kyi dengan cara berenang menyeberangi danau agar bisa mencapai rumah Suu Kyi.  John Yettaw, bahkan sampai menginap 2 hari di rumah Suu Kyi yang jelas-jelas ditetapkan sebagai zona terlarang oleh Junta Militer Myanmar.

    Hanya tinggal setengah bulan lagi, masa tahanan rumah untuk Suu Kyi berakhir tetapi datang “musibah” seperti ini !

    Jika John Yettaw itu adalah rekan atau sahabat Suu Kyi maka yang harus dipertanyakan kepada dirinya adalah, “Mengapa melakukan tindakan nekat ini ditengah semakin menguatnya desakan semua pihak agar Suu Kyi bisa secepatnya menghirup udara segar ?”

    Apakah patut dapat diduga ada konspirasi yang hendak memancing di air keruh, dimana pihak-pihak yang tidak menginginkan Suu Kyi bebas dari masa kelam penahanannya yang sudah berjalan selama 13 tahun ini, sengaja merekayasa sebuah kenekatan yang konyol ini ?

    Tetapi mengingat tamu itu diizinkan Suu Kyi menumpang di rumahnya selama 2 hari, paling tidak antar mereka memang saling mengenal. Lalu pertanyaannya, mengapa Suu Kyi melakukan membiarkan hal semacam ini terjadi pada dirinya ?

    Ia menganggap langkah dan gaya diplomasi PBB selama bertahun-tahun ini tidak efektif !

    Tetapi, jika Suu Kyi mau lebih bijaksana, dalam menghadapi tipikal rezim yang otoriter dan patut dapat diduga memang mengidap “tuna rungu politis” maka jalan terbaik yang harus dilakukan untuk sementara waktu adalah mengikuti gendang permainan Junta Militer Myanmar.

    Barangkali Suu Kyi tidak yakin bahwa dunia internasional peduli kepada dirinya !

    Kalau benar Suu Kyi tidak yakin bahwa dunia internasional sungguh sangat peduli kepada dirinya yang terpasung dalam ranjau rezim penguasa Myanmar, hal ini sangat memprihatinkan.

    Apakah Suu Kyi sudah kehilangan semangat, keberanian dan sikap optimisme sehingga membuat dirinya menjadi masa bodo dan terdorong untuk menantang alias membangkang dari aturan-aturan kaku dari Junta Militer Myanmar ?

    Pasti Suu Kyi mengetahui bahwa ia tidak boleh menerima tamu tanpa izin, apalagi membiarkan tamu asing menginap di zona terlarang seperti itu. Namun, Suu Kyi mengizinkan !

    Jika Suu Kyi memang sudah sangat apatis dan sekarang berbalik untuk menantang balik Junta Militer Myanmar, maka bisa dipahami jika perempuan pemberani ini tak gentar berhadapan dengan proses hukum yang akan digelar awal pekan depan terhadap dirinya.

    Dan rekan yang mengunjungi Suu Kyi dengan cara berenang itu, sungguh gegabah dan bisa dituding sebagai biang kerok yang ingin mengacaukan semua upaya melepaskan Suu Kyi dari tahanan rumahnya.

    Setidaknya, ini menjadi sebuah masukan yang sangat berarti untuk Pemerintahan Presiden Barack Obama, yang selama ini memang dikenal dan diakui konsistensi AS dalam menyerukan tegaknya demokrasi di Myanmar (khususnya desakan agar Junta Militer Myanmar melepaskan Aung San Suu Kyi).

    Sungguh sangat ironis, sebab disatu pihak AS mendesak agar Suu Kyi dibebaskan, tapi kini … di pihak lain, ada seorang warga AS yang bertindak gegabah dan membuat pemimpin oposisi Myanmar itu harus mendekam lagi di penjara karena kenekatan sang tamu.

    Walau KTT ASEAN tampaknya akan tertunda lagi di Thailand pada bulan Juni depan, diharapkan seluruh negara anggota ASEAN meluangkan waktu khusus untuk memonitor secara dekat peradilan yang akan digelar terhadap Aung San Suu Kyi pada awal pekan depan.

    PBB juga harus cepat mengirimkan perwakilannya untuk menghadiri dan memantau langsung perkembangan proses persidangan itu (dari awal hingga akhir masa persidangan).

    Waktu cepat terasa cepat berlalu. Tetapi, berlalunya sang waktu seakan tak berarti dan tak meninggalkan buah apapun dari upaya diplomasi PBB selama ini.

    Sebab, permasalahan Aung Suu Kyi seakan kembali ke TITIK NOL !

    Poor Suu Kyi.

    Ya, betapa malang nasib Aung San Suu Kyi …

     

    (MS)

    14/05/2009

    Ampun Gusti, Satpamnya Kandidat Cawapres SBY (Boediono) Menabok Kepala Wartawan SCTV Sampai Bocor Berdarah-Darah. Sadis Sekali, Merasa Paling Jago Ya?

    Filed under: Uncategorized — Tag:, , — katakaminews @ 21:43

     

    DIMUAT JUGA DI WWW.REDAKSIKATAKAMI.WORDPRESS.COM , WWW.KATAKAMI.COM  & DI WWW.KATAKAMI.VOX.COM

     

    Jakarta 14/5/2009 (KATAKAMI) Entah dari mana harus memulai tulisan seputar keprihatinan kami tentang aksi kekerasan yang kembali terjadi pada wartawan di Indonesia. Hanya dalam hitungan jam ke depan, Susilo Bambang Yudhoyono akan mengumumkan bahwa dirinya akan memilih Gubernur Bank Indonesia Boediono untuk menjadi Calon Wakil Presiden (CAWAPRES) untuk maju ke Pemilihan Umum (Pemilu) Pemilihan Presiden (Pilpres) tanggal 8 Juli 2009 mendatang. Insiden kekerasan justru terjadi di Bank Indonesia, yang dipimpin oleh Boediono. Insiden kekerasan itu mengakibatkan bocornya dan sampai berdarah-darah dari kepala dari rekan tercinta kami, Carlos Pardede dari SCTV.

     

    Dan sejenak, mari … kami ajak anda untuk membaca berita yang terkait insiden ini yang termuat di http://www.liputan6.com

    Liputan6.com, Palu: Puluhan jurnalis dari media cetak dan elektronik di Palu, Sulawesi Tengah, berunjuk rasa ke kantor Bank Indonesia (BI) Palu, Kamis (14/5). Mereka menggelar aksi solidaritas untuk memprotes kekerasan yang dilakukan satpam BI pusat kepada reporter SCTV Carlos Pardede.

    Mereka membawa selebaran dan pamflet yang bertuliskan protes dan kecaman atas kekerasan yang menimpa Carlos hingga masuk rumah sakit. Di depan kantor BI, wartawan menggelar orasi damai yang intinya menuntut agar pihak BI memberi sanksi tegas kepada oknum satpam bersangkutan.

    Dalam aksi ini, para wartawan juga mengumpulkan kartu identitas pers serta peralatan liputan di depan pintu masuk BI sebagai bentuk protes atas kekerasan terhadap wartawan. Selama aksi mereka juga menutup mulut dengan menggunakan lakban.

    Menanggapi aksi tersebut, pihak BI Palu yang diwakili staf humasnya, Ilham, meminta maaf atas tindakan oknum petugas keamanan BI pusat. Ilham berharap peristiwa ini tidak akan terjadi di Palu maupun daerah lain.

    Ya memang, itu dilakukan oleh tangan-tangan jajaran satpam semata. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah satuan tugas pengamanan bagian dalam Bank Indonesia tersebut, berhak melakukan kekerasan brutal kepada JURNALIS ?

    Tanpa bermaksud untuk mendeskreditkan Gubernur Bank Indonesia, Boediono, insiden kekerasan ini akhirnya menjadi tamparan tersendiri bagi calon “pengantin politik” SBY – Boediono, yang rencananya akan mendeklarasikan ijab kabul politik mereka pada hari Jumat (15/5/2009).

    Boediono pribadi, adalah sosok yang rendah hati dan pendiam.

    Ia cenderung tidak banyak bicara tetap gigih untuk bekerja sangat keras di bidang perekonomian.

    Tetapi insiden di Bank Indonesia, adalah sesuatu yang harusnya direspon oleh Boediono secara cepat dan baik. Paling tidak, ia berbicara kepada wartawan untuk menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Atau, kalau bukan Boediono yang muncul, maka Jajaran Direksi Bank Indonesia bisa menjadi “jurubicara” untuk menyampaikan permohonan maaf yang resmi.

    Tetapi, permohonan maaf itu tidak ada dari jajaran petinggi Bank Indonesia. Yang marak di media massa adalah berbagai aksi solidaritas dari kalangan jurnalis di berbagai daerah.

    Dan tulisan ini adalah bentuk solidaritas dan keprihatinan kami yang sangat mendalam.

    Kami berbicara bukan cuma untuk satpan-satpam Bank Indonesia yang patut dapat diduga menghalalkan tindakan brutal tidak manusiawi dalam menjalankan tugasnya.

    Satpam pula !

    Inilah Indonesia, terjadi pergeseran kultur di negeri ini. Sebab, kalangan sipil mendadak sontak berubah menjadi lebih militer dari militer itu sendiri. Disaat TNI sudah tampil begitu reformis dan sangat merakyat, sekarang justru kalangan sipil yang sok militeristis.

    Sekali lagi, Satpam pula !!!

    Kami teringat pernyataan dari Wakil Ketua Dewan Pers Leo Batubara beberapa bulan lalu saat bertemu dengan KATAKAMI.COM di Gedung Dewan Pers bahwa pemerintahan SBY adalah masa yang paling buruk dalam sejarah perjalanan bangsa terhadap kebebasan, kemerdekaan dan keselamatan PERS NASIONAL.

    Sehingga, lanjut Leo Batubara, jika pada akhirnya SBY maju dalam Pilpres 2009 maka PERS NASIONAL harus siap-siap untuk tetap (bahkan bisa jadi lebih parah kondisinya) jika nanti yang menang adalah SBY.

    Sekarang, terjadi insiden kekerasan yang justru terjadi “di dalam pekarangan rumah” dari Bank Indonesia yang dipimpin oleh Boediono, kandidat Cawapres SBY.

    Mengapa begitu susah bagi aparat atau petugas di kalangan PEMERINTAHAN ini untuk menghargai JURNALIS yang bertugas di lapangan atau menunjukkan eksistensi dirinya dalam karya-karya jurnalistik ?

    Yang tak senang dengan kritikan dari KATAKAMI.COM misalnya (terutama yang punya borok, aib atau dugaan pelanggaran hukum) maka dengan sangat brutal adn biadab … bisa terus menerus melakukan teror, tekanan, intimidasi dan pengrusakan terhadap SITUS KATAKAMI dan semua blog KATAKAMI yang tersebar dibeberapa tempat.

    Yang tak senang dengan ketegasan dan ketangguhan Carlos Pardede dalam meliput di Bank Indonesia misalnya, jajaran satpan bisa main gebuk saja seenak jidatnya !

    Harusnya, sebelum menggebuk kepala Carlos Pardede, jajaran satpan itu perlu uji coba dengan menggebuk kepala mereka sendiri sampai bocor dan berdarah-darah. Rasakan dulu brutalisme itu, baru lakukan kepada orang lain.

    Ada kalimat bijak yang mengatakan, “Lakukanlah, apa yang anda inginkan agar orang melakukan itu kepada anda. Dan jangan lakukan, apa yang anda tidak inginkan agar orang lain melakukan itu kepada anda !”.

    Intinya, jangan melakukan tindakan apapun yang merugikan, mencelakai, merampas hak-hak dan berlaku brutal dengan cara apapun juga, jika anda memang tidak ingin semuanya itu mendatangkan dampak atau resiko tersendiri.

    Sakit yang paling akut dari sejumlah Pejabat, Aparat Negara dan sekarang … jajaran satpan di Bank Indonesia adalah … patut dapat diduga, enteng saja melakukan kekerasan, brutalisme dan semua perbuatan tercela kepada orang lain (termasuk kepada PERS NASIONAL). Tetapi nanti jika dipermasalahkan, atau bahkan diproses secara hukum, patut dapat diduga akan berkelit, berkilah, dan bisa jadi makin brutal agar jangan sampai terseret ke muka hukum.

    Hargailah wartawan !

    Sebab wartawan itu bukan binatang. Wartawan juga bukan sampah busuk !

    Sembarangan saja, dan seenaknya saja, jika ada yang mempermalukan wartawan dengan sangat buruk dan melanggar ketentuan hukum.

    Kami mengecam dengan keras insiden kekerasan yang mencelakai rekan seperjuangan kami, CARLOS PARDEDE.

    Tolong, Bank Indonesia bersuara dengan penuh ketulusan dan menyampaikan permohonan maaf secara resmi. Jangan sok diam dong. Enak saja !

    Ente sudah mencelakai wartawan, kok malah sok adem ayem !

    Siapapun juga penguasa, pejabat dan pimpinan di muka bumi ini, hendaklah mereka bekerjasama dengan sangat baik kepada semua JURNALIS. Jangan perlakukan JURNALIS dengan sangat tidak manusiawi. Pakai akal dong kalau bertugas. Selain itu, pakai otak dan hati yang bersih.

    Sehingga, dalam menjalankan semua tugas-tugas pengabdiannya di republik ini, setiap anak bangsa dapat saling bekerja sama dan saling menghormati satu dengan yang lainnya.

    Carlos, kami ikut berduka untuk kau !

    Jangan pernah takut atau ragu untuk mempermasalahkan ini ke muka hukum. Jalani dulu pengobatan sebaik mungkin agar kondisi kesehatan bsia pulih kembali.

    Baru setelah itu, susun langkah untuk mengajukan ini ke muka hukum. Tentu, setelah terlebih dahulu melaporkannya secara resmi ke Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Komnas HAM.

    Tak cuma berduka, kami sangat marah dan mengutuk sekeras-kerasnya siapapun juga di muka bumi ini yang memperlakukan wartawan seenaknya saja.

    Didalam diri kami, mengalir darah WARTAWAN. Wartawan yang independen. Wartawan yang konsisten dalam menjalankan tugas yang berpegang pada prinsip kebenaran dan keadilan.

    Hanya ada satu kata untuk menutup tulisan ini, LAWAN !

     

    (MS)

    05/05/2009

    Terkenang Saat Antasari Nyanyi Juwita Malam Tapi Kini Dipenjara, Selamat Polda Metro Jaya , Periksa Gories Mere, Lalu SBY Didesak Copot Kapolri BHD

    Filed under: Uncategorized — Tag:, , , , — katakaminews @ 00:36

    Dimuat di (KLIK saja) http://www.redaksikatakami.wordpress.com dan http://www.theblogkatakami.wordpress.com

    Dan dimuat juga di (Klik saja URL ini) :
    http://www.katakami.com

    Jakarta 4 APRIL 2009 (KATAKAMI) Bersamaan dengan hari pemeriksaan sekaligus penahanan Antasari Azhar di Rutan Polda Metro Jaya pada hari Senin (4/5/2009) ini, Group Musik terkenal SLANK berkunjung ke Kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk tetap memberikan dukungan terhadap upaya pemberantasan korupsi.

    Antasari Azhar pernah berkunjung ke MARKAS SLANK tanggal 16 April 2008 dan ketika berada di GANG POTLOT itu mantan Direktur Penuntutan Pada Jampidum Kejaksaan Agung ini menyanyikan lagu JUWITA MALAM.

    Jadi kalau METRO TV memasang lagu TOO MUCH LOVE WILL KILL YOU untuk menjadi backsound berita tentang penahanan Antasari Azhar pada Senin malam ini, KATAKAMI.COM lebih memilih memuat lirik lagu JUWITA MALAM. Intinya sama, sambil menyajikan berita-berita aktual maka ada baiknya diselingi dengan senandung-senandung yang menghibur. Tak ada maksud buruk dari MEDIA MASSA jika melakukan improvisasi.

    Bicara tentang lagu JUWITA MALAM, saat menyanyikan lagu itu di GANG POTLOT di tahun 2008 lalu Antasari mengenakan JAKET KULIT HITAM. Ganteng habis ! Iya dong, pejabat tinggi negara yang biasa berjas, tiba-tiba berpenampilan yang “lain dari biasanya” yaitu mengenakan jaket kulit.  

    Terbayang kalau misalnya suara berat Antasari menyanyikan lagu JUWITA MALAM itu, disenandungkan didepan RANI JULIANTI yang patut dapat diduga sengaja menghilangkan diri untuk lari dari kejaran hukum. Wah, bisa-bisa melambung tinggi khayalan saat mendengarkan lagu JUWITA MALAM dengan penuh perasaan. 

    Mengapa kami membawa-bawa nama RANI JULIANTI ? Ya, karena patut dapat diduga perempuan muda berusia 22 tahun inilah yang menjadi pemicu perseteruan antara Antasari Azhar dengan Nasrudin Zulkarnaen.

    Semua perkembangan memang bagaikan panggung sandiwara. Masih kental dalam ingatan kita saat Antasari menggelar jumpa pers di kediamannya hari Minggu (3/5/2009) kemarin. Sungguh sangat romantis saat bibir yang diselimuti KUMIS TEBAL itu menciumi sang isteri di hadapan wartawan yang hadir.  

    Dan Senin (4/5/2009) ini, panggung sandiwara itu menyajikan babak berikutnya yang lebih mencengangkan.   

    ANTASARI AZAHAR dijebloskan ke dalam PENJARA yaitu di RUTAN POLDA METRO JAYA.  

    Habis sudah semua hiruk pikuk yang berisi bantahan dan pembelaan diri dari pihak Antasari Azhar. Dampak politis yang terberat dari penahanan Antasari Azhar ini ada di pundak PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO.   

    Betul bahwa proses hukum sedang berjalan dan ada azas praduga tidak bersalah yang harus dihormati (presumption of innocent). Tetapi, secara moral penetapan status tersangka dan penahanan Antasari Azhar ini sudah mencoreng muka PEMERINTAHAN SBY.     

    Inilah potret PEMERINTAHAN INDONESIA dibawah kepemimpinan SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. 

    Inilah yang patut dipertimbangkan oleh SBY saat dengan penuh antusias memasang poin keberhasilan pemberantasan korupsi dalam iklan-iklan politiknya.

    Walau Antasari tidak terperosok dalam kasus korupsi tetapi kasus hukum yang kini menyeret nama Antasari Azhar adalah kasus yang jauh lebih memalukan yaitu patut dapat diduga Antasari adalah dalang pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen karena CINTA SEGITIGA.

    Betapa malunya kalau misalnya kita yang jadi PRESIDEN SBY.       

         

    Sudah tak bisa untuk pura-pura tenang dan berwibawa. Tragedi hukum yang menyeret nama Antasari Azhar pada kasus pembunuhan ini, sudah langsung merobohkan dan melenyapkan kepercayaan rakyat Indonesia kepada PRESIDEN SBY, demikian yang diungkapkan ADHIE MASSARDI, Jurubicara dari Kelompok Bangkit Indonesia.    

    “Betul bahwa ada asas praduga tidak bersalah, itu harus kita hormati. Tetapi secara moral, dengan penetapan status tersangka dan penahanan Antasari maka tanggung-jawab moral yang sepenuhnya ada pada SBY. Kasus Antasari ini sudah menghancurkan sisa-sisa kepercayaan rakyat Indonesia. Apalagi yang mau dikatakan sekarang ? Apa masih mau didiamkan ? Copot dong Antasari, tidak bisa dibiarkan mengambang begini. Proses hukum memang harus berjalan tetapi jabatan Antasari sebagai Ketua KPK harus segera dicopot. Jadi kalau sekedar non aktif saja, percuma” kata Adhie Massardi lewat wawancara khusus dengan KATAKAMI.COM di Jakarta, Senin (4/5/2009).      

     

    Dan menurut mantan jurubicara kepresidenan era Presiden Gus Dur ini, ada satu lagi pejabat yang harus dicopot oleh PRESIDEN SBY.

    “Selain Antasari, SBY juga harus segera mencopot KAPOLRI Jenderal Bambang Hendarso Danuri sebagai wujud dari pertanggung-jawaban moral. Coba lihat permasalahannya, ada kasus pembunuhan yang sangat sadis di republik ini menyeret Pejabat Tinggi Negara yang lembaganya merupakan bagian tak terpisahkan dari Pemerintahan SBY. Dan hebatnya lagi, kasus pembunuhan itu dilakukan oleh POLISI ! Dimana tanggung-jawab BHD sebagai Kapolri ? Memang BHD tidak terlibat secara teknis.Tetapi seorang PANGLIMA harus secara kesatria memikul tanggung-jawab. Ini aib bagi Pemerintahan SBY, apakah Capres Partai Demokrat ini akan tetap mempertahankan 2 Pejabat Tinggi Negara yang kini dianggap bermasalah oleh rakyat Indonesia ? tanya Adhie Massardi.   

    Adhie Massardi menambahkan bahwa keterlibatan anggota POLRI sebagai eksekutor yang melakukan pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen adalah contoh konkrit kegagalan BHD sebagai Kapolri.    

    “Memalukan sekali, ada dalam kepemimpinan BHD di dalam struktur organisasi POLRI, bisa terjadi tragedi pembunuhan yang sangat sadis, brutal dan tidak manusiawi. Sadari bahwa keterlibatan anggota POLRI dalam kasus pembunuhan ini wajin dipertanggung-jawabkan oleh KAPOLRI BHD. Dan pertanggung-jawaban itu harus dikendalikan langsung oleh SBY dengan cara mencopot Jenderal Bambang Hendarso Danuri. Sudah tidak ada alasan untuk berkelit. Kalau memang di Indonesia ini belum ada budaya bagi para pejabat untuk mundur secara kesatria kalau ada kesalahan fatal yang dilakukan dirinya atau lembaganya, maka Presiden yang harus pro aktif. Copot Kapolri !” pungkas Adhie Massardi.  

    Seluruh dunia tersentak atas kasus pembunuhan ini.   

    Era yang sangat canggih seperti ini, masih bisa terjadi tragedi pembunuhan ala mafioso yang bengis. Makelar pembunuhan yang menjadi fasilitator kebiadaban ini, patut dapat diduga sudah merancang segala sesuatunya agar PIHAK lain dalam struktur organisasi POLRI yang terkena getahnya.   

    Bayangkan, sampai senjata api yang mau digunakan untuk membunuhpun, sudah diatur agar dibeli saja dari anggota TNI Angkatan Laut yang sudah disersi.   

    POLRI yang harusnya menjadi pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, justru ada oknumnya yang menjadi PEMBUNUH bagi rakyatnya sendiri. 

    POLRI yang benar-benar sangat dicintai dan dibanggakan oleh rakyat Indonesia, ternyata ada oknumnya yang menjadi PEMBUNUH bagi rakyatnya sendiri.     

       

    Tapi lepas dari permasalahan ini, fakta riil yang harus diacungi jempol adalah KINERJA POLDA METRO JAYA dibawah kepemimpinan Irjen Polisi Wahyono.

    Siap, ini kerja yang membanggakan Jenderal ! Selamat.

    Tidak gampang untuk menangani situasi yang pelik seperti ini. Bayangkan, POLDA METRO JAYA harus berhadap-hadapan dengan seorang Pejabat Tinggi Negara yang sedang aktif di puncak kekuasaannya karena patut dapat diduga tersandung dalam kasus hukum berbau anyir pembunuhan.

    Jempol kami acungkan untuk Jajaran Penyidik Reserse di Direktorat Kriminal Umum dibawah pimpinan Kombes Mochamad Iriawan (IWAN).

    Selamat, sekali lagi Selamat.

    Hampir saja, proses pemeriksaan ini terancam kacau balau karena patut dapat diduga Pihak KEJAKSAAN AGUNG sudah kebelet untuk memuntahkan dendam mereka kepada Antasari. Sehingga, keputusan pencekalan sudah diumumkan kepada masyarakat. Padahal POLDA METRO JAYA mengirimkan surat panggilan untuk Antasari sebagai SAKSI.

    Ini menjadi pelajaran untuk HENDARMAN SUPANDJI sebagai Jaksa Agung.

    Anda juga harus belajar lebih santun, beretika dan menghormati proses hukum yang sedang dijalankan oleh Pihak Kepolisian. Ya, kami berbicara kepada HENDARMAN SUPANDJI.

    Masak tidak malu, berperilaku seperti itu di hadapan rakyat Indonesia ?

    Sabar dong sedikit. Anda kan juga aparat penegak hukum. Masak anda tidak memperhitungkan bahwa pengumuman tentang pencekalan itu akan menjadi kontradiksi dengan tugas yang dijalankan Pihak Kepolisian.

    Patut dapat diduga bahwa seorang jurubicara tidak akan pernah “bunyi”, kalau tidak ada perintah dari JAKSA AGUNG.

    Kan bisa jadi berantakan semuanya kalau misalnya ada seseorang yang sudah pasti akan dijadikan tersangka, justru melarikan diri karena patut dapat diduga ia takut menghadapi kenyataan.

        

    HENDARMAN SUPANDJI harus sadar dong bahwa yang dihadapi dan ditangani oleh POLDA METRO JAYA dalam kasus ini, bukan warga negara kelas dua atau barang rongsokan yang tidak ada harganya. 

    POLDA METRO JAYA harus memeriksa seorang Pejabat Tinggi Negara, camkan itu !

    Untuk anda, yang bernama HENDARMAN SUPANDJI, sadarilah bahwa tindakan anda sangat disayangkan oleh banyak Pihak.

    Hormati wilayah tugas dari INSTANSI lain yang memerlukan prinsip kehati-hatian dalam menjalani dan menanganinya. Memalukan sekali kalau belum apa-apa, sudah ada yang mau “kipas-kipas” tanda kesenangan.

    HENDARMAN SUPANDJI harus sadar dong bahwa INSTANSI KEJAKSAAN AGUNG juga tidak sangat bersih kinerjanya. Jadi, kalau patut dapat diduga sama-sama bermasalah maka ikuti saja aturan main yang berlaku dalam proses hukum.

        

    (Ki-Ka : Jaksa Ester, Urip Tri Gunawan, Ratmadi Saptondo, Kemas Yahya Rahman & M. Salim, serta barang bukti kasus bandar narkoba MONAS)

    Bagaimana kabarnya kasus JAKSA ESTHER yang patut dapat diduga menjadi TUKANG TILEP narkoba ?

    Bagaimana kabarnya jaksa-jaksa penuntut umum yang menangani kasus narkoba Taman Anggrek yang melibatkan sindikat Liem Piek Kiong alias Monas karena patut dapat diduga JAKSA sudah kongkalikong untuk tutup mulut ketika MONAS tidak dilimpahkan berkas perkaranya oleh Pihak BARESKRIM POLRI kepada Pihak KEJAKSAAN.

    Kejaksaan Agung harus banyak introspeksi diri karena patut dapat diduga dalam kurun waktu 2 tahun kepemimpinan HENDARMAN SUPANDJI, nama baik dan citra KEJAKSAAN AGUNG justru menjadi hancur berantakan dan bau busuk akibat banyaknya kasus-kasus yang memalukan. 

    Dan kembali pada permasalahan penetapan status tersangka dan penahanan Antasari Azhar di Rutan Polda Metro Jaya, semua pihak menunggu hasil pemeriksaan pihak KEPOLISIAN.

    Katakan yang bersalah itu memang bersalah !

    Siapapun, bahkan jika patut dapat diduga ada oknum POLRI berpangkat KOMISARIS JENDERAL yang dimungkinkan menjadi MAKELAR PEMBUNUHAN ini. Mau sehebat apapun direkayasa agar pihak lain dalam internal POLRI yang terkena dampaknya, POLDA METRO JAYA jangan pernah ragu untuk menangkap yang pangkatnya sudah “diatas”.

    Tidak tahu malu !  

    Kalau manusia semacam ini memang tidak punya malu maka BANGSA, NEGARA & RAKYAT INDONESIA yang malu, punya seorang aparat POLISI berpangkat tinggi yang patut dapat diduga cari makan lewat uang kotor dan haram. Kalau patut dapat diduga, bakat utamanya adalah sebagai PEMBUNUH, maka jangan bersandiwara dan bersembunyi dibalik seragam polisi.

    Brengsek, bikin malu Indonesia saja. 

    Irjen Wahyono dan bawahannya yang sedang menangani kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen ini, juga harus segera mencari dan menangkap bekas caddy bernama RANI JULIANTI itu.

    Tidak ada yang boleh lepas dalam situasi yang sangat blunder seperti ini.   

    Kita harus ingat beberapa tahun silam, seorang Menteri dibacok kepalanya dan akhirnya meninggal dunia setelah menderita sakit bertahun-tahun. Ternyata yang ada dibalik kejahatan brutal itu adalah isteri mudanya.

    Tangkap Rani Julianti. Dan tangkap, oknum Perwira Tinggi POLRI yang patut dapat diduga menjadi MAKELAR PEMBUNUHAN yang sadis, brutal dan tidak manusiawi ini.

    Heran, kok tidak tahu diri. Bisa-bisanya melemparkan kesalahan kepada perwira menengah dan kepada Divisi lain agar orang lain yang terkena dampaknya.

    Pengecut sekali. Banci saja, tidak akan pernah sepengecut ini. Sudah membunuh orang, sekarang mau enak-enakan cari selamat.

    Hoi, keluar dong. Akui kesalahan !

    Patut dapat diduga dari usaha sampingan sebagai BEKING BANDAR NARKOBA, sekarang patut dapat diduga menjadi MAKELAR PEMBUNUHAN.

    Sadis ! Dan karena ketakutan jika kebusukan ini tercium lewat tulisan-tulisan KATAKAMI maka patut dapat diduga PERWIRA TINGGI yang liar ini terus berusaha merusak dan melakukan sabotase pada KATAKAMI.COM. Dan untuk menutup tulisan ini, diharapkan Jajaran Polda Metro Jaya tetap mengembangkan pemeriksaan pada proses penyidikan ini. Termasuk mencermati apakah patut dapat diduga ada keterlibatan KOMISARIS JENDERAL GORIES MERE dan kelompoknya. 

    Mohon maaf, kami tidak bermaksud memfitnah siapapun tetapi terus terang saja didalam struktur organisasi POLRI yang mempunyai kemampuan tinggi adalah GORIES MERE karena ia dan kelompoknya sudah sangat dilatih untuk sempurna ilmu serta kemampuannya dalam menangani terorisme. Tak cuma kemampuan dalam bidang IT, tetapi dalam hal tembak-menembak.

    Patut dapat diduga, rekam jejak yang bersangkutan juga tidak sempurna dalam menapaki kariernya sebagai POLISI karena tercatat berulang kali terkait dalam pelanggaran hukum menyangkut penanganan narkoba. Tapi tidak ada satupun yang diproses secara hukum.

    Misalnya, patut dapat diduga terlibat dalam kasus pencurian barang bukti sabu-sabu 13 kg beberapa tahun lalu dan meloloskan sebanyak 3 kali berturut-turut atas bandar narkoba Liem Piek Kiong (MONAS).

    Patut dapat diduga, GORIES MERE terlibat juga dalam pembunuhan misterius secara sadis terhadap bandar narkoba HANS PHILIP dan salah seorang beking HANS PHILIP dari unsur KEPOLISIAN yaitu Sugeng Basuki justru bisa menjadi PENYIDIK Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada bulan Februari 2008.

    Padahal Sugeng Basuki sudah pernah ditahan dan diancam dipecat dari POLRI karena memang terbukti menjadi beking bandar narkoba HANS PHILIP.

    Patut dapat diduga, keberadaan Sugeng Basuki menjadi Penyidik KPK bisa menjadi entry point atau jalan masuk untuk menyingkap sindikat narkoba atau perjudian yang melingkari Antasari Azhar. Bayangkan, bagaimana mungkin seorang POLISI yang sudah nyata-nyata ditemukan berbagai indikasi pelanggarannya sebagai beking (yang ditempatkan “beking utama yang sebenarnya”) untuk melindungi Hans Philip, bisa menjadi Penyidik KPK.

    Ketika KAPOLRI dijabat oleh Jenderal Dai Bachtiar, Sugeng Basuki sudah dipastikan akan segera dipecat karena senjata api yang diberikan INSTITUSI POLRI kepada Sugeng Basuki justru diberikan kepada Hans Philip.

    Tetapi pada akhirnya, Hans Philip mati secara sangat misterius yaitu patut dapat diduga ditembak di bagian kepala oleh Gories Mere dan kelompoknya di daerah Bogor.

    Badan Intelijen Negara (BIN) mengetahui kabar bahwa patut dapat diduga Sindikat Gories Mere  terkait dalam “kematian misterius” bandar narkoba Hans Philip di daerah Bogor. Jika memang ada penegakan hukum di Indonesia, mengapa patut adfa tindakan PEMBUNUHAN terhadap bandar narkoba hans Philip ?

    Ada apa sehingga seorang bandar langsung dibinasakan dan dilenyapkan dari muka bumi ini dengan cara yang sangat sadis ?

    Dan patut dapat diduga, Kapolri yang saat itu menjabat (Jenderal Dai Bachtiar) tak berani menindak Gories Mere sehingga yang terkena dampaknya adalah kroco-kroco tingkat bawah dalam sindikat Gories Mere.

    Patut dapat diduga, ada seorang POLISI di tingkat bawah sudah lebih dari 5 tahun mengalami depresi berat dan sangat terpukul karena ia sengaja dikorbankan oleh Gories Mere dalam kasus narkoba.

    Akibat kalah pangkat maka si POLISI yang satu ini yang dengan mudah dipermainkan. Dan sampai sekarang, POLISI yang sangat malang terzolimi secara tidak manusiawi ini masih tetap ada di Mabes POLRI dan tetap mendekatkan diri dalam ajaran agama (Islam).

    Patut dapat diduga, Gories Mere adalah orang yang harus bertanggung-jawab ketika terbongkar dan ketahuan ada sejumlah alat penyadap yang dipasang secara liar di kediaman dinas KAPOLRI.

    Patut dapat diduga, ada teror dan intimidasi yang sangat berlebihan kepada sejumlah JURNALIS yang mencoba membuka berbagai pelanggaran hukum yang dilakukan Gories Mere sejak beberapa tahun terakhir ini yaitu dari mulai pengrusakan sepeda motor, pengrusakan SITUS KATAKAMI dan rangkaian teror lainnya yang dialami sejumlah JURNALIS.

    Patut dapat diduga, Gories Mere terlibat dalam sebuah kasus kematian “seseorang” yaitu saat Gories Mere dengan sengaja memerintahkan kepada seorang PENYIDIK POLRI agar mau menuliskan dalam hasil tugasnya bahwa mayat tang terbujur kaku di Anyer belasan tahun lalu adalah memang seorang  Direktur Bank yang terlibat dalam kasus ekonomi.

    Sementara Penyidik itu samasekali belum melakukan pemeriksaan sesuai ketentuan hukum, apakah benar mayat itu adalah mayat dari Direktur Bank yang dimaksud.

    Patut dapat diduga, Penyidik POLRI itu sempat mau “diberi pelajaran” oleh Gories Mere tetapi ada pihak-pihak lain di POLRI yang tahu bahwa Penyidik itu tidak bersalah (dan justru Penyidik inilah yang benar), langsung mengamankan si Penyidik tadi dan sampai sekarang masih tetap aktif bertugas di POLRI.

    Patut dapat diduga, seorang Perwira Menengah yang berada didalam lingkaran (ring satu) Gories Mere pernah melakukan penyekapan terhadap seseorang agar mengakui hal-hal tertentu dalam kasus illegal logging.

    Patut dapat diduga, Perwira Menengah ini jugalah yang berada dibalik pembuatan situs rekayasa dari negara Kanada tahun lalu yaitu situs yang memuat surat wasiat Amrozi cs. Bayangkan juga, Amrozi cs yang saat itu tinggal menunggu hari kematiannya di LP Batu Nusa Kambangan difitnah memuat surat wasiatnya lewat sebuah situs.

    Kabarnya, Perwira Menengah POLRI yang “sok jago” itu berbulan-bulan bolog dari pekerjaannya di BARESKRIM POLRI, tanpa ada keterangan resmi apapun. 

    Patut dapat diduga, Gories Mere adalah agen asing yaitu menyuplai rahasia negara dalam penanganan terorisme.

    Salah satu contoh yaitu patut dapat diduga, sebelum penangkapan terhadap Zarkasih dan Abu Dujana tanggal 9 Juni 2007, Gories Mere mengundang sejumlah polisi dari negara tertentu untuk intes bertemu di sebuah hotel mewah di kawasan Kuningan Jakarta Selatan.

    Dan setelah Zarkasih dan Abu Dujana tertangkap, patut dapat diduga Pemimpin Dunia yang pertama dihubungi Gories Mere untuk dilapori bahwa ada penangkapan terhadap teroris adalah Perdana Menteri Australia.

    Presiden SBY dianggap angin lalu karena baru dilapori tentang penangkapan itu pada kesempatan yang berikutnya. Itu sebabnya, tahun 2007 itu Istana Kepresidenan tidak mengeluarkan pernyataan resmi sebagai tanda ucapan selamat atas penangkapan tersebut karena ada ketersinggungan yang sangat prinsip mengenai ulah Gories Mere yang patut dapat diduga memang dikenal sangat liar ini.

    Kami tidak sembarang bicara tetapi patut dapat diduga kemampuan yang lihai dan licik berbahaya memang dikuasai semua tekniknya oleh GORIES MERE.

    Sudahlah, kepada siapapun yang patut dapat diduga menjadi MAKELAR pembunuhan ini, anda bertanggung-jawab dong, Jagoan !

    Kombes WW belum setinggi “perwira tinggi tertentu” ilmunya dalam melakukan segala sesuatu yang ujud-ujungnya adalah mencari usaha sampingan yang menghasilkan pundi-pundi.

    Kombes WW, hanya perwira menengah yang pasti didalam kepalanya hanya mengikuti hierarki dan garis komando penugasan.

    Apakah ia hanya sebagai alat dari oknum yang pangkat dan angkatannya jauh lebih tinggi ?

    Apakah saat melakukan persiapan eksekusi ini, Kombes WW berada dalam keadaan sehat jasmani dan rohani sebab patut dapat diduga “perwira tinggi tertentu” yang sangat liar berbahaya di POLRI itu, memiliki kemampuan hipnotis yang sangat berbahaya dan ketergantungannya kepada ilmu supranatural memang sangat kuat. 

    Disini POLRI harus berani membuka karena tidak ada yang kebal hukum di negara ini. Buka, buka semua.

    Jangan pernah takut terhadap orang per orang. Jika memang ada kendala bagi POLDA METRO JAYA untuk menangani kelompok tertentu yang dikenal sangat UNTOUCHABLE di dalam struktur organisasi POLRI maka jangan pernah ragu-ragu meminta dukungan dari JAJARAN POLHUKKAM, bahkan kepada Presiden SBY dan Wapres JK.

    Tuntaskan penyelesaian kasus ini. Keterlaluan yang menjadi MAKELAR pembunuhan ini.

    Tidak tahu malu karena yang dilakukan seperti binatang liar yang buas kelaparan tetapi tidak bertanggung-jawab.

    (MS)

    25/04/2009

    Patut Dapat Diduga Ada Permainan Intelijen Tingkat Tinggi Korea Utara & Iran Sengaja Menculik Sejumlah Wartawati Untuk Dituduh Sebagai MATA-MATA

    Filed under: Uncategorized — Tag:, , — katakaminews @ 14:14
     
    TULISAN UTAMA DI WWW.KATAKAMI.COM

    JAKARTA 24 APRIL 2009 (KATAKAMI)  Dari pemberitaan Radio Voice Of America (VOA) edisi hari Jumat (24/4/2009) ini dilaporkan bahwa 2 wartawati AS akan segera diadili di KOREA UTARA. Mari, kami ajak anda untuk menyimak pemberitaan dari Radio Voice Of America (VOA)  :

    Media pemerintah di Korea Utara  mengatakan hari Jumat bahwa para penyelidik telah selesai menginterogasi dua wartawan Amerika yang ditahan dan akan mengenakan tuduhan resmi terhadap mereka.

    Kantor berita resmi Korea Utara mengatakan keduanya akan diadili berdasarkan kejahatan mereka, tetapi tidak menjelaskan tuduhan tersebut.  Wartawan Euna Lee dan Laura Ling dari Current TV yang berbasis San Fransico, ditahan tanggal 17 Maret ketika melaporkan pengungsi Korea Utara di Tiongkok. Korea Utara telah menuduh mereka memasuki negara itu secara tidak syah.

    Wartawan Tanpa Tapal-batas telah mengutuk pemerintah Korea Utara karena memperlakukan perempuan tersebut sebagai penjahat hanya karena melakukan pekerjaan mereka.

    Sementara pada pekan lalu, dunia internasional memberitakan bahwa Wartawati AS lainnya yaitu ROXANA SABERI telah mendapatkan vonis 8 tahun penjara dari Pengadilan Iran atas tuduhan yang “sama persis” dengan KOREA UTARA yaitu dituduh menjadi MATA-MATA ASING.

    Kami tidak berbicara mengenai negara asal dari masing-masing wartawati ini.

    Kebetulan ketiganya memang bekerja untuk media AS. Yang kami ingin soroti adalah ada indikasi sejumlah PIMPINAN DUNIA saat ini patut dapat diduga sudah kehilangan rasionalitasnya sehingga dengan enak saja menangkapi dan menyeret WARTAWAN / WARTAWATI atas tuduhan sebagai agen intelijen.

    Kami mengecam dengan sangat keras penangkapan itu, apalagi korbannya adalah perempuan.

    Dimana rasionalitas Pemimpin Korea Utara KIM JONG IL dan Pemimpin di Iran yaitu Presiden Ahmadinejad ?

    Dimana rasionalitas dari APARAT-APARAT KEAMANAN di kedua negara ini yaitu di KOREA UTARA & IRAN ?

    Kami berbicara sebagai JURNALIS.

    Dan kami ingin memberitahukan kepada KIM JONG IL dan AHMADINEJAD, JURNALIS adalah JURNALIS. Yang ada dalam hati, pikiran, tindakan, perkataan dan seluruh totalitas hidup seorang JURNALIS, adalah bekerja, bekerja dan bekerja.

    Untuk apakah JURNALIS bekerja ?

    Untuk memberikan informasi yang akurat, berimbang, cepat dalam penyampaian dan bermutu. Bagi semua media, pengiriman TIM REPORTER ke kawasan yang rawan atau sedang mendapat sorotan dunia internasional terkait isu-isu global adalah kebijakan yang strategis.

    Media manapun akan sangat tegas untuk memerintahkan kepada para WARTAWAN mereka untuk bertugas di Iran misalnya.

    Dan di Korea Utara. Tetapi karena akses di KOREA UTARA sangat tertutup, maka “seribu satu macam akal” dari para wartawan akan digunakan untuk bisa menembus sumber berita di Pyongyang.

    Dimana rasionalitas dari sejumlah PEMIMPIN DUNIA ini jika ada kaum jender PEREMPUAN dituduh seenaknya sebagai MATA-MATA.

    Tak ada penghormatan kepada perempuan yang bekerja di lapangan dengan penuh ejrih payah, pengorbanan dan semangat yang membanggakan.

    Tak ada manusia yang sempurna sebab kesempurnaan itu adalah MILIK TUHAN.

    Dan dalam agama apapun, akan selalu ada ajaran yang baik untuk menghormati sesama manusia (terutama menghormati perempuan). Alangkah teganya, menuduh WARTAWATI sebagai mata-mata !

    Kami berbicara mengenai ROXANA SABERI, dimana saat ia tertangkap sebenarnya karena kedapatan membeli minuman beralkohol dan tidak memiliki identitas resmi sebagai WARTAWAN ketika diringkus.

    Oke, apakah minuman beralkohol adalah IDENTIK dengan minuman dari kalangan DINAS INTELIJEN RAHASIA IRAN ?

    Apakah di Iran, semua AGEN INTELIJEN mereka meminum minuman beralkohol sehingga siapa saja yang meminum minuman beralkohol akan dituding sebagai MATA-MATA ?

    Sekali lagi, dimana letak rasionalitasnya ?

    Lalu jika pada saat penangkapan, tidak ada kartu identitas resmi.

    Ya, bisa saja ROXANA SABERI lalai membawa kartu identitasnya.

    Berikan ia kesempatan untuk membuktikan bahwa ia memang seorang JURNALIS. Berikan kesempatan kepada media tempatnya bekerja untuk membuktikan bahwa ROXANA SABERI adalah wartawati yang mereka tugaskan untuk meliput di negara IRAN.

    Kami sangat kecewa kepada Pemimpin Dunia sekaliber KIM JONG IL dan AHMADINEJAD.

    Semua pihak di seluruh dunia sudah menyerukan agar wartawati-wartawati ini dilepaskan. Organisasi-organisasi PERS INTERNASIONAL sudah ramai-ramai menyerukan agar REKAN KAMI yang bernasib malang ini dilepaskan.

    Mengapa, tak ada respon ?

    Kami mempertanyakan dimana SUARA dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Sekjen PBB Ban Ki Moon biasanya akan selalu rajin memberikan komentar tentang hal-hal global, terutama jika negara ada yang mengalami musibah, bencana, dsb.

    Kami perlu menyampaikan bahwa insiden penangkapan dan diseretnya sejumlah WARTAWATI ini ke muka hukum untuk tuduhan yang sangat menyakitkan hati seperti itu, sangat pantas untuk mendapatkan KEPEDULIAN & ATENSI KHUSUS dari Perserikatan Bangsa Bangsa.

    Tolong, Sekjen PBB Ban Ki Moon berbicara kepada Korea Utara dan Iran !

    Jangan hanya diam saja. Disini ada 3 nyawa manusia yang “tersandera dan terpasung” oleh arogansi yang patut dapat diduga dibungkus dengan label HUKUM.

    Hati, pikiran dan seluruh kepedulian kami ada pada KETIGA WARTAWATI ini.

    Semoga ketiga WARTAWATI ini jangan pernah berpikir bahwa wartawan lain didunia ini tak peduli. Sungguh kami peduli. Yang membuat kami heran adalah dimana kepedulian dari PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ?

    Hanya PBB yang akan didengar oleh KOREA UTARA & IRAN.

    Didalam diri kami sebagai manusia, mengalir darah wartawan. WARTAWAN YANG INDENPENDEN !

    Profesi kami adalah JURNALIS. Bukan AGEN RAHASIA atau MATA-MATA.

    Kami, seluruh wartawan didunia ini, adalah kalangan yang menjalankan profesi dengan sepenuh hati dan tanggung-jawab yang penuh. Jangan tuduh KETIGA WARTAWATI ITU, jangan tuduh kami seluruh JURNALIS didunia ini sebagai AGEN RAHASIA atau MATA-MATA.

    Jangan hilangkan rasionalitas yang wajib dimiliki dan dipertahankan di era kekinian.

    Sekali lagi, hati – pikiran – dan seluruh kepedulian kami ada pada KETIGA JURNALIS yang tangguh dan berani menembus sumber pemberitaan ke daerah yang sangat rawan sekalipun sektor keamanannya.

    Tolonglah mereka, dengan semua cara yang terbaik.

    KIM JONG IL dan AHMADINEJAD harus melihat KETIGA JURNALIS ini sebagai sosok profesional yang berada di lokasi peliputan untuk menjalankan tugas kewartawanan.

    Maaf, jika kami punya prasangka tersendiri yaitu patut dapat diduga antara KIM JONG IL & AHMADINEJAD memiliki sebuah kesepakatan yang terselubung untuk menjebak para wartawati ini agar dapat menyulitkan posisi AMERIKA SERIKAT.

    Sungguh tidak masuk diakal, terutama pada permasalahan ROXANA SABERI.

     

    Ia sudah bertahun-tahun bertugas di Iran. Dan foto saja terlihat jelas bahwa ia dekat dengan kalangan PEMIMPIN IRAN.

    Ada apa dengan Presiden Ahmadinejad ?

    Patutkah dapat diduga ada “persoalan pribadi” antara Presiden Ahmadinejad dengan ROXANA SABERI ?

    Patutkah dapat diduga persoalan pribadi itu, misalnya ketersinggungan pada pemberitaan atau malah ada relasi kedekatan yang tampaknya sudah mulai tidak berimbang ?

    Siapapun bisa berpraduga macam-macam tetapi kuat analisa dari sesama JURNALIS bahwa patut dapat diduga ada “SESUATU” dibalik proses peradilan di Korea Utara dan Iran.

    Janganlah ada negara manapun didunia ini yang “MENYANDERA” kalangan JURNALIS dan patut dapat diduga semua muara dari misi tersebut adalah untuk mencapai kepentingan dari si negara yang menyandera kebebasan PERS dan kalangan JURNALIS.

    Patut dapat diduga ada permainan intelijen ala KOREA UTARA & IRAN ini, yang sudah terlalu jauh dan salah kaprah sebab mengorbankan independensi dan totalitas profesi kewartawanan.

    Patut dapat diduga ini adalah sebuah kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran HAM !

    Membunuh kalangan JURNALIS tidak harus dengan menggunakan senjata, tetapi bisa dengan cara memfitnah, menyandera, menangkap dan menimpakan tuduhan yang tidak berdasar.

    Lalu, sekali lagi, mengapa seorang BAN KI MOON sebagai Sekjen PBB hanya diam membeku dalam singgasana kursi jabatan yang sangat prestisius itu. Apakah profesi kewartawanan, bukan termasuk salah satu unsur yang wajib dihargai dan dibantu oleh negara manapun didunia ini ?

    Arogansi kekuasaan itu ternyata ada dimana-mana !

     

    Bahkan di Indonesia inipun, patut dapat diduga SEJUMLAH JENDERAL (baik purnawirawan TNI atau JENDERAL AKTIF di kalangan POLRI) melakukan teror, intimidasi, pelanggaran dan aksi pengrusakan terhadap SITUS KATAKAMI secara terus menerus tanpa henti hanya karena dugaan pelanggaran hukum mereka diberitakan.

    Harusnya tidak ada yang tahu, akhirnya sekarang semua jadi tahu.

    Harusnya “HUKUM” tak akan pernah bisa atau sudah lupa untuk memproses pelanggaran hukum mereka, sekarang mau tak mau semua pihak menyaksikan bahwa mereka memang harus diproses secara HUKUM yang riil.

    Bahkan di Indonesia inipun, patut dapat diduga SEJUMLAH PERWIRA TINGGI yang mengais-ngais rezeki dari AMERIKA SERIKAT selama bertahun-tahun dengan menjadikan isu terorisme sebagai komoditi dagangan, terus semangat merusak hanya untuk mengemis perhatian dari kami karena sudah parahnya kebusukan yang membungkus nama mereka sebagai manusia.

    Lalu ada yang karena patut dapat diduga kebusukan perselingkuhannya terkuak, juga ikut diam-diam memerintahkan anak buah untuk merusak KATAKAMI tetapi beraninya cuma di belakang layar agar kalau dihadapan publik terlihat bagaikan pejabat publik yang santun.

    Kemudian ada yang patut dapat diduga karena ketakutan terseret dalam masalah hukum dari kasus pembunuhan aktivis HAM Munir antusias memamerkan keahlian mereka membunuh sesama manusia, juga terus gigih menteror dan merusak Situs KATAKAMI.

    Luar biasa kalau di Indonesia ini.

    Kasihan. Seakan tak ada bedanya kelakuan hewan atau binatang buas dengan orang-orang yang mengemis perhatian dari kami ini.

    Kalau kata anak gaul, KECIAN DEH LO !

     

    (MS)

     

     

     

    24/04/2009

    Jatuh Cinta Berjuta Rasanya Bila Patut Dapat Diduga Dua Oknum Pejabat Kasmaran Pada "Perempuan Selingkuhan" Yang Sama. Busyet, Kok Tidak Tahu Malu Ya ?

    Filed under: Uncategorized — Tag: — katakaminews @ 09:35
    TULISAN UTAMA WWW.KATAKAMI.COM
    Dimuat pertama kali di KATAKAMI pertengahan Februari 2009

    Kami perkenalkan BLOG baru KATAKAMI yaitu WWW.BLOGSKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    Jakarta (KATAKAMI) Hari Kasih Sayang atau yang biasa disebut Valentines Day sudah lewat. Tapi kami ingin menceritakan sebuah true story tentang pernak pernik dari “perasaan sayang”.

    Pernahkah anda merasakan, bagaimana rasanya bila jatuh cinta seperti yang dikisahkan dalam lagu JATUH CINTA karya Titiek Puspa ? Apalagi misalnya, jatuh cinta pada orang yang sebenarnya sudah sangat lama anda kenal. Yang tadinya cuma berteman biasa, tetapi akhirnya ada benih cinta tumbuh di sebentuk hati.

     

    Kami teringat terhadap seorang sahabat perempuan yang berstatus “jomblo”.

    Entah mengapa, tiba-tiba ia mengakui sendiri bahwa ia jatuh cinta kepada seorang Pejabat. Demi kebaikan bersama, tidak akan kami muat nama dan identitasnya disini. Baik sahabat kami itu ataupun Pejabat yang ditaksirnya.

    Hebatnya lagi, ia tak pernah bertepuk sebelah tangan. Kepada siapa saja ia merasa jatuh cinta dan secara agresif mendekati, maka akan jatuhlah ke dalam “kerling mata” sang perempuan.

    Selama beberapa bulan, kami menjadi saksi hidup yang melihat dan mendengar sendiri seorang Pejabat saling merayu dan menunjukkan ketertarikan yang “dalam” satu dengan yang lainnya.

    Untuk menghubungi sang perempuan, biasanya yang disuruh adalah ajudan tetapi menggunakan hp pribadi yang dipegang langsung oleh PIMPINAN di sebuah kantor.

    Yang patut dikasihani adalah pejabat yang kacang lupa kulit … maksud kami, lupa diri ini sempat tak mampu mengendalikan dirinya didepan umum. Bayangkan, pernah di suatu hari libur nasional, pejabat ini datang ke kantornya hanya karena mengetahui si perempuan tersebut sedang berkunjung ke kantor sang pejabat untuk sebuah urusan pribadi.

    Waduh. Waduh.

    Pernah juga, sampai berlaku seperti anak muda yang mabuk kepayang karena secara mendadak memerintahkan diadakan acara malam tahun baru yang dilengkapi dengan live band pada pergantian malam tahun baru 2008 / 2009 yang lalu.

    Sore harinya, sang perempuan ditelepon dan diberitahu agar datang karena sudah disiapkan acara pergantian tahun. Dan, sang Arjuna kabarnya – seperti yang dijanjikan saat menelepon Yuri – memenuhi janjinya untuk menyumbangkan suara emas dengan menyanyi di panggung.

    Kasihan, sebab perilakunya sudah seperti orang yang lupa diri karena tentu bawahan-bawahan akan mencium keanehan dari sikap sang pimpinan.

    Lama-kelamaan perasaan suka sama suka tadi, menjadi lebih dalam sekali. Barangsekali, sedalam sumur tua yang sudah kering airnya !

    “Gue kangen sama si AA … lagi ingat gue gak ya ?” begitu kata si perempuan kepada kami hampir setiap malam.

    Atau jika baru bertemu maka komentarnya lain lagi, “Aduh tadi si AA ganteng banget. Gue panggil AA aja kali ya, nanti kalau gue panggil Abah kayak cucunya, ntar dia marah lagi. Dikira gue ngeledek kalau dia sudah ketuaan,” kata si perempuan.

    Ya memang, si Pejabat tadi memiliki 2 orang cucu perempuan.

    Lama-kelamaan, si pejabat ini masih punya malu rupanya. Untuk menyembunyikan indikasi kedekatannya yang sangat berlebihan dengan seorang sahabat tadi, maka diakali agar si perempuan bisa bertamu ke kediaman dinas dan yang menemani adalah … kami !

    Berbeda jauh sikapnya. Semua sudah distel agar terkesan formil. Yang biasanya cium pipi kiri kanan begitu bertemu di ruang kerja (di kantor), bila pertemuan dibuat “formal” di kediamanan dinas, maka ritual cium pipi ditiadakan.

    “Kasus Bank C cukup menarik juga untuk dicermati ya. Nanti tolong diperhatikan Mbak,” kata si Pejabat kepada KATAKAMI.COM.

    Dan ketika pulang, Pejabat tadi memberikan suvenir.

    Di perjalanan kami bisikkan kepada perempuan yang sedang kasmaran dengan pejabat tadi, “Wah, suvenir yang dikasih kok ada nama kantor yang katanya bermasalah tadi ya. Katanya bermasalah, kok bisa-bisanya dapat “setoran begini ?” pancing KATAKAMI kepada sahabat kami tadi.

    Yang ingin kami sampaikan disini adalah hendaklah setiap pejabat itu menjaga tindakan dan perilakunya di muka umum dan dihadapan seluruh bawahan.

    Betapa memalukannya, jika ada pejabat yang tidak mampu mengendalikan diri dan perasaan yang salah salah alias salah arah.

    Orang lain, kalau misalnya jatuh cinta saat jadi tokoh publik (publik figure) maka akan menjaga sikap agar tidak mencoreng nama baik, harkat dan martabat dirinya, keluarga dan instansi yang dipimpin.

    Kami teringat lagu yang pernah dinyanyikan Titiek Puspa yang berjudul, “Jatuh Cinta”. Seperti ini jugalah yang terjadi pada sahabat kami tadi dan pejabat yang kasmaran berat tadi.

    Jatuh cinta berjuta rasanya
    Biar siang biar malam terbayang wajahnya

    Jatuh cinta berjuta indahnya
    Biar hitam biar putih manislah nampaknya

    Dia jauh aku cemas tapi hati rindu
    Dia dekat aku senang tapi salah tingkah

    Dia aktif aku pura-pura jual mahal
    Dia diam aku cari perhatian oh repotnya

    Jatuh cinta berjuta indahnya
    Dipandang dibelai amboi rasanya

    Jatuh cinta berjuta nikmatnya
    Menangis tertawa karena jatuh cinta
    Oh asyiknya

    Lalu sekarang, kami teringat pada penggalan kisah lain yang terjadi.

    Ternyata, sahabat kami itu sudah lebih dulu “dekat dan akrab” dengan seorang pejabat lain yang patut dapat diduga dendam pada pejabat yang kasmaran pada sahabat kami ini.

    Sehingga, ada indikasi bahwa perempuan ini sengaja diumpan untuk bisa memiliki kedekatan dengan pejabat tadi.

    Luar biasa.

    Sebuah TRUE STORY yang sangat mencengangkan dan mengejutkan. Ternyata ada kisah seperti ini didalam kehidupan. Dua lelaki jatuh cinta pada perempuan yang sama, dimana keduanya sama-sama jatuh cinta kepada “WANITA IDAMAN LAIN” alias WIL.

    Kalau yang satu cuma berani sembunyi-sembunyi dan kabarnya sengaja pergi janjian dengan perempuan ini untuk pergi ke salah satu provinsi di Pulau Kalimantan.

    Pura-puranya ada urusan yang sama-sama akan dikerjakan disana. Tetapi, sstttt, kamar di hotel bisa dibuat bersebelahan. Kami mengetahui ini dari cerita dan pengakuan dari mulut si perempuan sendiri.

     “Pas gue baru masuk, sudah ada si Bapak. Dia sudah mau main sosor ke bibir gue aja. Gue bilang, Bapak keluar ah … !” kata si perempuan saat menceritakan kepada KATAKAMI.COM.

    Waduh Waduh. Tidak ada kata-kata lain yang bisa kami ucapkan, selain … waduh waduh. No comment deh ah !

    Hanya ada satu nasehat sederhana, jangan karena nila setitik, maka akan rusak susu sebelanga.

    Belakangan, tampaknya kedua oknum Pejabat ini mulai “agak” sadar bahwa kasmaran ala cinta segitiga ini ternyata memang sangat memalukan.

    Herannya, baru belakangan keduanya menyadari bahwa perilaku kasmaran yang dipertontonkan kepada publik ini sangat tidak tepat.

    Lho, kami jadi teringat pada sebuah pepatah lama, “Jangan karena kita yang tidak bisa menari maka lantai yang dibilang miring,”.

    Waduh. Waduh !

    Kalau anda semua penasaran, siapa gerangan mereka. Ups, kami tidak akan memberitahu. Tapi tampaknya, kedua pejabat ini suka berkantor di kawasan yang dekat dengan Pusat Perbelanjaan.

    Yang satu di dekat Mal Kalibata berinisial W. Dan yang satu, didekat Mal Pasaraya Blok M berinisial BH@.

    Rasanya cukup demikian saja kata kunci dari kami. Sebab, ini sekedar memberi nasehat agar dalam menjalankan tugas dan amanah dari negara agar dilaksanakan secara baik, bertanggung-jawab dan konsekuen.

    Dan kadangkala, inilah salah satu seni dari JURNALIS INDEPENDEN sebab kami tahu, apa yang orang tidak tahu. Dan kami siap memberitahu, apa yang orang perlu tahu.

    Harusnya, pejabat-pejabat yang patut dapat diduga SANGAT KOTOR & RUSAK moralnya seperti ini, tak pantas untuk diberi kepercayaan menjabat di posisi yang penting. Apalagi, kalau patut dapat diduga menyeret INSTITUSI yang dipimpinnya untuk menjadi TIDAK NETRAL hanya karena takut dicopot sebab berkuasa itu enak sekali.

    Oh ya, kami perlu menjelaskan juga bahwa KATAKAMI tidak mengada-ada sebab kami adalah saksi hidup. Suvenir yang diberikan oknum pejabat ini kepada wartawati tadi adalah uang tunai senilai Rp. 40 juta. Padahal,  wartawati ini bekerja di sebuah media cetak yang melarang keras para wartawannya menerima uang sepeserpun juga dari NARASUMBER.

    Dan untuk menutup tulisan ini, kami perlu mengingatkan kepada oknum PEJABAT tertentu bahwa patut dapat diduga sengaja MENGUSIR KATAKAMI pada pekan lalu di sebuah kesempatan lewat Koordinator Sekretaris Pribadinya karena ketakutan kepada penguasa. Padahal ketika itu, kepentingan KATAKAMI adalah menyampaikan informasi yang berguna kepada INSTITUSI-nya.

    Didepan seakan-akan tak mau kenal, tetapi patut dapat diduga dibelakang layar SEJUMLAH OKNUM ANAK BUAH-nya diperintahkan untuk mengendalikan dan ikut merusak SITUS & SEMUA BLOG KATAKAMI agar pihak-pihak lain yang selama ini memang sering merusak KATAKAMI semakin terpojokkan.

    Kami mengecam tindakan yang keterlaluan ini. Hentikan semua sandiwara dan kecenderungan untuk melakukan ABUSE OF THE POWER. Jangan pernah lagi merusak KATAKAMI untuk meninggikan INSTITUSI sendiri, padahal patut dapat diduga anda juga penjilat nomor satu.

    Jangan pernah bermimpi mengendalikan PERS NASIONAL dengan cara yang sangat kotor dan menyimpang.

     

    (MS)

    Sedihnya Jika Ada Yang Bergaya Politik Ala "Cap Cip Cup Belalang Kuncup" & Kami Kirim Pesan Di Hari Kartini Untuk Megawati, "You Are Not Alone, Ibu"

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 00:23

    DIMUAT DI WWW.REDAKSIKATAKAMI.WORDPRESS.COM DAN WWW.THEBLOGKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    Oleh : MEGA SIMARMATA, Pemimpin Redaksi

    Jakarta 21 APRIL 2009 (KATAKAMI) Bertepatan dengan peringatan HARI KARTINI pada hari Selasa (21/4/2009) ini, izinkan saya Mega Simarmata selaku Pemimpin Redaksi di KATAKAMI.COM ini, menyampaikan secara khusus sebuah penghargaan yang sangat tulus kepada Megawati Soekarnoputri.

    Kekuatan dan ketegaran mentalnya sebagai pribadi yang tahan banting terhadap semua kecenderungan penguasa yang arogan, kejam, bengis, tak adil dan sungguh sangat tidak manusiawi. Awal pertama berkenalan dengan Ibu Mega – begitu saya biasa memanggil beliau – adalah pada kerusuhan berdarah 27 Juli 1996.

    Ketika itu saya masih bekerja sebagai reporter di Radio Ramako (1993-1998) dan merupakan satu-satunya REPORTER RADIO yang menyiarkan secara langsung kerusuhan itu selama lebih dari 10 jam secara langsung (LIVE).

    Saya ingat betul bahwa pagi-pagi buta tanggal 27 Juli 1996 itu, saya sudah berada di lokasi kerusuhan. Tak mandi, tak sarapan, dan pagi hari dimana saya sudah mulai bertugas “memantau” situasi hanya dengan cuci muka dan gosok gigi.

    Memanjat dari tembok ke tembok untuk melompati setiap gedung di sejajaran Bioskop yang ada di kawasan tersebut, agar saya bisa terus merapat ke Kantor PDI Jalan Diponegoro.

    Karena tahu bahwa saya adalah WARTAWAN maka ketika itu beberapa pedagang kaki lima, ikut membantu saya kalau hendak memanjat tembok dan begitu diatas langsung siap-siap melompat ke bangunan sebelahnya.

    Saya ingat betul bahwa pekerjaan saya relatif “aman terkendali” dari mulai pagi sampai siang harinya. Laporan masih datar-datar saja, walaupun eskalasi kerusuhan itu secara bertahap mulai kelihatan serius.

    Memasuki pukul 15.00 WIB, barulah kerusuhan berdarah mulai bergolak sangat hebat. Atmofsir kekerasan terasa dan terlihat dimana-mana. Setiap sudut jalan Diponegoro menjadi mencekam.

    Saya termasuk yang menjadi korban kekerasan.

    Walau sudah mengatakan bahwa saya adalah WARTAWAN, tetapi aparat keamanan yang mendadak menjadi BERINGAS mulai pukul 15.00 itu seakan tak perduli.

    Saya ditendangi dari belakang dan sempat ada yang sengaja menarik tali (maaf) BH dari arah punggung tetapi begitu ditarik, langsung didorong keras sampai saya terhuyung-huyung. “Ini lagi wartawan, ngapain disini, pergi kamu !”.

    Sepatu laras itu menendang pantat saya dari belakang. Aparat keamanan tidak memperbolehkan ada wartawan dan sehingga semua tindakan mereka sangat beringas. Saya melihat, tubuh manusia banyak yang diseret ke arah jalan-jalan tikus (arah belakang) kantor PDI yang dipermasalahkan itu. Tidak jelas, apakah yang disereti itu, dalam keadaan hidup atau mati.

    Saya sendiri suka heran sampai sekarang karena pada hari bersejarah itu, saya samasekali tidak terpikir untuk merasa takut atau bahkan menangis misalnya. Yang ada dalam pikiran saya waktu itu, bertahan, bertahan dan bertahan karena sedang dalam tugas. Sesekali pager berbunyi, beberapa rekan yang terus mendengarkan siaran langsung itu mengirimkan pesan singkat, “Keep on reporting, Mega. We love you !”.

    Itu sebabnya, atmosfir kekerasan yang saya alami secara langsung ketika itu membuat saya menjadi terbentuk sebagai jurnalis yang wajib bertahan dan tegar dalam semua bentuk kekerasan yang sebrutal apapun.

    Belakangan saya baru tahu bahwa berdasarkan survei dari sebuah lembaga riset media broadcasting, laporan langsung saya mengenai kerusuhan 27 Juli itu didengar oleh lebih dari 1 juta orang. Wow, banyak sekali !

    Dan ternyata, yang ikut mendengarkan itu adalah Mas TK (Taufiq Kiemas), Ibu Megawati dan beberapa pendukungnya, terutama Almarhum Sophan Sophiaan..

    Mas Sophan Sophiaan, memang sudah berkawan dengan saya ketika itu. Beliau narasumber potensial yang sering saya wawancarai. Selain bertugas sebagai penyiar radio yang mendapat jadwal siaran reguler tetap di studio, saya juga meliput di lapangan dan diberi kesempatan untuk membawakan 2 program talkshow.

    Mas Sophan Sophiaan yang mengenalkan saya secara langsung kepada Ibu Megawati, yang ketika itu diamankan oleh pendukungnya di sebuah rumah. Waktu itu, memang belum begitu akrab Ibu Megawati. Beliau khan agak pendiam orangnya. Sehingga, saya menjadi lebih sering berkomunikasi dan dekat dengan Mas TK.

    Mas TK dan Ibu Megawati mengenal Mega Simarmata sebagai penyiar dan reporter radio, ya sejak kerusuhan 27 Juli dulu.

    Dan itulah yang membuat kami saling berkenalan dan menjadi dekat sebagai sahabat baik sampai saat ini. Tak harus saling bertemu secara fisik, tetapi kedekatan itu sangat jelas dirasakan dan ketahuan wujudnya di dalam hati.

    Ibu Mega, adalah pribadi yang tertutup dan pendiam.

    Tapi beliau bisa becanda dan punya rasa humor yang tinggi juga. Namun biasanya, beliau akan bebas mengeluarkan canda dan gelak tawa hanya dengan kalangan terdekat.

    (Ki-Ka : Alm Brigjen Koesmayadi & Jenderal Ryamizard Ryacudu)

    Juni 2006, Wakil Asisten Logistik KSAD (Waaslog KSAD) Brigjen. Koesmayadi meninggal dunia karena serangan jantung. Brigjen Koes, adalah sahabat sejati yang sangat amat dekat saya.

    Saya, Koes dan Jenderal Ryamizard Ryacudu sudah seperti saudara kandung.

    Kematiannya (25 Juni 2006) sangat mengguncang hati saya sebagai sahabat.

    Saya dikabari oleh Imelda Sari, wartawati senior dari SCTV bahwa Koes meninggal dunia. Seminggu sebelum meninggal dunia, hampir setiap hari Koes menelepon saya karena ingin bertemu dan ngobrol panjang lebar. Tapi belum sempat saya penuhi permintaan itu, Koes sudah meninggal dunia secara tiba-tiba.

    Menjelang akhir hayatnya itu, kami (saya dan Almarhum Koes) sudah lama tidak bertemu yaitu sejak Desember 2004. Tapi, walau tak bertemu secara fisik, komunikasi kami sangat rutin lewat telepon dan pesan singkat SMS.

    Saya jugalah yang memberitahukan kepada Panglima TNI (saat itu) Marsekal TNI Djoko Suyanto bahwa Koesmayadi meninggal dunia. Seingat saya, walau sedang kurang sehat karena mengalami gangguan di pencernaan, Marsekal Djoko Suyanto langsung memutuskan untuk melayat ke RSPAD Gatot Subroto.

    Hanya hitungan jam dan hari pasca kematian Koes, isu yang berkembang saat itu adalah kasus kepemilikan senjata yang menimpa Almarhum Koes.

    Ketika itu, bertiup hembusan kabar sesat yang memfitnah bahwa Almarhum Koes hendak melakukan MAKAR.

    Lalu, yang menjadi bagian dari fitnah itu adalah Jenderal Ryamizard dituding ikut mendukung rencana MAKAR itu.

    Sangat luar biasa “cerdasnya” bagi pihak manapun yang pantas diumpamakan seakan-akan menjadi sang jawara dalam pelajaran mengarang bebas di tingkatan sekolah dasar.

    Jangan ada yang meragukan bagaimana komitmen dan kecintaan Ryamizard Ryacudu terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, terutama prinsipnya yang kuat bahwa NKRI adalah HARGA MATI !

    Begitupun halnya dengan Almarhum Koesmayadi.

    Kalau ada yang sempat mengenal Koes maka akan tahu bahwa jari tangan Brigjen KOES cacat hingga akhir hayatnya. Konon itu akibat tembakan dari FRETELIN, karena selama kurang lebih 13 tahun Brigjen Koes bertugas di Timtim.

    Pleton dari Brigjen Koesmayadi-lah yang berhasil menewaskan Presiden Fretelin pada bulan Desember 1978 yaitu Nikolaus Lobato. Dan Pemerintah Indonesia, secara khusus memberikan PENGHARGAAN untuk prestasi itu.

    Harusnya Koes, pantas dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata tetapi boro-boro dikubur di TMP Kalibata, mayatnya saja belum dikubur sudah ada yang gunjang-ganjing meniupkan isu yang tidak-tidak.

    Saya, sebagai sahabat dekat, tak akan pernah membiarkan sahabat saja dinistakan sedemikian hina. Saya membuat tulisan selama kurang lebih 12 hari berturut-turut dan menitipkannya untuk dimuat di Rakyat Merdeka Online. Dan ada yang sempat dimuat lewat 1 edisi di DETIK.COM.

    Jika memang sahabat saya ini bersalah, silahkan diproses kasusnya tetapi jangan ada fitnah yang dihembuskan untuk memuaskan hasrat yang GANAS dari pihak tertentu. Hasrat yang dari bau-nya saja sudah busuk.

    Ketika saya menuliskan kesan dan informasi yang saya punya tentang Almarhum Koes, patut dapat diduga ada “sayap militer tertentu” yang hendak membunuh saya.

    Saya tahu dan saya yakin pihak ini (yaitu yang patut dapat diduga ada yang terdiri dari sekelompok kecil saja, dimana rata-rata sudah pensiun). Tetapi ada yang patut dapat diduga dari lembaga tertentu (bukan TNI dan jajarannya secara INSTITUSI, dan bukan POLRI).

    Lembaga yang patut dapat diduga, doyan juga merusak KATAKAMI pasca dimuatnya tulisan SUCIWATI bulan Januari 2009 lalu yang berjudul, “MUNIR, CAHAYA YANG TAK PERNAH PADAM”.

    Maka saya heran dan kagum sekali, kok ada manusia yang patut dapat diduga hobinya membunuh tetapi beraninya cuma dari kegelapan yang paling gelap agar tak tersentuh oleh proses hukum.

    Saya mengerti mengapa pihak tertentu ini sangat jengkel kepada saya.

    Selain saya gigih membela sahabat saya ini, ternyata saya juga dikenal dan berkawan baik dengan jajaran TNI yang saat itu menjabat pada posisi strategis.

    Saya berkawan baik dengan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dan KSAD Jenderal Joko Santoso. Dengan KSAD Jenderal Joko Santoso, saya malah sudah berkawan lebih lama lagi yaitu saat beliau masih berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai Asisten di Jajaran Kodam Jaya.

    Saya punya hotline atau saluran komunikasi yang saya gunakan untuk memberikan masukan dan saran-saran yang positif terkait Almarhum Koesmayadi (Angkatan 1975 ini).

    Kalau Koes bersalah, katakan ia bersalah. Tetapi, jangan karena manusianya sudah mati maka patut dapat diduga keluar semua kreasi dan inovasi yang salah kaprah.

    Kegigihan saya menyuarakan “sisi yang benar secara apa adanya” mengenai Almarhum Koes, sedikit tidaknya menjadi masukan yang berarti.

    Belakangan, pihak penguasa di negeri ini — yang patut dapat diduga sempat kebakaran jenggot karena percaya bahwa di negara ini akan ada MAKAR !!! – akhirnya mengakui secara tulus iklas bahwa kasus senjata itu adalah kesalahan dan pelanggaran yang cukup diselesaikan dalam internal TNI AD.

    Busyet deh, setelah berminggu-minggu orang yang sudah MATI dihajar kanan kiri sampai sedemikian keji, barulah sadar bahwa patut dapat diduga isu MAKAR itu cuma omong kosong dan jualan kecap nomor satu dari pihak yang tak pantas menyandang predikat sebagai sesepuh militer di negeri ini.

    Kegigihan saya untuk menyuarakan, apa saja sisi baik dan kesan yang positif terhadap Almarhum Koes dan Jenderal Ryamizard Ryacudu, dikomentari oleh seseorang yang ada di ring satu KEPRESIDENAN (kami mohon maaf, sebaiknya kami tidak perlu menyebutkan namanya). Ia mengatakan kepada saya, “Mega, Mega, … kau ini memang selalu berani MELAWAN ARUS !”.

    Disini bukan soal berani atau tidak berani melawan arus.

    Dalam bersahabat, hargai dan bela sang sahabat itu, dalam keadaan hidup atau mati. Dan itu yang mendorong saya membela Koes sebab sepanjang yang saya tahu, Koes adalah prajurit yang dingin dan keras menghajar semua bentuk ancaman radikalisme dan separatisme.

    Sama dengan Ryamizard, bagi Koes … NKRI adalah harga mati.

    Koes, akan selalu ada dalam kenangan dan hati kami.

    Sebab ia sahabat yang sangat baik. Dan kami sungguh berharap, agar Koes memaafkan siapapun yang sudah memperlakukannya sangat buruk dan hina seperti itu.

    Yang sempat menjengkelkan juga dari kasus senjata Almarhum Koes, dari hitung-hitungan “politik” yang jungkir balik atau terjun payung moralitasnya ini, dihubung-hubungkan juga bahwa patut dapat diduga rencana MAKAR itu memiliki benang merah dengan Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.

    Waduh, kalau sudah urusan fitnah, seribu satu macam fitnah rasanya sudah pernah menimpa Ibu Mega.

    Pada suatu kesempatan di tahun 2006 itu yaitu beberapa bulan setelah kematian sahabat tercinta saya, Koesmayadi, saya berkesempatan untuk bertamu ke rumah Mas TK & Ibu Megawati di kawasan Kebagusan Jakarta Selatan.

    Saya sungguh mohon maaf kalau tidak begitu paham nama dari prosesi adat Jawa – sebab saya sendiri berasal dari Tapanuli Utara – ketika itu salah seorang cucu dari Mas TK dan Ibu Mega yang dibuatkan acara syukuran. Si cucu ini dimasukkan ke dalam … saya tidak tahu namanya, tapi semacam kurungan ayam. Lalu, si Cucu memang diminta untuk mengambil barang tertentu yang disediakan didekatnya, sebagai bagian dari prosesi itu.

    Saya hadir untuk menunjukkan kepada Mas TK dan Ibu Mega, kekuasaan bukanlah penghalang untuk tetap melanjutkan sebuah persahabatan dan persaudaraan. Walau sudah tidak menjabat, saya ingin Ibu Mega tahu bahwa dimata saya beliau tetap seorang tokoh yang sungguh sangat mulia.

    Berjam-jam kami bicara waktu itu sambil menikmati makanan dan minuman yang tersaji.

    Salah satu topik yang saya sampaikan kepada beliau adalah isu diluar bahwa kasus senjata yang menimpa Almarhum Koesmayadi, kok malah dihubung-hubungkan dengan ibu Mega. Termasuk soal isu MAKAR tadi.

    Beliau terdiam agak lama saat mendengar saya mengutarakan ketidak-mengertian saya terhadap perilaku sejumlah oknum yang patut dapat diduga sengaja menciptakan isu menyesatkan.

    Masak, karena mentang-mentang Koes sudah MATI maka dia dihajar dari segala penjuru angin.Keterlaluan sekali ! Bukan apa-apa, isu menyesatkan seperti itu bisa berubah menjadi petir dan halilintar yang sambaran kilatnya dapat membuat TNI secara kelembagaan, terutama TNI Angkatan Darat menjadi terkena getahnya. Padahal tidak ada sangkut pautnya.

    Harus dibedakan, kasus yang ditimpakan terhadap orang per orang, dan INSTITUSI TNI, terutama TNI ANGKATAN DARAT.

    Moral para prajurit TNI, khususnya TNI Angkatan Darat, bisa jatuh dan terluka karena seakan-akan yang dilihat dari mereka adalah kesalahan-kesalahan dan berbagai ketimpangan.

    Isu yang kurang ajar itu, juga patut dihujat karena dihembuskan untuk membunuh KOESMAYADI yang sebenarnya sudah dalam keadaan MATI, yaitu membunuhnya dari sisi harkat, martabat dan ketotalan dalam mengabdi sebagai seorang prajurit TNI.

    Orang MATI, dimana-mana, ya tetap saja MATI.

    Artinya, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Berhubung sudah MATI, maka ada pihak tertentu yang patut dapat diduga bagaikan menari-nari diatas penderitaan dan kematian orang lain.

    Saat saya bertemu Ibu Megawati di tahun 2006 itu, saya ingat betul komentar yang disampaikan Ibu Mega dengan suara yang lembut.

    “Mega, kamu tahu sendiri kan. Saya pribadi malah tidak mengenal Koesmayadi. Lalu, kok bisa saya yang dituduh, dituduh apa tadi ? MAKAR ? Apa tidak salah ? MAKAR atas apa ? Karena apa ? Kalau saya ini orangnya pendendam, maka yang perlu saya bunuh … kalaupun saya ini memang pembunuh, ya pihak yang membunuh bapak saya, Ir. Soekarno. Proklamator di republik ini. Bagi saya, perlakuan yang tidak manusiawi kepada Bapak saya adalah sesuatu yang sangat menyakitkan hati. Saya sudah kebal terhadap semua fitnah. Tapi mbok ya kira-kira, jangan memfitnah yang bukan-bukan” kata Ibu Megawati.

    Saya terkesima mendengar ungkapan hati putri sulung Bung Karno ini. Dan beliau masih melanjutkan perkataannya.

    “Saya ingatkan ya kepada pihak mana saja, jangan keterlaluan sama saya. Jangan karena saya ini diam, maka diperlakukan seenaknya. Saya bisa bicara kepada massa pendukung saya. Mereka bisa marah kalau Ketua Umumnya ini dizolimi. Tetapi, kamu tahu bagaimana prinsip saya dalam menjalani kehidupan ini. Saya anti kekerasan. Saya tidak ingin ada kekerasan apapun. Dan jangan dipikir saya tidak tahu apa-apa. Ke rumah ini, selalu ada yang menyampaikan informasi yang akurat. Jadi saya tahu apa saja. Saya bisa mengetahui apapun” lanjut Ibu Mega.

    Megawati ibarat sebuah lilin yang menyala di tengah kegelapan.

    Cahaya yang dipancarkannya menghapuskan kegelapan yang mencekam. Walau misalnya sekonyong-konyong, ada orang yang iseng memadamkan nyala lilin itu tetapi jika memang situasi disekitarnya masih tetap “GELAP” maka nyala lilin itu tetap harus dinyalakan kembali.

    Saya garis-bawahi pernyataan beliau bahwa beliau bisa “tahu”apa saja.

    Saya punya cerita lain. Antara tahun 2006-2007, Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto memutuskan untuk menempati rumah dinas Panglima TNI yang terletak di kawasan Taman Suropati yaitu WISMA YANI.

    Rumah ini adalah rumah yang sangat bersejarah yaitu bekas rumah yang ditempati oleh Pahlawan Revolusi, Almarhum Jenderal Ahmad Yani.

    Sejak masa Orde Baru, tidak pernah ada Panglima ABRI / TNI yang menempati rumah dinas itu.

    Barulah pada era Marsekal Djoko Suyanto ditempati. Sentuhan artistik yang sangat baik, membuat rumah itu menjadi “hidup” dan tertata asri. Saya pribadi memang mengakui bahwa rumah itu menjadi kelihatan asri sekali dan enak dilihat dari kejauhan saat melintas.

    Saat Perdana Menteri Inggris, Tony Blair berkunjung ke Indonesia, ternyata Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto berada di lokasi undangan yang sama dengan Ibu Megawati yaitu di kediaman Duta Besar Inggris yang mengadakan jamuan makan untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri Blair.

    Dalam sebuah pertemuan, Marsekal Djoko Suyanto menyampaikan sesuatu kepada saya berkaitan dengan Ibu Megawati.

    “Meg, waktu Perdana Menteri Tony Blair datang, aku hadir dalam jamuan makan malam. Ada Ibu Megawati. Dari jauh, aku sudah lihat bahwa beliau hadir. Untuk menghormati beliau sebagai seorang Mantan Presiden, aku datangi beliau. Aku beri hormat dulu. Lalu aku bilang, Marsekal Djoko Suyanto, Panglima TNI, bu . Aku salam beliau. Beliau memang menyambut uluran tangan aku. Tapi setelah itu, beliau lebih banyak diam.” Kata Marsekal Djoko Suyanto.

    Saya menjawab kepada Marsekal Djoko Suyanto, “Ya, iyalah Pak, beliau itu memang pendiam tetapi percayalah hatinya sungguh baik. Kita barangkali tidak tahu, bagaimana sakitnya jika diperlakukan sangat tidak adil dan tidak baik di negaranya sendiri. Bapaknya dibunuh, padahal Bung Karno itu proklamator bangsa” jawab saya.

    Beberapa waktu kemudian (setelah saya ngobrol-ngobrol dengan Marsekal Djoko Suyanto), saya bertemu dan berbincang-bincang cukup lama dengan Ibu Megawati pada kesempatan yang lain lagi. Saya ceritakan banyak hal, termasuk bahwa keluhan Marsekal Djoko Suyanto bahwa Ibu Mega kok pendiam sekali saat bertemu di sebuah acara.

    Dan Ibu Mega selalu saja bisa membuat saya terkejut-kejut mendengar jawabannya.

    “Lho, yang penting saya memberikan sambutan yang wajar dan baik toh ? Diajak salaman, aku salaman. Aku ndak cemberut. Kalau ditanya, aku jawab. Aku menghargai siapa saja, sampaikan itu” jawab Ibu Mega.

    Saya jawab, “Iya Bu, nanti saya sampaikan. Oh ya Bu, beliau sekarang tinggal di Wisma Yani, sudah bukan di Komplek Menteri yang di jalan Denpasar Raya. Katanya berisik, sebab di bagian belakang rumah dinas di Denpasar Raya ada pembangunan gedung. Suara tukang-tukang bekerja itu bikin budek” kata saya kepada Ibu Megawati.

    Tak lama kemudian, Ibu Megawati menjawab, “Oh, sekarang tinggal disitu toh Panglima TNI ? Pantas, saya juga heran. Beberapa kali kalau kendaraan saya lewat di sana, saya lihat … lho, kok rumahnya Pak Yani terang benderang, bagus tamannya, apik. Kok wani (berani, red) ? Setahu saya, sejak Almarhum Pak Yani wafat, ndak ada yang berani tinggal disitu lho” kata Ibu Megawati.

    Berhubung saat itu, saya masih aktif menjadi wartawan di Istana Kepresidenan maka kesempatan untuk bertemu dan berbicara dengan Pejabat Tinggi Negara sangat terbuka lebar.

    Saya bertugas di Istana Kepresidenan dari periode 1999-2008.

    Dalam suatu kesempatan, saya ceritakan komentar Ibu Megawati kepada Marsekal Djoko Suyanto. Terutama, komentar bahwa bisa berani tinggal di rumah Almarhum Jenderal Ahmad Yani karena sudah puluhan tahun dinilai “angker” oleh banyak kalangan.

    Marsekal Djoko Suyanto tersenyum dan keluar isengnya.

    Beliau menjawab, “Meg, lu harus tahu, pilot penerbang TNI Angkatan Udara, punya selera yang sangat baik terhadap segala bentuk seni dan keindahan. Makanya, gue bikin supaya tamannya bagus. Ngapain takut, setan yang takut sama gue” kata Marsekal Djoko Suyanto sambil ketawa.

    Saya ikut tertawa dan saya jawab dalam suasana becanda juga, “Dasar, gila … becanda aja !”.

    Dan untuk sekedar intermezzo, kala itu rata-rata Pejabat yang aktif adalah AKBP alias Angkatan Bapak Presiden (SBY) yaitu Angkatan 1973. Semuanya angkatan 1973.

    Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal Sutanto, KSAU Marsekal Herman Prayitno dan KSAL Laksamana Slamet Soebijanto.

    Dari barisan AKBP ini, yang tidak pernah iseng dan tidak pernah jahil becanda hanya Kapolri Jenderal Sutanto.

    Jenderal Sutanto, memiliki sifat yang pendiam, santun dan selalu berpembawaan sangat tenang.

    Marsekal Djoko Suyanto, Marsekal Herman Prayitno dan Laksamana Slamet Soebijanto juga tenang, santun dan sangat cerdas. Tetapi kalau sudah bertemu dengan antar sahabat yang dikenal dekat dan akrab, kadang-kadang Jenderal-Jenderal ini keluar candanya.

    Lalu bisa ketawa dan suasana menjadi hidup. Tetapi Jenderal Sutanto, biasanya hanya sebatas mendengar dan ikut tertawa kalau ada yang lucu mengundang gelak tawa.

    Beberapa kali, Ibu Megawati menyampaikan pesan tertentu juga lewat saya untuk Jenderal Sutanto yang menjabat Kapolri selama 38 bulan.

    Pesan itu biasanya komentar atau pandang terhadap permasalahan tertentu di tengah masyarakat. Salah satu diantaranya adalah saran agar MABES POLRI menarik secara cepat Perwira Tinggi yang beragama Nasrani yang dikirim dari Jakarta untuk bertugas di POSO, SULAWESI TENGAH.

    “Bilang sama Tanto, opo iku ? Lihat situasinya, kalau disana mayoritas beragama Islam dan kondisi di lapangan memang rawan, mengapa dikirim Jenderal yang non muslim. Sekarang ribut. Sopo iku jenenge, Gories Mere, saya dengar ada disana. Untuk apa ? Sekarang situasinya jadi panas. Sampaikan saran ini. Lalu saya dapat informasi, coba diperiksa sama Tanto. Apa benar, ada penyadapan yang dikomersialkan di POLRI ?” kata Ibu Megawati.

    Memang, tak cuma Ibu Megawati, kami saja sebagai warga sipil yang masuk dalam barisan masyarakat awam yang terhitung biasa-biasa saja, sudah mendengar dan mengetahui bahwa patut dapat diduga ada oknum berinisial GM yang sering melakukan penyadapan liar dan ilegal.

    Belakangan, kami bukan sekedar mendengar dan mengetahui saja karena patut dapat diduga kami justru menjadi korban penyadapan liar dan ilegal dari kelompok Komisaris Jenderal GM.

    Saran dan pendapat Ibu Megawati untuk Kapolri Jenderal Sutanto pada waktu itu, kami sampaikan secara langsung kepada jenderal Sutanto.

    Seperti biasa, Jenderal Sutanto menerima semua saran dan pendapat dari semua kalangan dengan tangan terbuka untuk menjadi masukan bagi MABES POLRI.

    Kembali pada momen peringatan HARI KARTINI pada tanggal 21 April 2009 ini, saya merasa ingin menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Ibu Megawati.

    Ia tepati janjinya bahwa setelah tidak menjabat sebagai Presiden RI, akan turun ke bawah untuk menemui dan berdialog dengan rakyat.

    Selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini Megawati terus berkunjung ke hampir semua pelosok daerah di Indonesia. Mayoritas, kunjungan itu dilakukan tanpa publikasi. Belakangan, atau setahun sebelum penyelenggaraan Pemilu 2009 ini barulah rekan-rekan wartawan mencium kabar kunjungan itu dan langsung bergerak ke lokasi untuk meliput.

    Lebih dari setengah tahun terakhir ini, saya belum bertemu lagi dengan Ibu Megawati karena saya tidak ingin mengganggu konsentrasi beliau menyiapkan PDI Perjuangan menghadapi Pemilu 2009.

    Tetapi saya mengikuti semua perkembangan di berbagai media massa.

    Apa yang terjadi saat ini, yaitu patut dapat diduga ada upaya yang sistematis dilakukan pihak tertentu untuk MENGGEMBOSI PDI Perjuangan agar jangan sampai perolehan suaranya menjadi sangat TINGGI, mau tak mau menjadi sebuah keprihatinan yang sangat dalam bagi kami.

    Kalau memang, “the real fact” atau fakta di lapangan kemenangan itu memang ada di tangan PDI Perjuangan misalnya, mengapa patut dapat diduga upaya sistematis dilakukan dengan sangat tidak tahu MALU dari pihak tertentu untuk menggembosi PDI Perjuangan ?

    Saya tidak tega membayangkan, betapa kecewanya rakyat Indonesia yang sudah sangat lama menantikan tegaknya demokrasi yang sehat, jujur dan adil di negeri ini.

    Saya lebih tidak tega lagi, karena patut dapat diduga ada 45 JUTA orang rakyat Indonesia yang tidak bisa memilih pada Pemilu Legislatif 2009.

    Dan hebatnya, dari angka 45 juta orang itu patut dapat diduga justru menimpa basis-basis daerah yang menjadi kantong suara bagi PDI Perjuangan yang paling utama dan sejumlah parpol yang lagi “naik daun” yaitu Partai Gerindra dan Partai Hanura.

    Patut dapat diduga, sekarang ini ada gaya politik model “CAP CIP CUP BELALANG KUNCUP” yang dimainkan oleh oknum Pejabat Pemerintah yang bertanggung-jawab memfasilitasi penyelengaraan Pemilu Legislatif 2009 (terutama tanggung jawab dalam masalah Daftar Pemilih Tetap atau DPT).

    Anda pasti bingung, gaya politik apa itu yang disebutkan tadi bermodel “CAP CIP CUP BELALANG KUNCUP” ?

    Ada permainan anak-anak kecil yang biasa dinyanyikan dalam langgam nada yang sangat sederhana sekali di kalangan anak-anak.

    “CAP CIP CUP, BELALANG KUNCUP, KUDA LARI DIATAS BATU, NENEK LAMPIR TIDAK PAKAI SEPATU”.

    Kami mensinyalir bahwa patut dapat diduga, gaya politik yang dimainkan untuk menggembosi sejumlah partai politik ini memang seperti gaya mendiamkan anak kecil yang sedang MENANGIS dan perlu dibujuk dengan gaya “CAP CIP CUP BELALANG KUNCUP” tadi.

    “Cup, cup, cup, ssstttt … diam, diam, diam, jangan nangis lagi ! Cup, sayang”

    Sekarang ini begitu banyak TOKOH NASIONAL, terutama Ketua Umum Parpol dan kandidat CAPRES yang siap melangkah maju ke Pilpres 2009 memprotes keras berbagai kecurangan yang terjadi (terutama karena ada 45 juta orang rakyat Indonesia tidak bisa memilih karena tidak MASUK namanya dalam Daftar Pemilih Tetap), maka patut dapat diduga gaya politik CAP CIP CUP BELALANG KUNCUP ini, memang menjadi salah satu yang sejak awal diskenariokan untuk terjadi pada penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009.

    Lah, kalau yang tidak masuk namanya itu … 100 ribu orang, atau sejuta orang. Bolehlah, disebut lalai atau terhambat oleh kendala-kendala teknis.

    Tapi kalau yang tidak bisa memilih itu bisa menembus angka 45 juta orang, bisakah akal sehat manusia didunia ini menerima begitu saja bahwa ada fakta demikian di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini ?

    Bukankah patut dapat diduga itu menjadi sebuah lelucon yang tidak lucu di era kekinian ?

    Kalau istilah “plesetan” anak gaul zaman sekarang dalam bahasa candaan mereka ada celetukan guyon, “Ya Iyalah Ya, Masak Lah Iya Iya Dong, Wulan Jamilah Saja Bukan Wulan Jamidong”.

    Ketika kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT) diangkat ke permukaan, gaya politik ala CAP CIP CUP BELALANG KUNCUP tadi patut dapat diduga terus jadi pegangan yang kuat dari sejumlah Pejabat Tinggi Negara.

    Ilustrasi dari situasi politik saat ini bisa diibaratkan juga lewat perumpamaan untuk mendiamkan anak kecil yang sedang menangis, “CUP CUP CUP, JANGAN NANGIS LAGI”, maka dijanjikan bahwa nanti dalam PEMILU PILPRES 2009 … gak bakal terulang lagi deh.

    Swear ! Bener, Swear Swear Swear.

    Basi sekali, bow !

    Ente kok bisa kipas-kipas dapat angin segar, sementara ada 45 juta orang rakyat INDONESIA sudah dirampas hak-hak dasarnya dalam berdemokrasi.

    Dan itu, tidak bisa terulang. Atau, karena tahu bahwa PEMILU LEGISLATIF 2009 itu memang tidak bisa diulang maka patut dapat diduga perampasan hak demokrasi itu sengaja dilakukan untuk menggembosi lawan politik.

    Kalau misalnya, kami yang saat ini menjadi penguasa di negeri ini, maka kami akan sangat malu sekali kepada JENDERAL WIRANTO.

    Mengapa ?

    Sebab, kami memang tidak pantas untuk ikut berkoar-koar seakan menghargai gerakan reformasi 1998 dari para mahasiswa yang gagah berani.

    Memang, gerakan reformasi itu dilakukan oleh kalangan mahasiswa tetapi TNI secara kelembagaan telah mampu pada saat itu untuk berpikir, bersikap dan bertindak secara profesional yaitu tidak akan mengkhianati jati diri mereka sebagai prajurit TNI yang harus membela kepentingan rakyat.

    Kalau TNI mau atau ada perintah dari Panglima TNI saat itu yakni dari Jenderal Wiranto, maka akan banyak mahasiswa yang tewas tak bernyawa dihajar oleh amukan arogansi kekuasaan. Tetapi pada saat itu, TNI tidak mau menyakiti kalangan mahasiswa namun tetap bertindak secara profesional untuk mengendalikan situasi keamanan.

    Kalau pada kenyataannya, salah satu pihak yang patut dapat diduga ikut digembosi oleh pihak tertentu adalah JENDERAL WIRANTO dan Partai Hanura, jika kami yang berkuasa saat ini di Indonesia maka kami akan malu sekali dan benar-benar kehilangan MUKA di hadapan JENDERAL WIRANTO.

    Tak cuma di hadapan JENDERAL WIRANTO tetapi semua Pejabat Utama TNI yang ada didalam struktur organisasi TNI saat reformasi bergulir tahun 1998.

    Mereka sudah dengan tulus dan sungguh-sungguh bertugas demi kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia, tetapi sekarang patut dapat diduga mereka justru menjadi korban dari arogansi kekuasaan.

    Dan, korban bidikan utama dari arogansi kekuasaan tadi, patut dapat diduga adalah Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.

    Kakak, dan sahabat baik yang sangat kami hargai ketabahan dan ketegaran hatinya.

    Kami ingin Megawati tahu bahwa ia tak sendiri menghadapi situasi yang patut dapat diduga memang sengaja dibuat penuh kecurangan dan arogansi kekuasaan yang sangat memilukan hati ini. Kami peduli. Kami prihatin.

    Dan izinkan kami menyampaikan pesan yang kami ungkapkan setulus hati kepada MEGAWATI SOEKARNOPUTRI :

    “Ibu, you are not alone in this situation ! We do care of you. And, please be strong, We love you”.

    Selamat Hari Kartini.

    (MS)

    23/04/2009

    Menyoal Tragisnya Nasib 45 Juta Rakyat Indonesia Tak Bisa Nyontreng & Kuat Berharap TNI – POLRI Setia Bersama Rakyat Indonesia

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 22:38

    DIMUAT DI WWW.REDAKSIKATAKAMI.WORDPRESS.COM DAN WWW.THEBLOGKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    Juga dimuat di (klik saja URL ini) : http://my.barackobama.com/page/community/blog/katakami

    Jakarta 20 APRIL 2009 (KATAKAMI) Begitu mendengar bahwa sekitar 45 juta rakyat Indonesia tidak bisa memberikan hak suaranya pada perhelatan Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, kami sudah tak begitu semangat untuk larut dalam pesta demokrasi.

    Kalaupun masih tersisa semangat dan suara yang tetap lantang, semua itu adalah untuk ikut memberikan dorongan dan dukungan kepada Pihak Partai Politik manapun juga yang menawarkan misi baik kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia yaitu PERUBAHAN atau CHANGE.

    Dan satu hal, jika patut dapat diduga ada pihak tertentu yang HARE GENE congor alias mulutnya sibuk saja bicara soal KEKUASAAN maka harus diingatkan bahwa republik ini sedang berduka karena tren NYUDO NYUOWO memang terjadi dimana-mana dalam wilayah NKRI.

    Masak tega koar-koar soal KEKUASAAN, sementara di Timika saja jenazah dari seluruh korban (tewas) MIMIKA AIR baru dapat ditemukan pada hari Minggu (19/4/2009) ini.

    Lalu di beberapa tempat ada musibah yang juga menelan korban, walau tak semua korban itu terenggut nyawanya. Tetapi ada penderitaan dan pengorbanan jiwa, raga, harta dan benda. Ada musibah longsor, lalu ada rombongan yang masuk ke jurang dan guncangan gempa bumi untuk menggoyang Sulawesi Utara.

    Jadi, jangankan rakyat Indonesia, alam saja seakan sudah muak mendengar HAWA NAFSU BERKUASA yang patut dapat diduga didengungkan dimana-mana oleh pihak tertentu dengan sangat menggelegar.

    Masya Allah !

    Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Pak Amien Rais yang sedari dulu sangat kritis dan benar-benar mumpuni, tiba-tiba entah atas legitimasi darimana maka bisa mengumpukan kalangan DPW Partai Amanat Nasional (PAN) untuk berkumpul guna menyuarakan dukungan penuh kepada pihak tertentu.

    Waktu memang terasa cepat berlalu. Seingat kami, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) adalah Soetrisno Bachir.

    Lantas, atas legitimasi apa seorang Amien Rais bisa membuat hak veto secara tidak veto ?

    Jika patut dapat diduga, arah koalisi PAN dan Partai Gerindra yang ditentang oleh Amien Rais misalnya, maka bukankah itu lebih baik dibicarakan secara internal dengan tingkat kerahasiaan yang tinggi.

    Kalau belum apa-apa, sudah diumumkan hak veto untuk mengarahkan PAN memberikan dukungan dan berkoalisi dengan pihak tertentu maka patut dapat diduga Amien Rais sudah melakukan sesuatu yang melebihi kewenangannya sebagai sesepuh partai.

    Aneh saja kedengarannya jika dalam situasi dimana semua orang menghujat habis-habisan keluguan pihak berwenang dalam penyelenggaraan pesta demokrasi ini – dimana ada 45 juta rakyat Indonesia tidak bisa memilih – tiba-tiba kok ada petir menyambar dari cakrawala yang selama ini terlihat indah nuansa lukisannya.

    Ketika barisan Partai Politik merapat ke kediamanan Megawati Sorkarnoputri untuk membicarakan perlunya mengajukan tuntutan hukum terkait berbagai kecurangan dalam Pemilu Legislatif 2009, kami sendiri belum menyadari bahwa patut dapat diduga salah satu cara untuk menggembosi PDI Perjuangan dan sejumlah partai politik lain yang sangat kuat dukungannya di daerah tertentu maka di daerah itulah basis dukungan massa tidak akan mendapat kartu pemilih.

    Patut dapat diduga, ada kesengajaan untuk membiarkan massa PDI Perjuangan dan sejumlah partai politik seperti Partai Golkar, Partai Gerindra dan Partai Hanura, tidak bisa memberikan hak suaranya karena kisruh soal tidak tercantumnya nama mereka dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).

    Patut dapat diduga, jika pada akhirnya KETAHUAN bahwa kisruh soal DPT ini dipermasalahkan maka pihak tertentu akan AMAN SENTOSA dari segala tudingan dan bisa bersandiwara untuk seolah-olah prihatin atas situasi ini.

    Keterlaluan sekali cara-cara yang patut dapat diduga memang ditempuh untuk menggembosi suara PDI Perjuangan yang paling utama, agar perolehan suara partai politik yang dipimpin Megawati Soekarnoputri anjlok.

    Yang benar saja, Jek !

    Ada moralnya atau tidak, pihak-pihak yang patut dapat diduga sengaja merancang semua situasi ini agar 45 juta orang tidak bisa memilih.

    Ini sudah melebihi batas kepatutan dan kewajaran karena patut dapat diduga kepanikan pihak tertentu jika dikalahkan oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra dan Partai Hanura maka segala cara akan dihalalkan.

    Dan sekarang, karena ternyata kisruh soal gunjang ganjing DPT ini dipermasalahkan, lihatlah manisnya kata-kata yang mengatakan, “Masalah DPT ini akan diperbaiki dalam penyelenggaraan Pemilu Pilpres 2009”.

    Luar biasa !

    Kalau kami yang ditanya maka kami akan menyampaikan opini bahwa membiarkan 45 juta rakyat Indonesia tidak memilih maka patut dapat diduga itu adalah PELANGGARAN HAM dan KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN.

    Tak cuma KOMNAS HAM, dengan tingkat KEJAHATAN yang sudah sangat separah ini maka sebenarnya KOMISI HAM PBB atau MAHKAMAH INTERNASIONAL sudah bisa dimungkinkan untuk diundang guna mencermati indikasi yang sangat memprihatinkan ini.

    Bukan main-main, angka yang tidak bisa memilih itu adalah 45 juta orang !

    Busyet deh, kok tidak tahu malu ya jika masa persiapan yang selama ini diberikan untuk menyiapkan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009 bisa sangat fatal akibat dari kelalaian itu.

    Ini patut dapat diduga memang kelalaian atau kesengajaan ?

    Kalau patut dapat diduga semua atraksi politik ini adalah sebuah kesengajaan maka patut dapat diduga aktor intelektual dibalik semua kisruh yang mengorbankan HAK SUARA dari 45 juta rakyat Indonesia ini layak untuk diajukan ke Mahkamah Internasional karena melakukan KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN.

    Ini bukan pelanggaran kecil !

    Ini bukan kelalaian yang sepele !

    Ini bukan kesalahan yang bisa dimaafkan begitu saja dan dibiarkan untuk berlalu tanpa beban.

    Jika patut dapat diduga, ada pihak tertentu yang memang mau MENGGEMBOSI PDI Perjuangan, Partai Hanura dan Partai Gerindra maka sebaiknya disarankan untuk menyadari bahwa kita ini hidup di dunia hanya sementara. Harta benda, jabatan dan kekuasaan tidak akan dibawa sampai MATI. Sehingga, janganlah ada yang kalap kesetanan akibat silaunya sinar kekuasaan.

    Jika patut dapat diduga, ada pihak tertentu yang memang mau MENGGEMBOSI PDI Perjuangan, Partai Hanura dan Partai Gerindra maka sebaiknya diberitahu bahwa cara-cara yang disetting seperti ini membuat rakyat muak luar biasa.

    Tutup mulut bagi siapapun juga yang patut dapat diduga sudah membludak gejolak hawa nafsu untuk berkuasa dalam situasi yang serba prihatin.

    Marilah kita hitung, berapa jumlah rakyat Indonesia yang sudah mati, selama 4 bulan terakhir ini.

    (Korban tewas Tsunami di NAD, Des 2004)

    Marilah kita hitung, berapa jumlah rakyat Indonesia yang sudah mati selama 5 tahun terakhir ini.

    Lho, kok tidak ada rasa prihatin sedikitpun ?

    Lho, kok enteng saja mendengar kabar yang sangat memilukan dari berbagai wilayah di Indonesia ?

    Ingatlah lirik lagu dari Ebiet G. Ade :

    “Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mudah enggan, bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang !”

    Kecil sekali nyali dan kemampuan diri untuk bertarung dalam arti yang sesungguhnya kalau dalam menghadapi seorang Megawati Soekarnoputri saja patut dapat diduga dilakukan berbagai kecurangan yang sudah sangat melebihi batas kewajaran.

    Masak tidak malu kepada Megawati.

    Malu dong !

    Lima tahun Megawati turun ke bawah dan merangkul rakyat dengan sifat keibuan. Ia mau mendengarkan keluhan rakyat “DI BAWAH”. Dan itu bukan cuma sekedar seremoni, panen raya, lalu padi diangkat dan tersenyum lebar saat difoto atau diambil gambarnya oleh kamera televisi agar masuk ke berbagai media massa.

    Lalu, ketika Wiranto dan Prabowo juga turun “KE BAWAH” untuk merangkul massa di berbagai pelosok daerah, mereka tak bisa disalahkan kalau ternyata ada diantara rakyat Indonesia yang menginginkan Jenderal-Jenderal ini untuk memimpin.

    Rasanya, sudah malas untuk mengikuti pergerakan politik praktis di Indonesia pada saat ini.

    Harapan rakyat sekarang tertuju pada TNI – POLRI saja.

    Yaitu agar situasi keamanan di seluruh wilayah nusantara ini tetap terjaga dengan baik.

    Jangan ada PERWIRA TINGGI TNI – POLRI yang patut dapat diduga menjual dirinya kepada pihak tertentu demi jabatan yang lebih tinggi, sehingga pada prakteknya sebagai barter atas janji jabatan tadi maka patut dapat diduga diberi tugas “MISSION IMPOSSIBLE” untuk menyikut parpol lain agar kemenangan jatuh ke tangan pihak tertentu saja.

    Saat Pak Harto berada di ujung kekuasaannya (1998), patut dapat diduga Jenderal Besar ini menggunakan politik pecah belah atau devide et ampera di dalam internal TNI misalnya.

    Saat itu, Jenderal Wiranto menjabat sebagai Menhankam / Panglima ABRI. Dan Jenderal Soebagyo HS menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

    Tahukah apa yang terjadi pada saat itu ?

    Patut dapat diduga, Pak Harto memang mengetahui bahwa Jenderal Wiranto adalah figur yang setia dan dapat diandalkan. Tetapi di belakang Wiranto, ternyata ditawarkan kepada Jenderal Soebagyo untuk menjadi KEPALA STAF GABUNGAN, sehingga jika pos jabatan ini yang dihidupkan maka jabatan Panglima TNI dan ketiga Kepala Staf Angkatan (KSAD, KSAU dan KSAL) harus ditiadakan karena semua akan melebur dalam satu posisi yaitu KEPALA STAF GABUNGAN.

    Ketika itu, Jenderal Soebagyo HS menolak tawaran tersebut untuk menjaga soliditas didalam tubuh TNI yang sangat dicintainya.

    Pendirian dari Jenderal Soebagyo HS ini, patut diacungi jempol dan sungguh tercatat dengan tinta emas. Ia tak mudah dirayu oleh silaunya jabatan. Dan ia tak mudah diseret ke tengah arus zaman yang akan membuatnya tenggelam dalam gelombang kemarahan para perwira tinggi yang bisa dikorbankan jika Jenderal Soebagyo HS tergiur oleh jabatan.

    Ketika Pak Harto sudah lengser, kejadian yang serupa tapi tak sama pernah terjadi beberapa tahun kemudian.

    Letjen TNI Johny Lumintang sempat ditawari untuk menjadi semacam KEPALA STAF GABUNGAN TNI juga. Tetapi, hal itu cepat diantisipasi oleh jajaran TNI agar jangan ada perpecahan diantara mereka.

    Hikmah yang bisa diambil dari beberapa peristiwa semacam itu adalah penguasa yang merasa kuatir bila kekuasaannya berakhir (padahal ia masih sangat ngotot untuk terus berkuasa), maka patut dapat diduga ia akan mencoba untuk menawarkan jabatan-jabatan yang tinggi dan prestisius kepada PERWIRA TINGGI tertentu yang mudah dijadikan PION KEKUASAAN untuk mempertahankan tahta raja diraja yaitu tahta di puncak kekuasaan.

    Bayangkan, peristiwa yang terjadi pada Jenderal Soebagyo HS tadi !

    Jika Jenderal Soebagyo HS bersedia menerima tawaran dari Pak Harto maka patut dapat diduga ada sedikitnya 3 sampai 4 orang JENDERAL BERBINTANG 4 yang harus dilengserkan secara paksa untuk menjadi pengangguran.

    Padahal waktu itu, Jenderal Wiranto bekerja dengan sangat baik. Tetapi ternyata diam-diam, ada tawaran sedemikian rupa kepada Jenderal Soebagyo HS.

    Keteguhan Jenderal Soebagyo HS menjaga jatidirinya sebagai prajurit TNI sejati yang saptamargais, akan selalu dikenang secara manis. Dan kini, Jenderal Soebagyo HS malah bergabung dengan Jenderal Wiranto untuk mendirikan dan membesarkan PARTAI HANURA.

    Yang ingin disampaikan disini kepada Jajaran TNI – POLRI, jangan pernah mau untuk mudah tergiur oleh JANJI-JANJI MULUK untuk memberikan posisi lebih tinggi dan lebih prestisius.

    Sebagai, dalam situasi perpolitikan yang sangat memanas misalnya, patut dapat diduga dibalik pemberian janji-janji muluk tadi maka patut dapat diduga akan ada pemaksaan kehendak dan arogansi kekuasaan agar pihak tertentu dimenangkan (apapun caranya !).

    TNI – POLRI harus mengingat secara baik bahwa jatidiri mereka ada bersama-sama dengan rakyat.

    Apa yang terbaik bagi rakyat, maka perlu diingatkan sekali lagi bahwa itulah yang terbaik bagi TNI – POLRI.

    Jangan mau dan jangan pernah terpikir untuk silau pada kekuasaan.

    Amankan Indonesia dengan sebaik-baiknya.

    Pastikan bahwa ancaman gangguan keamanan di berbagai daerah, tidak akan pernah bisa terjadi seturut kehendak pihak tertentu yang patut dapat diduga mau membuat situasi menjadi kacau balau atau CHAOS.

    Bela dan lindungi rakyat Indonesia !

    Bela dan pastikan TNI – POLRI akan berada di tengah rakyat yang mendambakan pesta demokrasi yang sungguh jujur, adil dan penuh tanggung-jawab sejati.

    Percayalah, tak akan ada manusia manapun yang bisa memaksakan kehendaknya untuk terus menjadi penguasa jagad raya jika ternyata Tuhan berkehendak lain.

    Untuk menutup tulisan ini, kami ingin mengingatkan juga kepada LAKSAMANA PURNAWIRAWAN WIDODO ADI SUCIPTO yang saat ini menjadi Menkopolhukkam dan patut dapat diduga tetap menjadi TIM SUKSES SBY.

    Ingatlah Pak Wid, apa yang pernah terjadi pada bulan Juli 2001.

    Saat itu, Laksamana Widodo AS menjabat sebagai PANGLIMA TNI. Pada suatu malam, ia dipanggil menghadap ke pusat kekuasaan bersama MENKOPOLKAM Agum Gumelar.

    Kedua Jenderal ini dipanggil untuk memberikan dukungan kepada pihak penguasa yang akan mengeluarkan DEKRIT PRESIDEN, antara lain akan membubarkan parlemen (DPR-RI).

    Kami sebenarnya mengetahui detail isi pembicaraan saat kedua Jenderal ini berbicara kepada pihak penguasa saat itu. Tapi, sungguh kami mohon maaf karena tidak etis jika kami uraikan disini.

    Intinya, MENKOPOLKAM & PANGLIMA TNI secara tegas dan lugas menyampaikan secara langsung bahwa mereka ada di pihak rakyat dan bukan di pihak penguasa, sehingga … apa boleh buat, harus berpisah di tengah jalan !

    Muara dari semua keberanian untuk berpihak pada rakyat dan mengedepankan kepentingan bangsa diatas segala-galanya, tidak akan pernah sia-sia.

    Terbukti bahwa tidak lama setelah Agum Gumelar dan Widodo AS menghadap pihak penguasa saat itu, pemerintahan memang akhirnya berganti.

    Akan selalu ada kebanggaan dalam diri PRAJURIT TNI (termasuk juga POLRI), jika mereka berani mengambil sikap yang tegas dan jelas arahnya yaitu tidak akan membiarkan rakyat Indonesia dikorbankan oleh kekuasaan dan hawa nafsu untuk terus berkuasa (tetapi patut patut dapat diduga menghalalkan segala cara).

    TNI – POLRI, jangan pernah meninggalkan rakyat Indonesia.

    Yakinlah bahwa apapun yang akan terjadi di negara ini, TNI – POLRI adalah satu-satunya tiang atau pilar yang kokoh bagi rakyat Indonesia yang membutuhkan pelindung dan pendamping.

    Tingkatkan kewaspadaan dan semangat bertugas yang semurni-murninya memang untuk kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia. Terutama POLRI, tetaplah menjadi pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

    Jangan, walau hanya sedikit atau sekalipun juga, jangan … sekali lagi jangan tinggalkan rakyat Indonesia.

    Apa yang terbaik bagi rakyat maka itulah yang terbaik bagi TNI – POLRI. Pasanglah mata dan telinga, cermati situasi yang terjadi saat ini dan segala kemungkinan terburuk yang patut dapat diduga bisa terjadi dalam kurun waktu 3 bulan ini yaitu sampai menjelang pelaksanaan Pemilu Pilpres 2009.

    Tegakah, TNI – POLRI jika ada 45 juta rakyat Indonesia yang dikebiri atau diamputasi HAK SUARANYA dengan cara yang patut dapat diduga sangat canggih keluguannya seperti ini ?

    Tegakah, TNI – POLRI jika patut dapat diduga ada pihak tertentu yang harusnya memperoleh suara JAUH LEBIH BESAR dari yang diperolehnya saat ini karena patut dapat diduga perolehan suara mereka dirampok oleh kucing-kucing garong ?

    Jangan, TNI – POLRI jangan pernah tega membiarkan kami, rakyat Indonesia menahan pedih dan airmata saat kebenaran dan keadilan sudah terlepas dari genggaman tangan anak-anak bangsa yang rindu akan perubahan.

    Jangan, TNI – POLRI jangan memalingkan wajahnya dari tatapan mata kami, rakyat Indonesia yang begitu memerlukan tempat perlindungan yang memang sangat dapat dipercaya oleh anak-anak bangsa INDONESIA yang sudah lelah melihat, mendengar dan merasakan begitu banyak kesakitan-kesakitan dalam perjalanan kehidupan kita berbangsa dan bernegara.

    Sebab, pesta demokrasi ini patut dapat diduga sudah bukan merupakan sebuah pesta demokrasi lagi dimata mayoritas rakyat Indonesia.

    Tetapi patut dapat diduga, sudah menjadi PESTA AROGANSI.

    Empatpuluh lima juta rakyat Indonesia terpekur pada saat ini karena sulit sekali untuk dipercaya bahwa 11 tahun reformasi, patut dapat diduga AROGANSI KEKUASAAN itu masih merajalela.

    (MS)

    Dear Mr. President Barack Obama, This Is Our Voice Of The Voiceless From Jakarta Indonesia

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 22:34

    Kumpulan 5 Buah Tulisan Utama KATAKAMI Untuk Presiden AS Barack Obama, yang dimuat di Situs Barack Obama. Anda dapat mengaksesnya, Klik URL ini :

    Bendera Merah Putih
    Atas Nama HAM, Salah Alamat Jika Obama Disalahkan Soal Teknik Integorasi Tangani Terorisme Yang Membuat Nilai Hukum & HAM Seakan “Tetanus” Di Era Bush

    Jakarta 18 April 2009 (KATAKAMI) Kadang-kadang, ada manusia yang sulit untuk membaca tanda-tanda perubahan zaman yang arahnya sudah begitu positif dan sangat pantas dihargai.

    Radio BBC London memberitakan tentang diumbarnya rasa kecewa kelompok HAM tertentu kepada Presiden AS Barack Obama yang dinilai enggan mengadili agen-agen rahasia Dinas Intelijen AS (CIA) karena menggunakan teknik integorasi yang kejam sepanjang era kepemimpinan Presiden BUSH.

    Kita simak dulu berita selengkapnya dari Radio BBC London :

    16 April, 2009 – Published 20:58 GMT

    Obama membuat kecewa

    Kelompok hak asasi manusia di Amerika Serikat menyatakan kecewa bahwa agen CIA tidak akan diadili dalam soal teknik interogasi di masa Bush.

    Para pegiat menyambut baik keputusan Gedung Putih menerbitkan rincian teknik interogasi yang sekarang sudah dilarang oleh Presiden Barack Obama.

    Namun kelompok hak asasi mengatakan keputusan untuk tidak mengadili para agen itu merupakan kegagalan menegakkan hukum di negara tersebut.

    Yang lainnya membela dengan mengatakan integorasi itu telah membuat Amerika Serikat lebih aman.

    Mantan ketua CIA, Michael Hayden, yang menjalankan badan tersebut di bawah kepemimpinan Bush mengatakan langkah Gedung Putih ini akan mengganggu tugas-tugas intelejen, dan membuat badan asing enggan berbagi informasi dengan CIA.

    Penerbitan laporan

    Sebelumnya, Amerika Serikat menerbitkan empat memo rahasia yang merinci alasan hukum untuk cara interogasi CIA yang dilakukan pada masa Bush.

    Para pengkritik program interogasi itu mengatakan cara yang digunakan itu sama dengan penyiksaan.

    Presiden Barack Obama juga menerbitkan satu pernyataan yang menjamin bahwa tidak ada staf CIA yang akan dihukum karena perbuatan mereka dalam program interogasi itu.

    Sebagian orang di CIA menghendaki agar sejumlah bagian memo itu tidak dipublikasikan, khawatir kalau-kalau penerbitan secara penuh akan memicu gugatan hukum terhadap para agen rahasia, kata laporan itu.

    Penerbitan memo-memo itu berasal dari permintaan kelompok pembela hak sipil American Civil Liberties Union (ACLU).

    Teknik kejam

    Tiga di antara dokumen tersebut dtulis pada bulan Mei 2005 oleh orang yang waktu itu menjabat kepala Kantor Penasihat Hukum Departemen Kehakiman, Stephen G. Bradbury.

    Mereka memberikan dukungan legal untuk penggunaan kombinasi berbagai teknik pemaksaan, dan menyimpulkan bahwa cara yang dipakai CIA tidak “kejam, tak manusiawi, atau melecehkan” berdasarkan hukum internasional.

    Obama, adalah pemimpin yang konsisten pada janjinya. Ini yang harusnya sangat cepat disadari, dikenali, dirasakan dan diakui oleh rakyat AS sendiri. Walaupun bergabung dalam sebuah wadah kelompok pembela hak sipil sekalipun, American Civil Liberties Union (ACLU) harus adil dan cerdas dalam “membaca” bagaimana karakter kepemimpinan yang membanggakan dari Obama.

    Memang betul bahwa berbagai tindak penyiksaan yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Presiden Bush terkait penanganan terorisme, sangat amat memalukan bagi AS.

    Itulah sebabnya, Obama menjanjikan bahwa jika ia terpilih sebagai Presiden AS maka yang pertama akan dilakukannya adalah menutup kamp tahanan Guantanamo di Kuba.

    Dan apa yang terjadi ?

    Persis di hari pertama Obama bekerja secara resmi di Gedung Putih sebagai Presiden AS yang ke-44, memo pertama yang ditanda-tanganinya adalah keputusan untuk menutup Penjara Guantanamo dengan kebijakan bahwa penutupan itu secara resmi akan dilakukan paling lambat satu tahun setelah keputusan itu ditanda-tangani. Artinya, Penjara Guantanamo akan ditutup pada bulan Januari 2010.

    Kami menuliskan hal ini secara khusus lewat tulisan berjudul “Misteri Angka Satu Presiden Obama Yang Antiklimaks”.

    Mengapa kami sebut antiklimaks ?

    Ya sebab masa satu tahun itu termasuk sangat lama untuk dinantikan oleh para tahanan yang ada di Penjara Guantanamo, jika patut dapat diduga penjara itu hanyalah kedok untuk melakukan berbagai tindakan penyiksaan kepada warga negara asing yang ditangkapi seenaknya saja dan ditahan disana hanya untuk disiksa. Tidak ada proses hukum yang diberikan dan tidak ada juga akses apapun yang diberikan kepada negara yang menjadi tanah kelahiran atau tempat asal para tahanan disana.

    Sehingga, keputusan untuk menutup setahun ke depan rasanya terlalu lama. Mengapa bukan menutupnya sebulan setelah Presiden Obama menanda-tangani keputusan itu ?

    Bayangkan kalau dalam sehari saja, semua tahanan disana tetap mendapatkan penyiksaan fisik. Maka, mereka harus sangat tabah dan kuat sekuat-kuatnya untuk tetap disiksa selama 364 hari berturut-turut. Alangkah lamanya penderitaan itu.

    Iya kalau misalnya mereka memang bersalah. Tapi bagaimana kalau mereka samasekali tidak bersalah ? Hak apa yang mau dikedepankan untuk menjadi pembenaran bahwa agen-agen rahasia CIA dan seluruh petugas disana bisa menyiksa warga negara orang lain “seenak udel-nya sendiri” ?

    Tetapi, fokus utama yang harus dicermati disini adalah Presiden Obama menepati janjinya untuk menutup penjara itu.

    Entah itu sebulan atau setahun kemudian, tetapi state policy atau kebijakan negara (AS) sudah dikeluarkan dan tak bisa ditarik lagi.

    Presiden Obama tak berhenti sampai disitu. Ia membuka kepada publik tentang adanya memo-memo rahasia yang membenarkan dan menjadi landasan bagi agen-agen rahasia CIA melakukan teknik integorasi dengan cara penyiksaan fisik yang begitu kejam.

    Secara politik, patut dapat diduga kebijakan pemerintahan Presiden Obama membuka rahasia era Bush kepada publik terkait kekejaman teknik interogasi itu bisa dipandang sebagai sebuah sign atau tanda kepada Bush dan jajarannya bahwa mereka punya banya kelemahan dan kekurangan yang bersifat fatal sekali.

    Secara politik, patut dapat diduga Presiden Obama bermaksud untuk meminta perhatian dari seluruh perangkat yang bertugas dibawah pemerintahan Bush agar jangan coba-coba untuk membuat lebih banyak permasalahan yang merepotkan AS (terutama pemerintahan Obama sendiri).

    Lalu, kalau sekarang Presiden Obama yang dinilai mengecewakan karena “state policy” yang dikeluarkan tidak mencakup proses hukum terhadap seluruh agen rahasia CIA yang melakukan penyiksaan itu, hal ini justru menjadi tanda tanya besar.

    Lho, mengapa Obama yang dipersalahkan ?

    Dengan menilai bahwa Obama mengecewakan karena tidak memerintahkan agar para agen rahasia CIA diadili, maka penilaian ini yang justru keliru dan perlu diluruskan.

    Obama tidak mengecewakan siapapun, entah itu rakyat AS atau publik dunia.

    Pasti ada sesuatu yang sifatnya sangat mendasar sehingga ditempuh kebijakan yang formatnya memberikan nuansa yang sangat “win-win solution”.

    Proses peradilan yang dituntutkan kepada para agen rahasia CIA itu, tak mungkin hanya dilakukan kepada para agen rahasia tersebut. Tetapi harus terus bergulir sampai ke tingkat atas.

    Bahkan, sampai kepada orang per orang yang menuliskan memo-memo rahasia berisi landasan atau menjadi pegangan bagi “aparat dibawah” untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh atasan.

    Bukan tak mungkin, proses peradilan itu bisa menembus ke Pejabat Gedung Putih semasa pemerintahan Presiden Bush.

    Hingga puncaknya, justru patut dapat diduga bisa menjadi bumerang yang menempatkan Mantan Presiden Bush sebagai tersangka (juga).

    Yang menjadi akar permasalahan terkait penyiksaan-penyiksaan kepada para tahanan di Penjara Guantanamo itu, sekarang sudah diredam, dikendalikan, ditekan dan dihilangkan oleh Presiden Obama.

    Pelan-pelan, penjara Guantanamo akan ditutup.

    Pelan-pelan, sambil menunggu proses penutupan itu maka seluruh landasan atau pegangan tertulis yang menjadi alat pembenaran terjadinya penyiksaan-penyiksaan kepada para tahanan sudah dicabut oleh Presiden Obama.

    Para tahanan yang memang bisa dikembalikan ke negara asalnya masing-masing, sudah mulai dkembalikan. Lalu sisanya, dialihkan ke beberapa negara yang memang bersedia menampung para tahanan Guantanamo.

    Kadang-kadang, tudingan yang asbun atau asal bunyi saja tetapi mengatas-namakan Hak Azasi Manusia (HAM), justru mengundang rasa prihatin dari publik dunia.

    Apakah terlalu sulit untuk kelompok HAM tersebut untuk memberikan waktu dan kesempatan kepada Presiden mereka sendiri untuk membenahi betapa morat-maritnya penanganan terorisme sepanjang masa pemerintahan Presiden Bush ?

    Jangan karena membawa isu HAM, maka dianggap sah-sah saja menuding Presiden Obama begini dan begitu dalam konotasi negatif.

    Apa yang telah dilakukan oleh Presiden Obama selama 3 bulan pertama masa kekuasaannya ini terkait penanganan terorisme, sudah sangat baik sekali dan patut dihargai oleh siapapun.

    Obama memberikan atmosfir yang kondusif dalam hal penanganan terorisme. Ia tak mau lagi secara bombastis mengumbang motto PERANG MELAWAN TEROR.

    Obama tak mau lagi, atas nama PERANG MELAWAN TEROR maka AS memamerkan arogansi kekuasaan dan terus bertindak sewenang-wenang. Dan tindakan sewenang-wenang itu, patut dapat diduga ditiru juga oleh segelintir orang yang selama ini dilatih dan diberi kemudahan dalam segala peningkatan kemampuan diri masing-masing dalam hal penanganan terorisme di di negara-negara tertentu.

    Ya bayangkan saja, sepanjang Bush berkuasa (pasca serangan teroris 11 September 2001 di AS), begitu atraktif dan agresif sekali terjadi peledakan-peledakan bom di beberapa negara.

    Termasuk di Indonesia.

    Waduh, seperti langganan saja. Periode 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2005 Indonesia terus mendapatkan serangan peledakan bom dalam kategori HIGH EXPLOSIVE.

    Katanya sudah pada dilatih oleh AS dalam menangani terorisme, yang terjadi masalah semakin merajalelanya tindak pidana terorisme itu di Indonesia.

    Yang mau dikatakan disini adalah Presiden Obama bukan cuma sekedar wacana dalam kaitan pemulihan metode penanganan teror yang sempat menjadi sangat menyimpang pada era pemerintahan Presiden Bush.

    Ada “action” atau tindakan nyata dari Presiden Obama yang benar-benar sangat mengagumkan. Dia lakukan sesuatu sesuai dengan otoritas dan kewenangan yang dapat digunakannya sebagai seorang Kepala Negara.

    Bagaimana mungkin, agen-agen rahasia CIA itu dapat diseret ke muka hukum jika ternyata pada kenyataannya ada surat tertulis yang keluar dari GEDUNG PUTIH berisi perintah resmi untuk menginterogasi para tahanan terorisme lewat metode yang kejam tadi ?

    Para agen rahasia CIA itu tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari perintah atasan. Ya, mereka tidak melakukan yang disebut sebagai in sub ordiansi.

    Kalau para agen rahasia CIA itu dituntut dan diseret misalnya ke muka hukum, maka patut dapat diduga para agen rahasia ini bisa berbalik menuntut jika ternyata tugas-tugas yang sudah mereka laksanakan dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.

    Lain halnya, kalau misalnya ada petugas yang berinisatif menyiksa sendiri para tahanan itu. Tetapi yang terjadi disini adalah kebalikannya. Ada perintah resmi dari Gedung Putih, lewat memo-memo rahasia yang dibongkar dan dibuka oleh Pemerintahan Presiden Obama.

    Jadi, salah besar kalau dikatakan bahwa Presiden Obama sangat mengecewakan kelompok pembela hal sipil (ACLU) tadi.

    Kami tidak sependapat.

    Presiden Obama sudah melakukan hal yang benar dan terpuji. Ia justru harus didukung untuk terus melakukan PERBUAHAN atau CHANGE sehingga AS dapat menjadi negara adidaya yang sangat mengagumkan.

    Jadi, janganlah ada yang asbun menuding bahwa seolah-olah Obama mengecewakan dan tidak memahami duduk persoalan.

    Pahami dong duduk persoalannya. Sadari apa yang menjadi esensi dari kebijakan-kebijakan AS.

    Presiden Obama , kini seakan menjadi sebuah alunan melodi yang terdengar indah di telinga siapa saja di belahan dunia ini, saat dengan kesungguhannya Obama membenahi apapun juga yang selama ini memang kurang baik atau tidak pantas untuk menjadi bagian dari sistem pemerintahan sebuah bangsa yang terhormat bernama AMERIKA SERIKAT.

    Meredam dan memerangi terorisme, bukan dengan cara mengobarkan secara lebih parah mata api perlawanan dari pelaku-pelaku terorisme itu sendiri atau orang-orang tertentu yang berkedok sebagai “teroris” padahal justru berniat untuk “cari makan” atau menggali harta karun yang bisa dikeruh dari rusaknya nilai-nilai peradaban manusia akibat dihajar oleh kekejaman terorisme.

    Tak benar jika disebut Obama mengecewakan.

    Yang benar adalah Presiden Obama sudah melakukan sesuatu yang benar seturut dengan kebijakan negara yang kini dipimpinnya, agar kebijakan itu tidak menimbulkan guncangan stabilitas (terutama didalam negara mereka sendiri).

    Ke depan diharapkan, Presiden Obama sungguh serius untuk mengendalikan sebuah perangkat didalam sistem pemerintahannya agar jangan lagi ada keputusan, kebijakan atau tindakan yang menyalahi ketentuan hukum atau aturan yang berlaku dalam hal penanganan terorisme.

    Juga diharapkan, agar Presiden Obama sungguh serius untuk menggunting secara cepat kesengajaan pihak tertentu di berbagai negara asing yang sengaja mengeruk keuntungan dari kocek anggaran AS selama bertahun-tahun terakhir ini atas nama penanganan terorisme.

    Singkirkan dan hindari semua benalu-benalu yang cara hidupnya sudah menggerogoti AS dan negara yang menjadi basis gerakan oknum aparat di INDONESIA misalnya, yang patut dapat diduga menjadikan isu terorisme sebagai komoditi dagangan dan ladang emas yang mendapatkan seribu satu macam keuntungan.

    Dukung Obama dalam membenahi semua penyimpangan dan ketimpangan terkait penanganan terorisme.

    Dengan semua respek yang kita punya maka ketegasan dan keberanian Presiden Obama untuk melakukan pembenahan yang bersifat menyeluruh itu sangat pantas untuk dihargai dan didukung sepanjang masa pemerintahan Obama.

    You are the best, Mr President !

    (MS)

    1 a flags_135

    Kebanggaan Dunia Pada Obama Menguat, Dari Meksiko Obama Tegaskan Kelanjutan Perang Terhadap NARKOBA (Heal The World, Make It Better Place, Mr Obama)

    JAKARTA 17 APRIL 2009 (KATAKAMI) Persis tanggal 20 April mendatang, Presiden Barack Obama memasuki bulan ke-3 memerintah di Amerika Serikat. Pemimpin muda yang tak cuma membuat rakyat AS saja yang terkesima atas kecerdasannya.

    Tahun 2007 silam, saat dimana INDONESIA belum begitu “welcome” terhadap figur Obama yang sudah mengumumkan bahwa dirinya akan melangkah maju pada Pilpres AS 2008, Pemimpin Redaksi KATAKAMI telah meyakini bahwa Obama akan memenangkan pertarungan itu.

    Sehingga, sejumlah petinggi di negara ini (yang tak usah kami sebutkan namanya), mendapat pemberian sederhana dari Pemimpin Redaksi KATAKAMI yaitu buku biografi Barack Obama yang sudah mulai dijual di Toko Buku Gramedia. Kami memberikan buku itu sebagai alternatif bacaan tentang akan munculnya seorang pemimpin baru yang relatif berusia muda di blantika perpolitikan AS.

    Barangkali saat memasuki tahun 2007, banyak orang yang belum yakin bahwa Obama punya kans yang besar untuk menang. Tapi kami mempunyai firasat yang baik bahwa pemimpin muda yang satu ini memang akan memenangkan pertarungan politik di AS. Ia bukan cuma seorang orator yang ulung. Tetapi dari setiap kalimat yang diucapkannya, ada daya tarik yang bagaikan magnet akan menarik perhatian dan kepercayaan dari siapa saja yang mendengarnya.

    Bahkan, dalam hitungan waktu yang mundur ke belakang, saat Pemimpin Redaksi KATAKAMI masih bekerja sebagai wartawati di Radio Voice Of America (VOA) – untuk periode 2003-2008 – pada masa awal Obama memulai debutnya sebagai kandidat Capres di AS yaitu tahun 2006 kami sudah membuka situs dari Obama dan mendaftarkan alamat EMAIL kami untuk terus dikirimi kabar terbaru tentang Obama. Padahal, beberapa rekan senior kami di Radio Voice Of America (VOA) sendiri yaitu mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di AS, belum mengetahui bahwa Obama membuka situs pribadi dan rutin mengirimi kabar terbaru tentang debut politiknya.

    Saat ini, Presiden Obama berada di Meksiko dan telah mengadakan pembicaraan Tete A Tete atau pembicaraan empat mata dengan Presiden Meksiko

    Dari laporan Radio Voice Of America (VOA) disebutkan bahwa Presiden Obama dan Presiden Meksiko Felipe Calderon telah menyepakati kerjasama untuk melawan perdagangan narkoba, Kamis (16/4/2009).

    Obama memuji usaha Meksiko untuk menumpas kartel narkoba dan mengatakan Amerika Serikat akan melakukan bagiannya untuk menanggulangi permintaan Amerika akan narkoba dan arus senjata dan uang tunai di perbatasan. Ia mengatakan demikian setelah bertemu dengan Presiden Calderon di Kota Meksiko.

    Obama mengatakan ia menghendaki Kongres Amerika menyetujui perjanjian yang membatasi ekspor senjata Amerika ke negara-negara Amerika Latin dan terus mendanai program yang akan memberi kepada Meksiko helikopter militer untuk membantu perang narkoba.

    Barangkali kami salah dan mohon maaf jika kami memang salah, rasanya pernyataan terbuka Presiden Obama di Meksiko tentang PERANG MELAWAN NARKOBA ini adalah pernyataan terbuka pertama sejak ayah dari 2 anak ini resmi menjabat sebagai PRESIDEN AS yang ke-44.

    Tapi, entah itu memang pernyataan terbuka yang pertama atau yang ke berapapun juga, satu hal yang disayangkan dari Presiden Obama.

    Apakah kerjasama dan konsistensi AS dalam memerangi NARKOBA itu hanya ditujukan kepada Meksiko ?

    Tidakkah Obama mengetahui atau menyadari bahwa negara-negara lain di dunia ini, sungguh juga ingin agar AS dengan sangat sungguh-sungguh memberikan bantuan yang serius dan kuat sekali dalam memerangi NARKOBA ?

    Termasuk Indonesia, cq MABES POLRI, tentu memerlukan dukungan yang lebih kuat dari AS dalam memerangi NARKOBA.

    Dari Situs Resmi MABES POLRI (WWW.POLRI.GO.ID) diperoleh data resmi hasil kerja Jajaran Direktorat IV (Narcotics And Organized Crimes) Bareskrim POLRI pada pertengahan April 2009 ini bahwa kasus tindak pidana narkoba periode 2009 yang berhasil ditangani sampai bulan Februari 2009 adalah 803 kasus narkoba dengan penetapan status tersangka kepada 1068 orang, kasus psikotropika sebagai 973 dengan jumlah tersangka 1299 orang.

    Tentu kinerja yang sebaik ini memang pantas dihargai.

    Dan yang perlu ditekankan juga kepada MABES POLRI adalah kesungguhan dalam pemberantasan narkoba itu sendiri. Artinya, tidak dibiarkan jika patut dapat diduga ada oknum-oknum didalam internal MABES POLRI yang justru terlibat dalam perdagangan gelap narkoba di tingkat nasional dan internasional.

    Jangan dibiarkan juga, jika patut dapat diduga ada oknum POLRI yang “main mata” dengan oknum KEJAKSAAN dalam melakukan kongkalikong untuk meraup uang panas dari kasus-kasus narkoba dengan seribu satu macam akal busuk yang dirancang dan disepakati bersama.

    Jangan dibiarkan juga, jika patut dapat diduga ada permainan pada pasal-pasal yang bisa ditetapkan dalam kasus narkoba dan dari pemilihan pasal-pasal hukum itu dapat diraup keuntungan yang tak ternilai harganya.

    Jangan dibiarkan juga, jika patut dapat diduga bergelimpangannya barang bukti narkoba menjadi sasaran empuk oknum polisi dan jaksa untuk menjualnya kembali ke “pasaran” atau mengkonsumsinya sendiri.

    Jangan dibiarkan juga, jika patut dapat diduga ada bandar dan mafia narkoba kelas KAKAP (bahkan kelas IKAN HIU dan IKAN PAUS) yang diloloskan dari jerat hukum oleh oknum PERWIRA TINGGI POLRI.

    Dalam hal ini contoh yang sangat nyata adalah kasus bandar dan mafia narkoba LIEM PIEK KIONG alias MONAS, yang patut dapat diduga sudah 3 kali berturut-turut diloloskan dari jerat hukum yang memungkinkan diri si bandar keparat ini mendapatkan VONIS MATI dari majelis hakim.

    Bayangkan, bandar dan mafia narkoba MONAS ini terakhir kali ditangkap JAJARAN POLRI pada bulan Agustus 2007 di Apartemen Taman Anggrek Jakarta Barat dengan barang bukti 1 JUTA PIL EKSTASI.

    Dari 9 orang yang ditangkap, hanya 3 orang saja yang diajukan oleh PENYIDIK POLRI kepada pihak KEJAKSAAN dan ketiga telah mendapatkan VONIS MATI dari majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Salah seorang diantara yang mendapatkan VONIS MATI itu adalah CECE (isteri dari bandar dan mafia narkoba MONAS) yang saat ini ditahan di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur dan dari balik jeruji besi tetap mengendalikan perdagangan gelap narkoba.

    Sedangkan yang 6 orang (salah seorang diantaranya adalah MONAS, sang bandar dan mafia pemilik1 JUTA PIL EKSKTASI itu) justru dibebaskan dari jerat hukum pada kasus narkoba Taman Anggrek. Lalu yang 5 orang lainnya itu adalah sekelas MONAS juga alias rekan sesama bandar dan mafia narkoba, dimana sampai detik ini MONAS dan kelima bandar keparat itu tak pernah lagi kelihatan batang hidungnya pasca penangkapan di Apartemen Taman Anggrek (November 2007).

    Sebenarnya, betapa malunya kita sebagai sebuah bangsa bahwa ada fakta seperti ini di Indonesia.

    Sebenarnya, betapa malunya kita sebagai sebuah bangsa bahwa patut dapat diduga seorang PERWIRA TINGGI POLRI yang ditugasi memberantas narkoba di negeri ini malah menjadi BEKING UTAMA dari sindikat para bandar dan mafia narkoba internasional.

    Sedihnya lagi, oknum PERWIRA TINGGI POLRI yang patut dapat diduga menjadi beking utama tersebut justru merupakan KOLEGA dari Aparat Penegak Hukum AS (terutama FBI dan DEA). Sehingga, pada era pemerintahan Presiden Barack Obama, FBI dan DEA harus membuka matanya secara lebar-lebar (Please open your eyes, man !) agar mulai detik ini mereka memasukkan nama oknum PERWIRA TINGGI yang patut dapat diduga sebagai beking dari sindikat bandar dan mafia narkoba internasional itu ke dalam daftar hitam AS atau di-black list.

    Jika patut dapat diduga ada segelintir orang dalam internal POLRI dan KEJAKSAAN yang melakukan penyimpangan dan pelanggaran hukum maka perbuatan mereka tidak bisa digenelarisir sebagai kelemahan kesalahan atau kekurang-seriusan MABES POLRI dan KEJAKSAAN sebagai institusi dalam menangani kasus-kasus narkoba.

    MABES POLRI sebagai institusi adalah sebuah lembaga hukum yang sepenuhnya harus didukung oleh semua pihak dalam menangani kasus-kasus tindak pidana narkoba di negeri ini. Begitu juga halnya dengan KEJAKSAAN.

    MABES POLRI sebagai institusi adalah sebuah lembaga hukum yang sepenuhnya juga perlu tetap didukung secara kuat oleh AS, dalam hal ini sepanjang masa pemerintahan Presiden Barack Obama.

    Walau ada beberapa kelemahan disana-sini, semua itu sangat wajar dalam perjalanan hidup sebuah bangsa seperti INDONESIA. Artinya, Presiden Obama tak perlu ragu untuk juga mengarahkan pandangannya dalam bekerjasama dengan INDONESIA untuk memerangi NARKOBA.

    Selain tetap membangun kerjasama dan dukungan penuh untuk kelanjutan penanganan terorisme yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (sudah bukan saatnya lagi isu terorisme dijadikan komoditi “bombastis”), AS tetap dapat meningkatkan kerjasama di bidang penanganan narkoba.

    Seruan Obama dari Meksiko tentang konsistensi AS dalam memerangi narkoba, patut dihargai.

    Dan ini membuat harapan dunia kepada figur Obama menjadi lebih besar untuk membuat kehidupan ini menjadi baik.

    Obama dengan kedigdayaan AS, diharapkan akan menjadi motor untuk membuat PERUBAHAN (CHANGE) juga ke arah yang jauh lebih mensejahterakan kehidupan manusia.

    Walau di Indonesia ini, pemerintahnya patut dapat diduga melindungi beking dari sindikat para bandar dan mafia narkoba internasional (semacam Liem Piek Kiong alias MONAS), tetapi Obama tak perlu ragu untuk tetap membantu Indonesia dengan segala potret realita yang tak begitu menyenangkan ini.

    Saat mendengar kabar bahwa Presiden Obama menyatakan AS melanjutkan PERANG MELAWAN NARKOBA dengan memberikan dukungan kepada Meksiko, hati ini rasanya menjadi lebih bangga dan ikut senang.

    Sebab, Presiden Obama pasti akan mewujudkan janji dukungan itu secara nyata.

    Dalam hal pemberantasan NARKOBA ini, keseriusan Obama yang saat ini menjadi orang nomor satu di AS, membuat kami teringat pada sebuah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Michael Jackson. Obama dan AS diharapkan melanjutkan terus dukungan dan bantuan mereka yang seluas-luasnya kepada negara mana saja (termasuk INDONESIA) dalam melakukan PERANG TERHADAP NARKOBA.

    Yes, you can also CHANGE the world, Mr President.

    Make it better place … for you and for me !

    Dan sambil menyendiri, entah dimanapun juga, barangkali baik untuk Obama untuk mendengarkan lagu Michael Jackson tadi (HEAL THE WORLD) :

    There’s A Place In
    Your Heart
    And I Know That It Is Love
    And This Place Could
    Be Much
    Brighter Than Tomorrow
    And If You Really Try
    You’ll Find There’s No Need
    To Cry
    In This Place You’ll Feel
    There’s No Hurt Or Sorrow
    There Are Ways
    To Get There
    If You Care Enough
    For The Living
    Make A Little Space
    Make A Better Place

    Reff :
    Heal The World
    Make It A Better Place
    For You And For Me
    And The Entire Human Race
    There Are People Dying
    If You Care Enough
    For The Living
    Make A Better Place
    For You And For Me
    If You Want To Know Why
    There’s A Love That
    Cannot Lie
    Love Is Strong
    It Only Cares For
    Joyful Giving
    If We Try
    We Shall See
    In This Bliss
    We Cannot Feel
    Fear Or Dread
    We Stop Existing And
    Start Living

    Then It Feels That Always
    Love’s Enough For
    Us Growing
    So Make A Better World
    Make A Better World…

    (MS)

    Bendera Merah Putih
    Ode Untuk Presiden Barack Obama Yang Menghapuskan Motto Kalimat PERANG MELAWAN TEROR
    Presiden Barack Obama (Foto : Whitehouse.Gov)

    Presiden Barack Obama (Foto : Whitehouse.Gov)

    Jakarta, 3 April 2009 (KATAKAMI) Selalu ada kejutan dari seorang Barack Hussein Obama. Ia sangat tak terduga. Benar-benar tak terduga. Bahkan dalam menjajaki tangga karier politiknya, Obama tak mau jadi politisi kejutan yang baru sibuk kampanye dan “teriak-teriak” berorasi secara dadakan hanya untuk untuk meraih kemenangan.

    Semua direncanakan, dilaksanakan dan diupayakan secara cerdas Oleh Obama.Dan kali ini, ia mengambil sebuah keputusan yang bijaksana. Motto utama dari KABINET BUSH selama bertahun-tahun yaitu kalimat “PERANG MELAWAN TEROR” dihapuskan secara total oleh Obama.

    Tapi, bukan berarti Obama menghapuskan konsistensi AS dalam menangani dan memberantas masalah terorisme. Yakinlah bahwa penanganan dan pemberantasan terorisme akan tetap dilanjutkan oleh Pemerintah AS tetapi sedapat mungkin harus sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku. Tak bisa lagi semena-mena atau menghalalkan semua cara.

    Dan penghapusan kalimat PERANG MELAWAN TEROR itu adalah kabar baru yang mengejutkan. Itu juga menjadi angin segar yang akan membawa dunia ke arah lebih manusiawi dan kondusif. Pasti, tidak mudah bagi Presiden OBAMA untuk mengumumkan kebijakan seperti ini karena bisa disalah-artikan. Tetapi ayah dari 2 anak ini berani mengambil keputusan. Semuanya itu, pasti demi bersinarnya lagi kemilau kedigdayaan bangsa AMERIKA SERIKAT yang sepenuhnya menghormati, mentaati dan konsisten menjalankan nilai-nilai Kemanusiaan, Hukum dan HAM.

    Bayangkan, atas nama PERANG MELAWAN TEROR, Bush menghalalkan semua cara untuk melakukan invasi militer ke sejumlah negara yaitu Afghanistan dan Irak. Atas nama PERANG MELAWAN TEROR, Bush memerintahkan dibukanya Penjara yang patut dapat diduga menjadi ladang penyiksaan bagi siapa saja yang dicurigai AS sebagai TERORIS yaitu Penjara Guantanamo.

    Tanpa ada proses hukum dan tanpa perlu mengikuti kaidah-kaidah hukum, ratusan orang diseret untuk dibantai disana. Betapa malunya AS, foto-foto penyiksaan itu bocor melalui kecanggihan teknologi. Dan tanpa disadari, kegarangan dan keganasan itu menimbulkan kebencian, antipati dan jungkir baliknya respek semua bangsa bangsa serta umat manusia di seluruh dunia terhadap AS.

    Atas nama PERANG MELAWAN TEROR, Bush menghamburkan uang negara untuk membantu siapa saja dan negara mana saja yang dianggap bisa mengadopsi motto “PERANG MELAWAN TEROR” sehingga BUSH tidak “kesepian” dengan mimpi buruknya yang sangat berkepanjangan. AS seakan tersentak disaat menyadari bahwa negara mereka mengalami krisis keuangan yang sangat parah pada era kekinian.

    Padahal jika BUSH mau atau bisa sedikit saja mengendalikan amukan dan gejolak emosi yang meletup-letup dalam penanganan terorisme, AS bisa berhemat secara luar biasa dalam anggaran negara.

    Peledakan Hotel JW Marriot Jakarta, 6 hari sebelum diserahkannya HAMBALI ke Pihak AS

    Satu contoh kecil saja, saat teroris Hambali ditangkap di Thailand tgl 11 Agustus 2003. Kabarnya Pemerintah AS memberikan bonus uang USD 4 Juta untuk Pemerintah Thailand. Untuk apa ? Ya, untuk menjadi tanda terimakasih atas “keluguan” Thailand mau menyerahkan ke AS teroris yang berutang sangat banyak kasus tindak pidana terorisme di INDONESIA yaitu Hambali

    Kenapa tidak diserahkan ke Indonesia, tetapi malah ke AS ?

    Dan beberapa waktu lalu, kami coba untuk mempelajari data dan catatan di berbagai media massa. Proses penyerahan Hambali kepada Pihak AS menjelang akhir bulan Agustus 2003, terpaut sekitar 6 hari sesudah peledakan bom di Hotel JW Marriot Jakarta (Agustus 2003).

    Kita tentu masih ingat kontroversi yang terjadi pada saat itu bahwa patut dapat diduga rencana peledakan itu sudah “bocor” duluan ke telinga Pihak AS sehingga pemesanan kamar dari rombongan AS dibatalkan menjelang hari naas.

    Seandainya boleh ditarik benang merah dan dipertanyakan (walau sangat terlambat mempertanyakan hal ini), mengapa petinggi Anti Teror yang memang tahu bahwa Hambali adalah otak pelaku dan termasuk dalang utama semua aksi peledakan bom di Indonesia sejak peristiwa bom malam natal bisa “santai-santai saja” saat termonitor Hambali ditangkap ?

    Padahal biasanya apa saja bisa langsung cepat tahu ? Mengapa bisa sangat kebetulan sekali, yaitu 2 minggu sebelum Hambali “dihadiahkan” Pemerintah Thailand kepada Pemerintah Bush, terjadi “lagi” peledakan bom di Indonesia ?

    Yurisdiksi hukum dari penindakan hukum bagi seorang Hambali adalah di Indonesia dan agak aneh sebenarnya mengapa Thailand bisa dengan sangat aman sentosa menyenangkan hati Bush (tanpa ada sedikitpun berkoordinasi dengan Tim Anti Teror ?).

    Sampai langit ini runtuh, Indonesia tak akan bisa memaafkan jika patut dapat diduga ada sesuatu yang memang sangat misterius dibalik peristiwa itu.

    Dalam artian, jika patut dapat diduga ada OKNUM-OKNUM yang belagak tidak tahu bahwa “mangsa utama” penanganan terorisme di Indonesia sudah diciduk oleh kolega mereka tetapi belagak pilon saja agar berjalan lancar proses penyerahan itu kepada AS.

    Jika Pemerintah Thailand saja dikabarkan mendapat dana sekitar USD 4 juta, patutkah dapat diduga ada OKNUM-OKNUM tertentu yang mendapat “angpao” juga agar seolah-olah memang tidak tahu samasekali proses tertangkapnya Hambali di Thailand karena memang sangat sibuk terhadap penanganan aksi peledakan bom di Marriot ?

    Tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang terjadi, kecuali … ?

    Siluet sketsa wajah HAMBALI

    Agustus 2003, setelah Pemerintah Thailand menyerahkan Hambali maka tidak lama setelah itu dengan bangganya BUSH mengumumkan kepada dunia internasional bahwa seorang teroris paling berbahaya sudah berhasil ditangkap.

    Sejak itu, HAMBALI seakan menjadi “executive member” atau anggota istimewa di Penjara Guantanamo.

    Dan setelah hampir 6 tahun mendekam disana, kabar terakhir yang beredar adalah pria kelahiran Cianjur ini sudah memegang paspor sebagai warga negara Spanyol. Selama berada di Guantanamo, tidak ada satupun proses hukum yang dilakukan terhadap Hambali.

    Bahkan POLRI tidak pernah diizinkan mendapatkan akses untuk bertemu Hambali di Guantamo. Padahal Hambali adalah otak pelaku alias dalang dari sejumlah aksi peledakan bom di Indonesia.

    Kabar tentang diberikannya paspor Spanyol kepada HAMBALI memberikan indikasi bahwa dalam rangka penutupan Penjara Guantanamo per bulan Januari 2010 mendatang, maka besar kemungkinan HAMBALI akan ditransfer ke Spanyol untuk menjadi tahanan di negara itu.

    Saat ini, AS memang gencar melobi sejumlah negara untuk mau menampung sisa dari tahanan-tahanan Guantanamo. Sebab, sebagian besar memang dipulangkan ke negaranya masing-masing.

    Patut dapat diduga, fakta bahwa HAMBALI adalah petinggi Al Qaeda Asia dan Hambali jugalah yang berada dibalik sebagian besar aksi peledakan bom (terutama di Indonesia yaitu sejak peledakan bom malam Natal tanggal 24 Desember 2000), tampaknya benar-benar menjadi faktor pertimbangan AS untuk tetap “menunda” mudiknya HAMBALI ke Indonesia.

    Jika HAMBALI diekstradisi ke Indonesia, ia juga tak akan pernah bisa luput dari proses penegakan hukum di Indonesia.

    Sebab, Hambali berutang sangat banyak kepada bangsa, negara dan rakyat Indonesia karena sudah meluluh-lantakkan nilai-nilai peradaban di negara ini lewat serangkaian aksi peledakan bom.

    Kembali pada kebijakan Presiden OBAMA untuk menghapus kalimat “PERANG MELAWAN TEROR” dalam agenda resmi pemerintahan mereka dalam menangani sektor keamanan nasional atau National Security”, sekali lagi kebijakan Presiden Obama ini jangan diartikan bahwa AS akan berhenti memerangi terorisme.

    AS pasti akan tetap konsisten untuk menangani tindak pidana terorisme !

    Namun, konsistensi itu akan disesuaikan dan dikembalikan kepada “rel” yang sebenarnya yaitu melakukan proses penegakan hukum tetapi bukan dengan melanggar hukum itu sendiri.

    Metode interogasi ala WATER CANON yang diadopsi PEMERINTAHAN BUSH

    Metode interogasi ala WATER BOARDING yang diadopsi PEMERINTAHAN BUSH

    Contoh yang bisa diambil bahwa Presiden Obama tidak ingin ada tindakan yang melawan hukum dari aparatnya sendiri dalam proses hukum kasus terorisme adalah dengan dihapuskannya juga metode interogasi lewat cara WATER BOARDING yaitu menyiramkan air sebanyak-banyaknya ke arah muka (kepala) si “teroris” ke dalam air sampai benar-benar nyaris kehabisan nafas agar mau mengakui.

    Cara penyiksaan yang tidak manusiawi seperti itulah yang dipakai oleh aparat PEMERINTAH BUSH selama ini dalam menangani orang yang dituduh sebagai teroris.

    Hukum adalah hukum. Law is law.

    Dan Presiden OBAMA menyadari bahwa penegakan hukum yang semurni-murninya adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh kabinetnya saat ini.

    Ambruknya derajat dan martabat AS karena beberapa tahun terakhir ini dituding sebagai negara yang paling keji dalam memperlakukan para tahanannya adalah buah dari motto kalimat “PERANG MELAWAN TEROR” tadi.

    Contoh lain yang bisa diambil tentang kebrutalan terkait penanganan terhadap para tahanan (bukan tawanan tetapi tahanan !), adalah oknum Sersan yang akhirnya divonis pidana kurungan selama 35 tahun oleh Mahkamah Militer AS pada awal pekan ini. Sersan itu dengan “enaknya” menembak mati 4 orang tahanan di Irak dengan cara menembak para tahanan itu dari bagian belakang batok kepala.

    Dan dalam kaitan misi pengembalian penanganan tindak pidana terorisme pada proses hukum yang “murni” di AS, maka kebijakan Presiden Obama menghapuskan kalimat “PERANG MELAWAN TEROR” itu menjadi sebuah tanda dan pemberitahuan bagi negara-negara lain atau pihak manapun (OKNUM orang-perorang) yang selama ini “tidak sadar” bahwa perilaku mereka jauh lebih buruk dari AS dalam menangani masalah terorisme.

    Misalnya saja, ikut-ikutan juga menangkapi siapa saja yang dicurigai sebagai teroris. Main ciduk saja dan mengumumkan bahwa ia sudah menangkap teroris sekian ratus orang. Padahal belum tentu yang ditangkapi itu adalah teroris atau terbukti bersalah melakukan tindak pidana terorisme.

    Terpidana Teroris ALI IMRON yang sudah divonis penjara seumur hidup malah dipinjam dari tahun 2003

    Tapi supaya kelihatan keren dan hebat dimata Pimpinan, Pemerintah Indonesia dan bahkan dimata Pemerintah AS serta dunia internasional, maka diseret saja siapapun yang bisa diseret atas nama penanganan terorisme. Lalu, langsung diumumkan kepada media massa bahwa orang yang ditangkap dengan nama si A, si B dan si C adalah teroris jaringan tertentu.

    Padahal belum tentu demikian. Tapi tidak ada yang bisa memprotes selama ini karena seolah-olah OKNUM Petinggi tertentu dalam penanganan terorisme di Indonesia ini, yang paling berhak tahu dan menangani masalah terorisme tersebut.

    Ingat, pembuktian tentang bersalah atau tidaknya seseorang yang bermasalah dengan “hukum” adalah saat majelis hakim mengetuk palu dengan memberikan vonis kepada masing-masing terdakwa (apakah terdakwa itu terbukti bersalah atau justru sebaliknya).

    Jadi sebelum ada vonis dari majelis hakim, maka prinsip hukum tentang asas praduga tak bersalah atau presumption of innocent wajib dihormati dan dilaksanakan.

    Bukan tidak mungkin, Presiden Obama saat ini akhirnya tahu bahwa akibat gembar-gembor dan perilaku yang “over acting” (berlebihan) akibat motto “PERANG MELAWAN TEROR” tadi, sejumlah OKNUM yang selama bertahun-tahun mendapatkan berbagai pelatihan atau bantuan teknis untuk meningkatkan kemampuan dalam menangani terorisme di negaranya masing-masing, justru menyalah-gunakan semua atensi, ilmu dan kemampuan yang didapatkan berdasarkan kebaikan hati AS.

    Bayangkan saja, maksud AS sebenarnya memberikan semua bantuan itu agar dalam upaya penanganan terorisme itu bisa lebih tajam dan membuahkan hasil yang nyata.

    Tetapi patut dapat diduga, ada dampak yang sangat fatal yaitu semua “ilmu” itu ada yang justru disalah-gunakan atau dipraktekkan kepada pihak lain yang tidak bersalah samasekali.

    Entah itu jenis ilmu dan kemampuan teknis apapun yang serba canggih dari Penyidik-Penyidik AS Dinas Intelijen Rahasia AS (CIA) atau Biro Investigasi Federal (FBI).

    Siapa bilang, semua ilmu dan kemampuan teknis itu tidak mungkin disalah-gunakan ?

    Segala sesuatu mungkin saja dilakukan dan patut dapat diduga di Indonesia inipun penyalah-gunakan itu ada dilakukan oleh OKNUM orang per orang (sekali lagi, yang patut dapat diduga menyalah-gunakan itu adalah OKNUM yang merasa paling jago dalam hal penanganan terorisme di Indonesia selama ini).

    siapa yang mendanai pembuatan BUKU MEMOAR karya terpidana teroris ALI IMRON ?

    Dilatih dan diajari untuk melacak keberadaan teroris menggunakan kecanggihan teknologi misalnya, entah itu dari alat penyadap telepon (intercept) dan teknologi pada dunia maya (cyber media) ternyata ilmu yang sangat “rahasia” ini malah digunakan untuk merugikan pihak lain yang nyata-nyata bukan teroris.

    Privacy atau wilayah pribadi orang lain, serta hak-hak yang sangat mendasar dari warga sipil tak bersenjata, menjadi diobrak-abrik kalau misalnya patut dapat diduga ada OKNUM yang asyik saja menyalah-gunakan semua “ilmu, alat dan kemampuan teknisnya” selama ini yang diperoleh dari Pihak AS.

    Apalagi karena pembuktian dari semua “kejahatan siluman” bersifat sangat absurd dan memang sulit pembuktiannya di lapangan, maka patut dapat diduga merajalela semua penyalah-gunaan itu dalam aplikasinya pada kehidupan sehari-hari.

    Yang repotnya lagi, atas nama penanganan terorisme dan predikat sebagai pelaku-pelaku gerakan intelijen maka patut dapat diduga OKNUM-OKNUM yang memang memiliki akses penyadapan dan kecanggihan teknologi untuk sektor keamanan nasional akan saling menjegal dan saling meniru dalam hal melakukan perbuatan melawan hukum karena didorong rasa rivalitas yang sangat tinggi.

    Tidak ada yang menjamin bahwa semua perangkat penyadapan dan kecanggihan teknologi itu digunakan secara baik dan benar !

    Tidak ada pengawasan yang bisa dipertanggung-jawabkan secara hukum karena masing-masing kubu tak akan pernah bisa diakses oleh pihak luar yang punya otoritas hukum melakukan penindakan jika itu menyalahi aturan perundang-undangan !

    Sehingga, patut dapat diduga dibebaskannya OKNUM-OKNUM menggunakan semua itu seenaknya sendiri tanpa ada pengawasan yang ketat, bisa membuka peluang bagi terciptanya proses kudeta atau perbuatan melawan hukum lainnya dengan dibantu peralatan penyadapan dan kecanggihan teknologi yang dibeli sangat mahal oleh negara untuk penanganan terorisme.

    AS, terutama Presiden OBAMA, tentu sekarang merasa bersalah jika patut dapat diduga ada penyalah-gunaan ilmu dan peralatan penanganan anti teror di negara-negara lain yang dalam masa keemasan prinsip PERANG MELAWAN TEROR, diberi keutamaan dan fasilitas dalam menyerap ilmu dan bergelimpangannya “dolar” dari kabinet BUSH dalam upaya memberantas tindak pidana terorisme.

    AS, terutama Presiden OBAMA, tentu merasa bersalah juga jika akhirnya bangsanya sendiri yang bangkrut karena selama bertahun-tahun lamanya memposisikan diri seperti “sinterklas” yang mudah memberikan dan membantu apa saja tanpa ada batasan limit.

    Padahal patut dapat diduga, ada juga bantuan keuangan itu yang masuk ke kantong pribadi orang per orang yang terlibat langsung di lapangan dalam penanganan terorisme di berbagai negara.

    Satu hal yang perlu dibuka misterinya kepada seluruh rakyat Indonesia adalah berapa dan mana pertanggung-jawaban dari semua dana bantuan dalam penanganan terorisme di Indonesia dari negara asing ?

    Jika selama ini ada Petinggi-Petinggi Anti Teror atau Perwira Menengah yang mendapatkan pelatihan demi pelatihan, perjalanan dinas dalam rangka pendidikan anti teror atau hal ihwal apapun yang terjalin atas nama kerjasama penanganan terorisme (terutama dari Pihak AS), berapa nilai total dari semuanya itu selama kurun waktu 6 tahun terakhir ?

    Rakyat Indonesia berhak tahu karena kebaikan hati Pemerintah AS itu diberikan dalam rangka kerjasama penanganan terorisme antara AMERIKA SERIKAT DAN INDONESIA, bukan dengan orang per orang.

    Ini harus dicamkan baik-baik !

    Sehingga, siapa saja yang selama ini menikmati dan mendapatkan semua fasilitas, uang, alat, pendidikan, pelatihan dan semua jenis bantuan dari Pemerintah AS selama kurun waktu 6 tahun terakhir harus bisa (dan wajib hukumnya) bisa mempertanggung-jawabkan semua itu kepada rakyat Indonesia.

    Dan kalau mau kejam sedikit dan sangat tajam mengupas tuntas misteri aksi terorisme ini, patut dapat diduga ada juga aksi peledakan bom itu yang bukan dilakukan oleh kalangan teroris itu sendiri alias direkayasa.

    Ini bukan mustahil sebab semua hasil penyidikan dan setumpuk barang bukti yang diserahkan misalnya, memungkinan oknum-oknum tertentu meniru gerak, langkah dan strategi kalangan teroris itu sendiri.

    Hanya Tuhan yang tahu dan biarlah itu menjadi tanggung-jawab dari oknum masing-masing antara diri mereka kepada Sang Pencipta jika ternyata hal semacam ini ada terjadi di belahan dunia ini.

    Sketsa wajah oknum perwira tinggi yang patut dapat diduga meloloskan ALI IMRON agar tidak terkena mati, lalu pura-pura dipinjam dari LP Krobokan Bali dari mulai tahun 2003 sampai saat ini. Bahkan, patut dapat diduga mendanai ALI IMRON hidup berkemewahan dari hotel ke hotel dan apartemen mewah, serta membuatkan buku memoar serba luks untuk ALI IMRON. Ada apa sebenarnya antara oknum perwira tinggi ini dengan JARINGAN TERORISME ?

    Sketsa wajah oknum perwira tinggi yang patut dapat diduga meloloskan ALI IMRON agar tidak terkena mati, lalu pura-pura dipinjam dari LP Krobokan Bali dari mulai tahun 2003 sampai saat ini. Bahkan, patut dapat diduga mendanai ALI IMRON hidup berkemewahan dari hotel ke hotel dan apartemen mewah, serta membuatkan buku memoar serba luks untuk ALI IMRON. Ada apa sebenarnya antara oknum perwira tinggi ini dengan JARINGAN TERORISME ?

    Lalu, satu hal yang perlu disampaikan kepada Presiden OBAMA, apakah AS bisa memahami dan menerima dengan lapang dada bahwa anggaran keuangan negara mereka yang selama ini diberikan kepada INDONESIA dalam penanganan terorisme, berjalan dengan timpang dalam kasus peminjaman terpidana ALI IMRON ?

    Terpidana kasus Bom Bali I ini, bisa luput dari vonis mati hanya karena dianggap bisa bekerjasama. Lalu, ia mendapatkan vonis pidana kurungan (penjara) seumur hidup. Tapi apa yang terjadi ?

    Ali Imron, dipinjam dari LP Krobokan sejak ia menerima vonis dari majelis hakim tahun 2003 dan tidak pernah lagi dikembalikan ke penjara. Teroris yang merupakan pelaku utama dari Bom Bali I ini justru dibiayai oleh OKNUM Petinggi Anti Teror untuk hidup serba mewah dan dibuatkan buku otobigrafi yang sangat lux.

    Apa yang bisa dibanggakan dari tindakan OKNUM Petinggi Anti Teror yang seperti ini ? Sangat memalukan ! Benar-benar memalukan dan keterlaluan.

    Kalau misalnya sekarang, rakyat AS tahu bahwa dana yang digelontorkan oleh negara mereka untuk penanganan terorisme di Indonesia ini, justru dinikmati juga oleh seorang teroris paling “berbahaya” yaitu hidup berkemewahan dengan fasilitas penuh yang sempurna ?

    Dimana konsistensi dari penegakan hukum karena korban yang masih hidup dari peledakan BOM BALI I saja, sampai saat ini banyak yang harus hidup menderita dalam keadaan cacat permanen ?

    Sementara Ali Imron, ia berleha-leha bagaikan konglomerat muda yang serba bergelimpangan harta.

    Tahukah Presiden OBAMA bahwa tindakan semacam ini yaitu kesewenang-wenangan dengan memberikan kemewahan dan kebebasan yang absolut kepada teroris sekotor Ali Imron ini adalah sebuah bentuk pengingkaran dan pengkhianatan terhadap misi penanganan terorisme ?

    Ali Imron harus dikembalikan ke dalam penjara, tidak bisa tidak !

    Kalau perlu, Petinggi Anti Teror yang selama ini seenaknya saja menggunakan keuangan negara atau bantuan dari negara lain untuk membiayai teroris Ali Imron hidup berkemewahan harus diseret ke muka hukum untuk mempertanggung-jawabkan tindakannya yang sangat memalukan Indonesia. Jangan bicara soal keberhasilan penanganan terorisme kalau teroris yang harusnya bertanggung-jawab terhadap kasus Bom Bali I saja, justru dibiayai hidup berkemewahan.

    Ada apa dibalik semuanya itu ?

    Bahkan sudah saatnya, KABINET OBAMA menelusuri hal ini, yaitu apakah ada dana bantuan dari AS yang disalah-gunakan untuk membiayai hidup Ali Imron secara berkemewahan !

    Dan Presiden OBAMA perlu “memasang mata dan telinga” dari Pemerintahan yang dipimpinnya saat ini apakah patut dapat ddiuga ada OKNUM tertentu yang selama bertahun-tahun ini mendapatkan bantuan dari AS dalam menangani terorisme, menjadi milyuner atau bahkan triyuner dari hasil komiditi dagang di bidang penanganan terorisme ?

    Semua mungkin saja terjadi ! Dan karena belum terbongkar maka rakyat Indonesia belum tahu apa sebenarnya yang terjadi

    Tragedi serangan 11 September 2001 di AS, sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan hati dan memprihatinkan. Tak cuma bagi AS, tapi bagi bangsa-bangsa didunia

    Tragedi serangan 11 September 2001 di AS, sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan hati dan memprihatinkan. Tak cuma bagi AS, tapi bagi bangsa-bangsa didunia

    Dibalik keputusan Presiden Obama untuk menutup Penjara Guantanamo dan meluruskan penanganan terorisme itu sendiri agar sesuai dengan kaidah hukum, maka tampaklah keseriusan KABINET OBAMA untuk melakukan hal-hal yang memang semestinya dilakukan selama ini.

    Dan semua pihak harus menghargai niat baik dari Presiden OBAMA.

    AS tak akan pernah mungkin menghapuskan sejarah kelam terkait Tragedi Serangan 11 September 2001. Serangan itu adalah aksi teror yang paling biadab dan sangat “tak termaafkan” sebenarnya. Tetapi tak ada negara manapun di dunia ini yang bisa dibiarkan main hakim sendiri atau menerapkan hukum rimba di negara mereka.

    Hukum adalah hukum. Law is Law.

    Penanganan terhadap tindak pidana terorisme memang harus tetap dilanjutkan dan diteruskan.

    Ini tidak boleh berhenti hanya sampai disini. Kewaspadaan tetap harus dilakukan karena sedikit saja lengah maka kalangan teroris yang sedang “tiarap” itu bisa kumat sakit moralnya.

    Kerjasama antara AS dan negara-negara manapun di dunia ini dalam penanganan terorisme juga harus tetap dilanjutkan dan diteruskan. Tetapi, jangan lagi dibuat sangat absolut atau tidak terbatas. Semua harus terukur, terarah dan bisa dipertanggung-jawabkan.

    AS, khususnya Presiden OBAMA, juga harus menertibkan berbagai ilmu atau produk apapun yang selama bertahun-tahun lamanya disebar atau diberikan ke sejumlah pihak dalam misi PERANG MELAWAN TEROR tadi, tetapi terindikasi telah disalah-gunakan.

    Harus ada terobosan yang sifatnya tertib hukum dalam penggunaan ilmu atau produk apapun yang berasal dari AS untuk penanganan terorisme yang disalah-gunakan tadi.

    Sebab, jika patut dapat diduga ada pihak tertentu atau OKNUM tertentu orang perorang yang menyalah-gunakannya kepada warga sipil tak bersenjata (padahal AS mentransfer ilmu dan memberikan bantuan material apapun juga untuk penanganan terorisme), maka penyimpangan ini sangat layak dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Dalam hal itulah, AS harus mulai melacak secara cermat dan seksama, apakah memang ada hal-hal semacam ini terjadi di mana saja !

    Harus Presiden OBAMA yang memberikan perintah langsung tentang penertiban semua itu agar seluruh perangkat dibawahnya tunduk dan patuh kepada perintah kepala negara negara.

    Dengan demikian, akan mudah melakukan penelusuran dan pembuktian terhadap semua penyimpangan atau penyalah-gunaan itu.

    Menteri Luar Negeri Hillary Clinton

    Menteri Luar Negeri Hillary Clinton

    Berbicara di Den Haag (Belanda), pengumuman tentang penghapuskan kalimat atau motto “PERANG MELAWAN TEROR” tadi disampaikan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.

    Peran Hillary juga pasti ada dalam misi pelurusan kembali penanganan terhadap terorisme ini.

    Menurutnya, Pemerintahan Bush yang telah digantikan oleh Presiden Obama memutuskan penghapusan frasa penggunaan kalimat “PERANG MELAWAN TEROR” antara lain karena dijadikan alat pembenaran untuk melakukan intervensi ke Irak dan pemenjaraan tahanan tersangka pelaku teror di Guantanamo, Kuba, dan banyak penjara rahasia CIA di luar negeri.

    Tentu Indonesia juga harus menyambut baik kebijakan ini. Semoga saja, ini akan membawa dunia ke arah yang lebih baik.

    Tetapi, pasca diberlakukannya kebijakan ini maka yang perlu diwaspadai bersama adalah dampaknya. Entah dari kalangan teroris itu sendiri, atau dari OKNUMtertentu yang merasa kehilangan “lahan rezeki nomplok” karena patut dapat diduga sudah terlanjur menjadikan isu terorisme menjadi “komoditi dagang”.

    Jangan diberi ampun kepada siapa saja yang mencoba untuk bermain-main dengan keselamatan, keamanan dan ketentraman dunia. Tapi jangan dibiarkan ada yang bermain-main dengan segala arogansi penuh rekayasa.

    Presiden Obama sekeluarga

    Presiden Obama sekeluarga

    Ode adalah sebuah nyanyian tentang penghargaan dan pujian kepada seseorang yang telah melakukan sesuatu yang baik.

    Dalam hal ini, Presiden Obama dengan sangat bijaksana telah melakukan terobosan yang niscaya akan membantu secara sungguh-sungguh membawa dunia ke arah yang jauh lebih baik.

    Thank you very much, Mr President !

    (MS)

    1 a flags_135

    Misteri Angka Satu Dari Presiden Barack Obama Yang Anti Klimaks

    JAKARTA 27 JANUARI 2009 (KATAKAMI) Kalau dalam budaya di Indonesia, ada sebagian masyarakat yang sungguh menghargai penting atau makna “ANGKA” dalam menentukan segala sesuatu.

    Sebutlah misalnya dalam menentukan tanggal pelaksanaan sebuah kegiatan penting. Itu sebabnya dikenal istilah, “Hari Baik, Bulan Baik”.

    Masih berkaitan dengan angka juga, kadang ada yang merasa penasaran dan percaya tentang adanya angka keberuntungan. Akibatnya, muncul tudingan bahwa pihak yang seperti itu mempercayai klenik. Padahal tidak tepat jika disebut demikian.

    Lalu, apa hubungannya topik soal angka ini dengan Presiden AS ke-4 Barack Hussein Obama ?

    Dan dalam konteks apa, ada misteri angka satu pada Obama menyangkut GUANTANAMO ?

    Pasti anda penasaran, ya ?

    Kalau anda tidak penasaran, tidak akan mungkin timbul dorongan untuk membaca tulisan ini saat pertama kali membaca bagian judul. Barack Obama, punya 2 angka 1 yang penuh MISTERI terkait kamp tahanan GUANTANAMO.

    Angka satu yang pertama cukup istimewa untuk Obama adalah ketika ia sudah langsung mengeluarkan kebijakan strategis di hari pertama dirinya menjalani tugas sebagai orang nomor satu di AS. Kebijakan yang memang dijanjikannya saat berkampanye.

    Ia memerintahkan agar dilakukan penangguhan pemeriksaan penyidik terhadap para “penghuni” GUANTANAMO.

    Luar biasa !

    Walau Obama pernah mampir di Indonesia untuk bersekolah, namun kebiasaan buruk dari sebagian politisi tanah air kita yang cenderung “JUALAN KECAP NOMOR SATU”, ternyata tidak menulari Barry, nama kesayangan Barack Obama.

    Coba saja kita perhatikan politisi-politisi Indonesia yang memilik agenda khusus untuk memperoleh suara dari masyarakatnya. Tak jarang, menggunakan metode kampanye ala “JUALAN KECAP NOMOR SATU.

    Apa saja yang kira-kira gombal dan bombastis, pasti diucapkan. Yang penting, suara bisa masuk bagi dirinya. Akibat adanya kebijakan “One Man, One Vote” dalam perpolitikan nasional Indonesia maka godaan tentang “JUALAN KECAP NOMOR SATU” tadi dihalalkan saja. Tapi saat menang dan berkuasa, hanya lagu lama yang didendangkan penyanyi cantik Iis Sugianto yang berkumandang di hati rakyat yaitu “Janji-Janji Tinggal Janji !”.

    Alias, kau yang berjanji, kau yang mengingkari !

    Tidak demikian halnya dengan Barry, Presiden keturunan Afrika pertama yang berhasil menjadi penguasa nomor SATU di negeri adidaya bernama AMERIKA.

    Inagurasi (pelantikan) Presiden Barack Obama

    Inagurasi (pelantikan) Presiden Barack Obama

    Detik pertama ia bekerja sebagai Presiden, yang menjadi prioritas adalah menginventarisir janji-janji apa saja yang sudah disampaikan kepada rakyat AS saat berkampanye. Dan, pendokumentasian seputar stok JANJI dalam kampanye itu memang cukup baik. Secara cepat, sudah bisa langsung didata daftar janji utama yang wajib dipenuhi kepada rakyat AS.

    Salah satunya adalah janji untuk menutup kamp tahanan GUANTANAMO.

    Tampaknya Obama menyadari bahwa GUANTANAMO akan terus menjadi benalu bagi kedigdayaan AMERIKA SERIKAT. Dan tampaknya OBAMA juga menyadari akan sia-sianya ia berjuang memenangkan kursi kepresidenan, jika tak mampu melakukan perubahan bagi bangsa yang sebesar dan sekuat AMERIKA SERIKAT. Pahadal CHANGE, janji tentang perubahan, dengan slogan YES, WE CAN adalah motto utama Obama.

    Keruntuhan martabat dan wibawa kedigdayaan AS begitu drastis terjadi akibat kebijakan-kebijakan yang sangat tidak tepat dari Presiden George W. Bush. Kekejaman dan kesadisan militer AS dalam melakukan penyiksaan di Kamp Guantanamo membuat dunia menjadi “marah” sekali atas perilaku-perilaku yang tidak manusiawi itu.

    Walaupun memang, harus dipahami mengapa Bush begitu “kencang” menghajar apa saja yang kira-kira membahayakan keselamatan AS dan pantas dijadikan sebagai musuh AS. Pasti, ada luka yang sedemikian menyakitkan didalam diri Bush sebagai seorang kepala negara ketika ia dipaksa untuk melihat bangsanya digilas dan dihajar sedemikian hebat sehingga menewaskan ribuan orang rakyatnya pada peristiwa Serangan 11 September.

    Presiden George W. Bush

    Presiden George W. Bush

    Bush, adalah Panglima Tertinggi Militer AMERIKA SERIKAT.

    Bagi Kepala Pemerintahan manapun didunia ini, yang pernah merasakan dalam era kekuasaannya terdapat serangan terorisme (terutama dalam skala besar), pasti akan dapat merasakan betapa hebatnya rasa sakit yang menikam harga diri dan tanggung-jawab sebagai seorang pemimpin. Ribuan rakyatnya mati sia-sia. Dan Bush, pasti tidak akan pernah bisa melupakan sampai kapanpun juga setiap detail menyangkut peristiwa Serangan 11 September.

    Bagaimana mungkin bisa terjadi, 4 pesawat dibajak di sebuah negara yang sebegitu ketat pengamanannya ?

    American Airlines Penerbangan 11 yang menabrak Menara World Trade Center bagian utara. United Airlines Penerbangan 175 yang menabrak World Trade Center bagian selatan. American Airlines Penerbangan 77 yang menabrak The Pentagon. Lalu, United Airlines Penerbangan 93 yang menabrak tanah akibat perlawan dari penumpang untuk “membela” kewibawaan simbol pemerintahan mereka. Sebab, pesawat yang terakhir ini rencananya akan menarak The US Capitol Hill.

    Paling tidak 3000 orang mati akibat kekejaman teroris pada Serangan 11 September.

    Dan yang sangat menyedihkan, ketika satu persatu kesaksian yang pilu dibuka dan diungkap. Termasuk yang dibuka rekaman pembicaraan di kokpit pesawat United Airlines Penerbangan 93 yang jatuh di Pennsylvania, AS, sekitar 20 menit sebelum mencapai sasaran yaitu The US Capitol yang menjadi kantornya para anggota kongres dan senator. Tahun 2006 lalu, rrekaman pembicaraan dari kokpit pesawat yang membawa 33 orang penumpang dan 7 awak pesawat dari United Airline 93 diperdengarkan kepada publik AS dan dunia.

    Sehingga, apa yang terjadi didalam pesawat Boeing 757 yang berangkat dari Newark, New Jersey, menuju San Francisco itu pun jatuh di Pennsylvania. Terutama, bagaimana usaha yang gigih dari para penumpang untuk merebut ruang kokpit dari pembajak terekam dalam kotak hitam. Sedangkan pembicaraan para penumpang United 93 ketika menelepon keluarga maupun kerabat disampaikan oleh keluarga dan kerabat itu sendiri.

    Beda dengan di Indonesia ini, rekaman pembicaraan di kokpit pesawat Adam Air yang jatuh di Perairan Majene tgl 1 Januari 2007 saja bisa “beredar” kemana-mana, termasuk mengudara di You Tube.

    Dan soal rekaman pembicaraan dari penumpang United Airline Flight 93, terungkaplah bagaimana detail kisah pembajakan dalam pesawat hingga rencana akan mengambil alih pesawat. Dan yang menyentuh hati saat para penumpang mengucapkan selamat tinggal dan menyampaikan atau menitipkan rasa cinta kepada keluarga dan kerabat karena menyadari akan segera kehilangan nyawa.

    Pemutaran rekaman pembicaraan di kokpit pesawat pada detik-detik terakhir sebelum jatuh dibuka saat persidangan tersangka teroris Zacarias Moussaoui setelah 5 tahun tragedi itu terjadi. Antara lain isinya :

    Tragedi serangan 11 September 2001 di AS, sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan hati dan para pelaku serangan ini patut dikutuk secara keras

    Tragedi serangan 11 September 2001 di AS, sebuah tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan hati dan para pelaku serangan ini patut dikutuk secara keras

    “Ke kokpit. Kalau tidak, kita akan mati,” kata suara yang terdengar dalam bahasa Inggris.

    Lalu terdengar teriakan dan jeritan penumpang. Kemudian terdengar pintu kokpit digebrak dan dibuka paksa.

    “Allah maha besar!” suara dalam bahasa Arab terdengar dari dalam kokpit. Lalu terdengar jeritan “No, No, No” dalam bahasa Inggris.

    Beberapa detik kemudian… tak terdengar lagi suara dari rekaman tersebut.

    Yang mau dikatakan disini, kondisi psikologis Presiden Bush yang sangat traumatik dan terkungkung dalam kemarahan abadi atas peristiwa Serangan 11 September itu. Tanpa disadari Bush, trauma dan kungkungan dendam abadi tadi sangat dominan mempengaruhi setiap kebijakan pemerintahan yang dipimpinnya.

    Hingga akhirnya, pengaruh itu mayoritas berbau apriori, arogansi dan penuh kecenderungan membalas dendam.

    Sebuah bangsa yang besar seperti AS dipermalukan sedemikian hebat dan dibuat hancur sampai ke titik nadir terbawah dalam hal moral.

    Salah satu warisan yang ditinggalkan Bush dan Pemerintahannya akibat remuknya moral mereka adalah KAMP TAHANAN GUANTANAMO. Trauma dan dendam dilampiaskan di penjara paling menakutkan ini. Bush dan Pemerintahannya pasti tahu dan hapal teori-teori tentang luhung dan agungnya nilai-nilai HAM, moralitas dan hukum harus ditegakkan di muka bumi ini.

    AS adalah negara yang selama ini merasa paling berhak menjadi POLISI DUNIA bagi negara manapun yang dianggap sebagai pelanggar HAM tak bemoral dan sulit mentaati nilai-nilai hukum.

    Jika ketahuan ada negara yang seperti itu, dengan semua cara akan dicari dan diupayakan momen terbaik untuk menjatuhkan pemimpin dari negara yang modelnya “mbabelo” seperti tadi. Dan, Indonesia, termasuk korban dari atribut AS sebagai “POLISI DUNIA”.

    Kalau sudah bicara HAM, AS merasa menjadi pabrik pembuatan KECAP NOMOR SATU DIDUNIA.

    Dan siapa yang tak malu jika dirinya menyandang predikat sebagai warga negara AS, jika dalam beberapa tahun terakhir ini kecaman, tudingan, cibiran dan caci maki yang hebat dari seluruh penjuru dunia akibat parahnya penyiksaan di KAMP GUANTANAMO. Menunjuk muka negara lain dengan sangat garang sebagai pelanggar HAM, tetapi di muka sendiri terdampar kubangan bisul berisi pelanggaran HAM yang begitu sadis, tak bermoral dan penuh pelanggaran terhadap nilai-nilai HAM – hukum humaniter.

    Sehingga, ketika Barack Obama menjadikan isu GUANTANAMO sebagai salah satu agenda terpenting yang dijanjikannya dalam kampanye Pilpres selama ini, pasti janji itu bukan untuk komoditas politik agar ia menang.

    Obama, bisa jadi merasa malu atas remuknya kewibawaan, martabat dan moralitas dari bangsa Amerika akibat kebijakan yang salah terkait keberadaan Kamp GUANTANAMO.

    Sehingga tak heran, kalau di hari pertama menjabat sebagai Presiden, Obama sudah secara cepat menetapi janjinya untuk “mengurus” masalah GUANTANAMO ini.

    Lalu, apa misteri sangka satu lainnya dari Obama mengenai GUANTANAMO ?

    Apakah ada yang tahu dan bisa menebaknya ?

    Misteri angka satu pertama tadi – yang sudah dijelaskan di awal tulisan ini – adalah di hari pertama menjabat sebagai Presiden, Obama sudah langsung mengeluarkan kebijakan penting terkait GUANTANAMO. Ia memerintah penundaan penyidikan selama 120 hari bagi semua kasus hukum yang sedang di proses di GUANTANAMO.

    Lalu, angka satu lainnya adalah, Obama memerintahkan agar dalam kurun waktu 1 tahun, Kamp GUANTANAMO ditutup secara resmi. Dengan tangan kidal, OBAMA menanda-tangani KEPPRES alias Keputusan Presiden untuk menuntup PENJARA GUANTANAMO efektif pada Januari 2010. Satu tahun lagi, barulah GUANTANAMO akan almarhum.

    Yang bisa dikomentari disini adalah, untuk misteri angka satu yang pertama tadi, Obama sangat sukses memukau setiap orang bahwa ia adalah pemimpin yang menepati janji secara hebat, cepat, tepat dan akurat.

    Namun sayang, keputusannya untuk memerintahkan penutupan Kamp Guantanamo satu tahun lagi, adalah kebijakan yang buruk dan sangat tidak manusiawi.

    Tahukah Obama, berapa hari yang akan mengisi dalam perjalanan waktu satu tahun itu ?

    Aksi unjuk rasa terus mengalir untuk menutup PENJARA GUANTANAMO yang dikabarkan melakukan kekerasan kepada para TAHANAN

    Aksi unjuk rasa terus mengalir untuk menutup PENJARA GUANTANAMO yang dikabarkan melakukan kekerasan kepada para TAHANAN

    Tahukah Obama, berapa jam dalam putaran waktu 1 hari ?

    Sambil ia menikmati sarapan pagi di Gedung Putih dalam masa “bulan madu” sebagai Presiden yang baru, ada baiknya Obama meluangkan waktu untuk membayangkan bagaimana jika ia yang menjadi tahanan di GUANTANAMO sana. Ditahan seenaknya, tanpa ada tuduhan atau indikasi kesalahan. Disiksa seperti binatang, tanpa ada penindakan dan penegakan hukum bagi para penyiksa. Dihajar, dibuat menjadi “berdarah-darah” dan bahkan ada yang ke hadapannya disorongkan moncong anjing pelacak piaraan militer AS.

    Lalu, apa jaminan bahwa perintah Obama agar seluruh penyiksaan dituruti dengan cepat di GUANTANAMO ?

    Petugas dan Pejabat yang secara teknis ada di tahanan itu, pasti masih dikuasai oleh orang-orang yang sudah bercokol sejak era Pemerintahan Bush. OBAMA hanya “bersuara” dari Gedung Putih. Walau media massa di seluruh dunia menyiarkan kebijakan OBAMA soal Guantanamo, belum tentu penyiksaan terhadap seluruh tahanan di GUANTANAMO dihentikan seketika ini juga.

    Itu makanya, Obama perlu membayangkan bahwa sakit dan mengerikan rasanya jika disiksa secara fisik dan non fisik selama satu jam saja. Tidak usah dibayangkan seandainya penyiksaan itu berlangsung satu tahun, bayangkan dulu jika terjadi secara non stop selama satu jam. Pasti, dapat dirasakan penyiksaan itu sangat mengerikan. Lalu, bayangkanlah lagi bagaimana kalau harus terus disiksa harus selama satu tahun ?

    Ada baiknya juga, Obama membayangkan jika ia yang menjadi orangtua, atau saudara sekandung, atau orang terdekat dari tahanan yang ditahan di GUANTANAMO sana, tanpa ada bukti hukum atau indikasi perbuatan melawan hukum. Seperti apa perasaannya jika dipaksa untuk menunggu 1 tahun lagi jika memang ingin bertemu dengan orang yang mereka cintai ?

    Apalagi, jika anggota keluarga mereka itu sebenarnya tidak bersalah tetapi dasar AS sedang “sakit parah” pada era Pemerintahan Bush, yang tak bersalah dianggap saja bersalah. Yang penting ada korban yang bisa dijadian pelampiasaan kebencian. Persetan dan masa bodo dengan semua nilai-nilai HAM dan hukum.

    Tahanan Di Penjara GUANTANAMO. KUBA

    Tahanan Di Penjara GUANTANAMO. KUBA

    Jadi, keputusan OBAMA menutup GUANTANAMO setahun lagi, terasa menjadi ANTI KLIMAKS. Tidak ada yang istimewa dari kebijakan model begini.

    Kalau Obama berdalih, sulit menutup GUANTANAMO secepat-cepatnya. Omong kosong. Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, jika memang misinya adalah misi kebaikan dan kemanusiaan. Apalagi untuk negara sebesar AS.

    Kalau Obama berdalih, sulit menutup GUANTANAMO dengan menukar angka satu tahun menjadi satu bulan untuk menutup GUANTANAMO. Omong kosong. Dengan kehebatan militer AS, termasuk kecanggihan dinas intelijen mereka yang selama ini terkesan paling canggih dalam menyusup dan ikut campur dalam masalah dalam negeri negara manapun di dunia ini, masak tidak bisa mengatasi kurang dari 300 orang penghuni GUANTANAMO ?

    Harusnya, bukan satu tahun, tetapi satu bulan setelah Obama menjadi Presiden, Kamp Tahanan GUANTANAMO itu sudah harus ditutup.

    Itu yang sebenarnya lebih tepat dilakukan Obama jika ia memang ingin membuktikan bahwa dirinya menepati janji untuk “mengurus” masalah GUANTANAMO.

    Di GUANTANAMO ada lautan kekejaman dan kesadisan, dimana nilai-nilai HAM dan hukum tenggelam didasar lautan tadi.

    Salah seorang tahanan di GUANTANAMO, Kuba

    Salah seorang tahanan di GUANTANAMO, Kuba

    Seandainya saja, Obama ada dihadapan kami, maka kami hendak mengatakan kepada Si Barry ini, “Hei Barry, untuk apa alogan YES, WE CAN yang engkau dengungkan selama ini ? Buktikan dong, bahwa Amerika memang bisa melakukan perubahan yang dasyhat menyangkut HAM dan kemanusiaan. Menyelamatkan martabat dan moral AMERIKA sebagai sebuah bangsa, harusnya jangan tanggung-tanggung !”

    Sehingga, semua orang yang memang sudah terlanjur penuh respek dan kekaguman pada Barack Obama, akan memuji kebijakan Obama menutup GUANTANAMO dengan satu pujian yang tulus yaitu, “Its Amazing, Barry ! Its Amazing, Man ! Its Amazing, MR PRESIDENT !”

    Tapi, karena kebijakan Obama cenderung anti klimaks, … terus terang belum ada kata-kata yang pas untuk mengecam Obama. Sebab, baru beberapa hari yang lalu ia dilantik dan diambil sumpahnya dengan sangat spektakuler di The US Capitol Hill. Paling-paling, yang bisa dikatakan oleh dunia internasional, juga oleh rakyat AS yang sangat konsisten tentang perlunya menutup LADANG PEMBANTAIAN GUANTANAMO itu dengan satu kalimat pendek untuk mengungkapkan kekecewaan.

    “Ternyata anda ini, PAYAH juga, Tuan Presiden OBAMA !”

    (MS)

    1 a flags_135

    Obama Juga Manusia Yang Sempat Kesulitan Ucapkan Sumpah Dan Mengakhiri Sumpahnya Dengan Doa, “SO, HELP ME, GOD”

    Oleh : Mega Simarmata, Pemimpin Redaksi

    Washington 21 Januari 2009 (KATAKAMI) “…I Barack Hussein Obama do solemnly swear.” ucap Presiden Terpilih AS yang ke 44 ini saat diambil sumpahnya di Gedung Capitol, Washington DC, AS.

    Di hadapan jutaan orang yang rela datang berduyun-duyun dengan suhu udara dibawah nol derajat celcius, Obama tak bisa menghindari sisi kemanusiaan dirinya yaitu melakukan kesalahan di saat yang sangat penting. Paling sedikit, ada dua kali Obama kesulitan untuk mengucapkan kalimat panjang dalam sumpahnya.

    Ia sempat tertegun beberapa detik agar dapat berkonsentrasi mengucapkan sumpah itu secara benar. Dan satu lagi yang barangkali tidak disadari oleh Obama, pada saat ia berada di puncak acara yang sangat bersejarah yaitu pengambilan sumpah, Obama kelewat “santai” sehingga ia tampak tersenyum lebar disaat ia perlu tampil berwibawa. Tanpa harus kelihatan tegang, Obama perlu memperlihatkan kewibawaan dirinya pada saat bersumpah.

    Walaupun Obama sempat tidak bisa mengucapkan dengan baik dan lancar kalimat sumpahnya, kelihatan Obama tidak panik.

    Ia memang pribadi yang tenang. Walau salah dan sulit untuk menghapalkan kalimat panjang dalam sumpah itu, Obama tidak terlihat grogi atau berubah mimik wajah. Begitu juga dengan Michelle, sang menggunakan gaun berwarna kuning keemasan.

    Ibu dari 2 orang anak dari buah pernikahannya dengan Obama, hanya tersenyum dan tetap setia menatap pada sang suami saat pengambilan sumpah.

    Ketika mengucapkan sumpahnya, telapak tangan kiri Obama di topangkan diatas alkitab atau injil yang digunakan Presiden Abraham Lincoln saat disumpah sebagai Presiden AS tahun 1861. Obama memang memilih figur Abraham Lincoln untuk menjadi panutan yang diteladaninya dalam menapakkan kaki secara resmi sebagai Presiden AS.

    Dan inilah salah satu kelebihan dari AS.

    Mereka dapat menjaga dengan baik dokumen atau benda bersejarah bagi bangsa mereka. Sebutlah misalnya injil yang dipilih Obama untuk melengkapi pengambilan sumpahnya. Kitab suci Nasrani yang dipilih Presiden Abraham Lincoln saat bersumpah tahun 1861, masih tetap bagus dan terawat rapi.

    Yang tampak secara jelas dari keseharian Obama – Michelle adalah mereka ternyata keluarga yang relijius.

    Selama ini, kalangan Partai Republik yang selalu mendominasi kesan relijius tersebut. Tapi di hari pelantikannya, Obama menunjukkan kepada dunia bahwa ia bagaikan sebutir debu tak berharga dimata Tuhan.

    Itu sebabnya, ketika jutaan orang sudah dipastikan hadir menyaksikan pelantikan Obama yang sangat spektakuler itu, Obama mengajak Michelle isterinya untuk “mampir” sejenak di Gereja Episcopal St. John, satu blok dari Gedung Putih. Walaupun sebenarnya, ritual untuk “mampir ke Gereja sebelum pelantikan ini adaah ritual “wajib” bagi siapapun yang akan dilantik sebagai Presiden.

    Tapi yang menjadi tampak jelas dari figur Obama adalah ia tunjukkan bahwa manusia adalah mahluk ciptaan yang tak berdaya. Walau ia dilantik sebagai Presiden dari sebuag negara adidaya, Obama tetap membutuhkan nilai-nilai spiritualitas yang tinggi.

    Di hadapan Hakim Agung John Roberts, Obama meletakkan tangan kirinya diatas injil dan mengangkat tangan kanannya untuk menyampaikan kata-katanya yang secara resmi membuatnya menjadi pengganti Presiden George W. Bush.
    Di bawah tatapan sekitar sejuta orang di National Mall, Washington dan jutaan lainnya di seluruh dunia, Obama bersumpah :

    “Saya bersumpah dengan sungguh-sunguh bahwa saya akan menjalankan tugas dengan jujur Presiden Amerika Serikat dan akan berbuat yang terbaik dengan kemampuan saya, menjaga, melindungi dan mempertahankan konstitusi Amerika Serikat.”

    Dan di akhir sumpahnya, Obama menyebutkan sebuah kalimat doa permohonan yang sangat “memohon” kepada Tuhan.

    “So, Help Me God” ucap Obama mengakhiri sumpahnya.

    Apapun juga yang diamanatkan dalam sumpah itu, semua hanya dapat terlaksana atau dijalankan secara baik, jika ada pertolongan dari Tuhan,

    Obama, sang orator ulung yang sangat kharismatik ini, ternyata bisa gugup dan melakukan kesalahan dalam puncak acara yang sakral yaitu pengambilan dan pengucapkan sumpah jabatan. Ia juga bisa begitu tulus memohon untuk mendapat pertolongan Tuhan.

    Obama, kini telah resmi menjadi Presiden AS.

    Begitu banyak persoalan pelik yang harus diatasinya. Ia seakan berada dalam posisi yang dilematis, jauh sebelum pelantikannya.

    Yang ditantang oleh banyak orang terhadap figur Obama, apakah setelah ia menjadi Presiden ini maka segera akan ada kebijakan untuk penarikan pasukan AS dari Irak dan Afghanistan. Kemudian desakan untuk menutup tahanan Guantanamo di Kuba. Belum lagi masalah krisis ekonomi.

    Bahkan, Obama yang sejak berlangsungnya agresi militer Israel ke GAZA untuk menggempur HAMAS, dianggap “agak” mengecewakan banyak pihak yang cenderung “diam” saat Israel membabat habis Palestina ini. Obama ditantang untuk mengambil posisi yang strategis dalam membantu penyelesaian konflik Israel – HAMAS.

    Artinya, bukan lagi menjadi sekutu yang mengaminkan saja apapun brutalisme yang mau dilakukan Israel.

    Sebab Obama harus mengingat secara baik, ketika ia mengucapkan kalimat “So, Help Me God”, pada kesempatan yang sama ribuan orang yang terluka dan sekarat di GAZA, Irak dan Afghanistan juga mengucapkan kalimat doa yang sama yaitu, “So Help Me God !”. Walau dituturkan dalam bahasa yang berbeda, tetapi ada sisi penderitaan yang harus ditanggung oleh banyak manusia di muka bumi ini karena kebijakan yang kurng tepat dari AS.

    Obama, harus secara cakap menunjukkan dan membuktikan kepiawaiannya dalam mengelola pemerintahan. Presiden muda yang sangat “charming” ini, diharapkan oleh dunia internasional berperan aktif dalam mengisi kehidupan dengan cara yang baik. Benar-benar baik !

    Obama juga manusia, sehingga ketika ia mengucapkan kesalahan dalam pengambilan sumpahnya, kesalahan itu dapat ditolerir. Sangat manusiawi jika Obama melakukan atau mengucapkan kesalahan.

    Yang tidak manusiawi justru kalau Obama mengulangi kesalahan-kesalahan (yang memang disengaja) dalam berbagai KEBIJAKAN pendahulunya, terutama Presiden Gerorge W Bush.

    Konsistensi dan komitmen untuk terus memerangi terorisme, jangan diartikan bahwa AS bisa memerangi negara mana saja dan meluluh-lantakkan sesuka hati. Agar jangan, di akhir masa jabatannya nanti Obama juga ikut terkena “lemparan sepatu”.

    Doa dan permohonan Obama, “So, Help Me God”, tentu akan dijawab dan dikabulkan Tuhan sepanjang Obama secara teguh hati melakukan yang terbaik bagi rakyatnya. Dan bagi dunia.

    (MS)

    MEGA SIMARMATA

    Editor In Chief Of WWW.KATAKAMI.COM

    http://www.redaksikatakami.wordpress.com

    http://www.theblogkatakami.wordpress.com

    (SAMOSIR ISLAND, NORTH SUMATERA, INDONESIA)

    Atas Nama HAM, Salah Alamat Jika Obama Disalahkan Soal Teknik Integorasi Tangani Terorisme Yang Membuat Nilai Hukum & HAM Seakan "Tetanus" Di Era Bush

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 22:32

    DIMUAT DI WWW.KATAKAMI.COM & WWW.REDAKSIKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    Jakarta 18 April 2009 (KATAKAMI) Kadang-kadang, ada manusia yang sulit untuk membaca tanda-tanda perubahan zaman yang arahnya sudah begitu positif dan sangat pantas dihargai.

    Radio BBC London memberitakan tentang diumbarnya rasa kecewa kelompok HAM tertentu kepada Presiden AS Barack Obama yang dinilai enggan mengadili agen-agen rahasia Dinas Intelijen AS (CIA) karena menggunakan teknik integorasi yang kejam sepanjang era kepemimpinan Presiden BUSH.

    Kita simak dulu berita selengkapnya dari Radio BBC London :

    16 April, 2009 – Published 20:58 GMT

    Obama membuat kecewa

    Kelompok hak asasi manusia di Amerika Serikat menyatakan kecewa bahwa agen CIA tidak akan diadili dalam soal teknik interogasi di masa Bush.

    Para pegiat menyambut baik keputusan Gedung Putih menerbitkan rincian teknik interogasi yang sekarang sudah dilarang oleh Presiden Barack Obama.

    Namun kelompok hak asasi mengatakan keputusan untuk tidak mengadili para agen itu merupakan kegagalan menegakkan hukum di negara tersebut.

    Yang lainnya membela dengan mengatakan integorasi itu telah membuat Amerika Serikat lebih aman.

    Mantan ketua CIA, Michael Hayden, yang menjalankan badan tersebut di bawah kepemimpinan Bush mengatakan langkah Gedung Putih ini akan mengganggu tugas-tugas intelejen, dan membuat badan asing enggan berbagi informasi dengan CIA.

    Penerbitan laporan

    Sebelumnya, Amerika Serikat menerbitkan empat memo rahasia yang merinci alasan hukum untuk cara interogasi CIA yang dilakukan pada masa Bush.

    Para pengkritik program interogasi itu mengatakan cara yang digunakan itu sama dengan penyiksaan.

    Presiden Barack Obama juga menerbitkan satu pernyataan yang menjamin bahwa tidak ada staf CIA yang akan dihukum karena perbuatan mereka dalam program interogasi itu.

    Sebagian orang di CIA menghendaki agar sejumlah bagian memo itu tidak dipublikasikan, khawatir kalau-kalau penerbitan secara penuh akan memicu gugatan hukum terhadap para agen rahasia, kata laporan itu.

    Penerbitan memo-memo itu berasal dari permintaan kelompok pembela hak sipil American Civil Liberties Union (ACLU).

    Teknik kejam

    Tiga di antara dokumen tersebut dtulis pada bulan Mei 2005 oleh orang yang waktu itu menjabat kepala Kantor Penasihat Hukum Departemen Kehakiman, Stephen G. Bradbury.

    Mereka memberikan dukungan legal untuk penggunaan kombinasi berbagai teknik pemaksaan, dan menyimpulkan bahwa cara yang dipakai CIA tidak “kejam, tak manusiawi, atau melecehkan” berdasarkan hukum internasional.

    Obama, adalah pemimpin yang konsisten pada janjinya. Ini yang harusnya sangat cepat disadari, dikenali, dirasakan dan diakui oleh rakyat AS sendiri. Walaupun bergabung dalam sebuah wadah kelompok pembela hak sipil sekalipun, American Civil Liberties Union (ACLU) harus adil dan cerdas dalam “membaca” bagaimana karakter kepemimpinan yang membanggakan dari Obama.

    Memang betul bahwa berbagai tindak penyiksaan yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Presiden Bush terkait penanganan terorisme, sangat amat memalukan bagi AS.

    Itulah sebabnya, Obama menjanjikan bahwa jika ia terpilih sebagai Presiden AS maka yang pertama akan dilakukannya adalah menutup kamp tahanan Guantanamo di Kuba.

    Dan apa yang terjadi ?

    Persis di hari pertama Obama bekerja secara resmi di Gedung Putih sebagai Presiden AS yang ke-44, memo pertama yang ditanda-tanganinya adalah keputusan untuk menutup Penjara Guantanamo dengan kebijakan bahwa penutupan itu secara resmi akan dilakukan paling lambat satu tahun setelah keputusan itu ditanda-tangani. Artinya, Penjara Guantanamo akan ditutup pada bulan Januari 2010.

    Kami menuliskan hal ini secara khusus lewat tulisan berjudul “Misteri Angka Satu Presiden Obama Yang Antiklimaks”.

    Mengapa kami sebut antiklimaks ?

    Ya sebab masa satu tahun itu termasuk sangat lama untuk dinantikan oleh para tahanan yang ada di Penjara Guantanamo, jika patut dapat diduga penjara itu hanyalah kedok untuk melakukan berbagai tindakan penyiksaan kepada warga negara asing yang ditangkapi seenaknya saja dan ditahan disana hanya untuk disiksa. Tidak ada proses hukum yang diberikan dan tidak ada juga akses apapun yang diberikan kepada negara yang menjadi tanah kelahiran atau tempat asal para tahanan disana.

    Sehingga, keputusan untuk menutup setahun ke depan rasanya terlalu lama. Mengapa bukan menutupnya sebulan setelah Presiden Obama menanda-tangani keputusan itu ?

    Bayangkan kalau dalam sehari saja, semua tahanan disana tetap mendapatkan penyiksaan fisik. Maka, mereka harus sangat tabah dan kuat sekuat-kuatnya untuk tetap disiksa selama 364 hari berturut-turut. Alangkah lamanya penderitaan itu.

    Iya kalau misalnya mereka memang bersalah. Tapi bagaimana kalau mereka samasekali tidak bersalah ? Hak apa yang mau dikedepankan untuk menjadi pembenaran bahwa agen-agen rahasia CIA dan seluruh petugas disana bisa menyiksa warga negara orang lain “seenak udel-nya sendiri” ?

    Tetapi, fokus utama yang harus dicermati disini adalah Presiden Obama menepati janjinya untuk menutup penjara itu.

    Entah itu sebulan atau setahun kemudian, tetapi state policy atau kebijakan negara (AS) sudah dikeluarkan dan tak bisa ditarik lagi.

    Presiden Obama tak berhenti sampai disitu. Ia membuka kepada publik tentang adanya memo-memo rahasia yang membenarkan dan menjadi landasan bagi agen-agen rahasia CIA melakukan teknik integorasi dengan cara penyiksaan fisik yang begitu kejam.

    Secara politik, patut dapat diduga kebijakan pemerintahan Presiden Obama membuka rahasia era Bush kepada publik terkait kekejaman teknik interogasi itu bisa dipandang sebagai sebuah sign atau tanda kepada Bush dan jajarannya bahwa mereka punya banya kelemahan dan kekurangan yang bersifat fatal sekali.

    Secara politik, patut dapat diduga Presiden Obama bermaksud untuk meminta perhatian dari seluruh perangkat yang bertugas dibawah pemerintahan Bush agar jangan coba-coba untuk membuat lebih banyak permasalahan yang merepotkan AS (terutama pemerintahan Obama sendiri).

    Lalu, kalau sekarang Presiden Obama yang dinilai mengecewakan karena “state policy” yang dikeluarkan tidak mencakup proses hukum terhadap seluruh agen rahasia CIA yang melakukan penyiksaan itu, hal ini justru menjadi tanda tanya besar.

    Lho, mengapa Obama yang dipersalahkan ?

    Dengan menilai bahwa Obama mengecewakan karena tidak memerintahkan agar para agen rahasia CIA diadili, maka penilaian ini yang justru keliru dan perlu diluruskan.

    Obama tidak mengecewakan siapapun, entah itu rakyat AS atau publik dunia.

    Pasti ada sesuatu yang sifatnya sangat mendasar sehingga ditempuh kebijakan yang formatnya memberikan nuansa yang sangat “win-win solution”.

    Proses peradilan yang dituntutkan kepada para agen rahasia CIA itu, tak mungkin hanya dilakukan kepada para agen rahasia tersebut. Tetapi harus terus bergulir sampai ke tingkat atas.

    Bahkan, sampai kepada orang per orang yang menuliskan memo-memo rahasia berisi landasan atau menjadi pegangan bagi “aparat dibawah” untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh atasan.

    Bukan tak mungkin, proses peradilan itu bisa menembus ke Pejabat Gedung Putih semasa pemerintahan Presiden Bush.

    Hingga puncaknya, justru patut dapat diduga bisa menjadi bumerang yang menempatkan Mantan Presiden Bush sebagai tersangka (juga).

    Yang menjadi akar permasalahan terkait penyiksaan-penyiksaan kepada para tahanan di Penjara Guantanamo itu, sekarang sudah diredam, dikendalikan, ditekan dan dihilangkan oleh Presiden Obama.

    Pelan-pelan, penjara Guantanamo akan ditutup.

    Pelan-pelan, sambil menunggu proses penutupan itu maka seluruh landasan atau pegangan tertulis yang menjadi alat pembenaran terjadinya penyiksaan-penyiksaan kepada para tahanan sudah dicabut oleh Presiden Obama.

    Para tahanan yang memang bisa dikembalikan ke negara asalnya masing-masing, sudah mulai dkembalikan. Lalu sisanya, dialihkan ke beberapa negara yang memang bersedia menampung para tahanan Guantanamo.

    Kadang-kadang, tudingan yang asbun atau asal bunyi saja tetapi mengatas-namakan Hak Azasi Manusia (HAM), justru mengundang rasa prihatin dari publik dunia.

    Apakah terlalu sulit untuk kelompok HAM tersebut untuk memberikan waktu dan kesempatan kepada Presiden mereka sendiri untuk membenahi betapa morat-maritnya penanganan terorisme sepanjang masa pemerintahan Presiden Bush ?

    Jangan karena membawa isu HAM, maka dianggap sah-sah saja menuding Presiden Obama begini dan begitu dalam konotasi negatif.

    Apa yang telah dilakukan oleh Presiden Obama selama 3 bulan pertama masa kekuasaannya ini terkait penanganan terorisme, sudah sangat baik sekali dan patut dihargai oleh siapapun.

    Obama memberikan atmosfir yang kondusif dalam hal penanganan terorisme. Ia tak mau lagi secara bombastis mengumbang motto PERANG MELAWAN TEROR.

    Obama tak mau lagi, atas nama PERANG MELAWAN TEROR maka AS memamerkan arogansi kekuasaan dan terus bertindak sewenang-wenang. Dan tindakan sewenang-wenang itu, patut dapat diduga ditiru juga oleh segelintir orang yang selama ini dilatih dan diberi kemudahan dalam segala peningkatan kemampuan diri masing-masing dalam hal penanganan terorisme di di negara-negara tertentu.

    Ya bayangkan saja, sepanjang Bush berkuasa (pasca serangan teroris 11 September 2001 di AS), begitu atraktif dan agresif sekali terjadi peledakan-peledakan bom di beberapa negara.

    Termasuk di Indonesia.

    Waduh, seperti langganan saja. Periode 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2005 Indonesia terus mendapatkan serangan peledakan bom dalam kategori HIGH EXPLOSIVE.

    Katanya sudah pada dilatih oleh AS dalam menangani terorisme, yang terjadi masalah semakin merajalelanya tindak pidana terorisme itu di Indonesia.

    Yang mau dikatakan disini adalah Presiden Obama bukan cuma sekedar wacana dalam kaitan pemulihan metode penanganan teror yang sempat menjadi sangat menyimpang pada era pemerintahan Presiden Bush.

    Ada “action” atau tindakan nyata dari Presiden Obama yang benar-benar sangat mengagumkan. Dia lakukan sesuatu sesuai dengan otoritas dan kewenangan yang dapat digunakannya sebagai seorang Kepala Negara.

    Bagaimana mungkin, agen-agen rahasia CIA itu dapat diseret ke muka hukum jika ternyata pada kenyataannya ada surat tertulis yang keluar dari GEDUNG PUTIH berisi perintah resmi untuk menginterogasi para tahanan terorisme lewat metode yang kejam tadi ?

    Para agen rahasia CIA itu tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari perintah atasan. Ya, mereka tidak melakukan yang disebut sebagai in sub ordiansi.

    Kalau para agen rahasia CIA itu dituntut dan diseret misalnya ke muka hukum, maka patut dapat diduga para agen rahasia ini bisa berbalik menuntut jika ternyata tugas-tugas yang sudah mereka laksanakan dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.

    Lain halnya, kalau misalnya ada petugas yang berinisatif menyiksa sendiri para tahanan itu. Tetapi yang terjadi disini adalah kebalikannya. Ada perintah resmi dari Gedung Putih, lewat memo-memo rahasia yang dibongkar dan dibuka oleh Pemerintahan Presiden Obama.

    Jadi, salah besar kalau dikatakan bahwa Presiden Obama sangat mengecewakan kelompok pembela hal sipil (ACLU) tadi.

    Kami tidak sependapat.

    Presiden Obama sudah melakukan hal yang benar dan terpuji. Ia justru harus didukung untuk terus melakukan PERBUAHAN atau CHANGE sehingga AS dapat menjadi negara adidaya yang sangat mengagumkan.

    Jadi, janganlah ada yang asbun menuding bahwa seolah-olah Obama mengecewakan dan tidak memahami duduk persoalan.

    Pahami dong duduk persoalannya. Sadari apa yang menjadi esensi dari kebijakan-kebijakan AS.

    Presiden Obama , kini seakan menjadi sebuah alunan melodi yang terdengar indah di telinga siapa saja di belahan dunia ini, saat dengan kesungguhannya Obama membenahi apapun juga yang selama ini memang kurang baik atau tidak pantas untuk menjadi bagian dari sistem pemerintahan sebuah bangsa yang terhormat bernama AMERIKA SERIKAT.

    Meredam dan memerangi terorisme, bukan dengan cara mengobarkan secara lebih parah mata api perlawanan dari pelaku-pelaku terorisme itu sendiri atau orang-orang tertentu yang berkedok sebagai “teroris” padahal justru berniat untuk “cari makan” atau menggali harta karun yang bisa dikeruh dari rusaknya nilai-nilai peradaban manusia akibat dihajar oleh kekejaman terorisme.

    Tak benar jika disebut Obama mengecewakan.

    Yang benar adalah Presiden Obama sudah melakukan sesuatu yang benar seturut dengan kebijakan negara yang kini dipimpinnya, agar kebijakan itu tidak menimbulkan guncangan stabilitas (terutama didalam negara mereka sendiri).

    Ke depan diharapkan, Presiden Obama sungguh serius untuk mengendalikan sebuah perangkat didalam sistem pemerintahannya agar jangan lagi ada keputusan, kebijakan atau tindakan yang menyalahi ketentuan hukum atau aturan yang berlaku dalam hal penanganan terorisme.

    Juga diharapkan, agar Presiden Obama sungguh serius untuk menggunting secara cepat kesengajaan pihak tertentu di berbagai negara asing yang sengaja mengeruk keuntungan dari kocek anggaran AS selama bertahun-tahun terakhir ini atas nama penanganan terorisme.

    Singkirkan dan hindari semua benalu-benalu yang cara hidupnya sudah menggerogoti AS dan negara yang menjadi basis gerakan oknum aparat di INDONESIA misalnya, yang patut dapat diduga menjadikan isu terorisme sebagai komoditi dagangan dan ladang emas yang mendapatkan seribu satu macam keuntungan.

    Dukung Obama dalam membenahi semua penyimpangan dan ketimpangan terkait penanganan terorisme.

    Dengan semua respek yang kita punya maka ketegasan dan keberanian Presiden Obama untuk melakukan pembenahan yang bersifat menyeluruh itu sangat pantas untuk dihargai dan didukung sepanjang masa pemerintahan Obama.

    You are the best, Mr President !

    (MS)

    Tersentak Mendengar Idiom Zaman Edan Nyudo Nyowo, Dan Tersentak Mengapa Justru JK & SDA Yang Dihujat Ramai-Ramai ?

    Filed under: Uncategorized — katakaminews @ 22:05

    DIMUAT JUGA DI WWW.KATAKAMI.COM & WWW.THEBLOGKATAKAMI.WORDPRESS.COM

    JAKARTA 18 APRIL 2009 (KATAKAMI) Di akhir pekan seperti ini, asyik buat dipakai untuk merenungkan banyak hal yang menjadi persoalan bangsa. Bila di hari-hari kerja saling berkejaran sangat cepat antara rutinitas dan sang waktu. Di akhir pekan ini, ritme kehidupan bisa menjadi agak tenang.

    Kami termangu di akhir pekan ini oleh perkataan yang sangat lugu dari warga masyarakat yang berpikiran kritis. Walau tak sesuku sebab yang dikatakannya dalam bahasa Jawa yang sangat halus, tetapi kami bisa sedikit-sedikit menirukannya.

    “Iki zamane zaman Mbak, zamane nYudo nYowo. Lah iku, rakyate modar ! Akeh sing ciloko !” kata si warga yang kami tirukan keluhannya.

    (Ini zamannya zaman GILA. Zaman yang nyawa manusia banyak berkesudahan. Lah itu, banyak rakyat mati. Banyak yang celaka !).

    Tapi jauh di lubuk hati kami, kami percaya bahwa kelahiran, perjodohan dan kematian itu ada di tangan Tuhan.

    Sehingga percayalah bahwa apapun yang terjadi di dunia yang fana ini, Tuhan maha mengetahui.

    Tak selalu dan tak mesti Tuhan merestui tindakan-tindakan yang tidak manusiawi dari pihak manapun. Sebab ada kalanya Tuhan membiarkan dulu sesuatu terjadi. Baru setelah itu, Tuhan bertindak sesuai dengan rencanya-Nya. Walau memang kita semua prihatin, 5 tahun terakhir ini begitu banyak sekali RAKYAT INDONESIA yang memang menjadi binasa karena digulung oleh kebengisan alam yang murka lewat berbagai musibah dan bencana. Belum lagi yang celaka karena musibah kecelakaan SARANA TRANSPORTASI di darat, laut dan udara.

    Dan yang membuat kami terharu, idiom nYudo nYowo tadi justru datang dari kalangan bawah atau akar rumput. Tapi kita bisa berbuat apa, kalau semua kegetiran dan kepedihan ini adalah takdir. Semoga saja semua fakta kebinasaan ini adalah benar sebuah takdir. Dan kita patut mengirimkan doa dengan segala ketulusan agar arwah dari RATUSAN RIBU rakyat Indonesia yang wafat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini diterima di sisi Tuhan yang Maha Kuasa.

    Keluhan tentang zaman sekarang ini adalah zaman Nyudo Nyowo, adalah sebatas intermezzo dari tulisan kami di pekan ini.

    Pasca pelaksanaan Pemilu Legislatif 2009, terutama sejak hasil QUICK COUNT keluar maka ada suara-suara yang sangat mencengangkan. Ketua Umum DPP Partai Golkar M. Jusuf Kalla malah dihujat oleh sebagian orang didalam internalnya. JK dianggap gagal dan tak pantas jadi CAPRES.

    Luar biasa, dengan perolehan angka yang termasuk tinggi seperti itu, kok malah JK yang dihujat.

    Lalu, konstalasi perpolitikan didalam rumah tangga “Si Kuning” malah patut dapat diduga menjadi carut marut. Semua berlomba mendesak agar JK kembali pada SBY dalam berpasangan di Pilpres 2009.

    Heran, mengapa tidak ada rasa malu untuk merendahkan martabat seorang Ketua Umum di hadapan rakyat Indonesia.

    Bukan karena kami bersahabat baik dengan seorang JK dan Suryadharma Ali, maka kami terdorong untuk membelanya.

    Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa setiap umat manusia itu harus bersyukur dalam segala hal. Tidakkah seluruh kader Partai Golkar menyadari bahwa perolehan suara yang diraih pada Pemilu Legislatif 2009 ini relatif sangat besar dan merupakan campur tangan Tuhan juga.

    Bayangkan kalau nasibnya jungkir balik di urutan dengan digit 2 angka yaitu antara posisi 10 dan seterusnya. Jika JK sebagai Ketua Umum malah mengantarkan Partai Golkar nyungsep di posisi “neraka” yang perolehan suaranya hanya kurang dari 1 persen, silahkan hujat.

    Tapi yang diraih oleh Partai Golkar adalah sebuah hasil maksimal yang terbaik. Luar biasa baiknya.

    perampok.jpg Rampok image by labuhanbatu_photo

    Belum saja terbongkar, apakah patut dapat diduga ada kecurangan yang sangat kotor dalam Pemilu Legislatif 2009 lalu yaitu digunakannya KEJAHATAN TEKNOLOGI atau IT dalam mengdongkrak perolehan suara pihak tertentu yang mempecundangi Partai Golkar, PDI Perjuangan, Partai Gerindra dan Partai Hanura.

    Inilah cara berpolitik yang patut dapat diduga sangat biadab jika ada yang berlibido tinggi untuk meraih kemenangan sehingga untuk menyalurkan libido yang sudah sangat mendesak itu, maka patut dapat diduga akan menghalalkan segala cara.

    Sabar, Tuhan tidak tidur dan rakyat Indonesia hanya tinggal menunggu bangkitnya sebuah perlawanan sejati jika patut dapat diduga ada kesewenang-wenangan yang lebih pantas untuk dihujat sampai akhir hayat para pelakunya.

    Setelah JK yang kami sorot secara khusus, kami beralih kepada Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA).

    Sama juga, ujug-ujug atau tiba-tiba SDA yang dihujat kalangan internalnya.

    Yang perlu disadari disini adalah situasi perpolitik dalam setiap penyelenggaraan Pemilu Legislatif 5 tahun sekali ini, tidak ada yang sama. Jadi tak bisa dipersalahkan bahwa seolah-olah SDA ini adalah benalu dalam tubuh partai yang tak ada kegunaannya untuk memenangkan partai.

    Sebagai partai yang berbasis agama, coba lihat bagaimana perfoma dari kader PPP sendiri. Kasus korupsi yang menimpa kader PPP Al Amin misalnya, bukankah itu sesuatu yang sifatnya sangat memalukan ? Tak cuma kasus korupsi, gunjang ganjing itu dilengkapi juga dengan bumbu perbuatan yang patut dapat diduga berbau asusila. Ditambah lagi dengan gencarnya pemberitaan dari tayangan infotaiment tentang perceraian.

    Persoalan cinta, orang ketiga, perselingkuhan atau seks dalam bentuk apapun dalam diri masing-masing pribadi yang sudah matang usia atau karakternya, adalah urusan dari pribadi masing-masing itu sendiri.

    Setiap orang yang sudah berumah tangga misalnya, sah-sah saja jika ia menyenangi lawan jenis yang lain. Tetapi yang penting untuk diingat adalah, bagaimana ia mengendalikan rasa suka, kekaguman, hawa nafsu atau ketertarikan yang hebat. Jika sudah sangat sulit mengendalikan, terjadilah yang disebut perselingkuhan. Dan jika sudah masuk dalam wilayah seperti itu, pihak lain juga tak berhak mencampuri karena itu merupakan tanggung-jawab si pelaku kepada dirinya, keluarganya, agamanya dan kepada Tuhan.

    Dan jujur saja, tidak ada manusia yang berhak mengklaim bahwa dirinya jauh lebih baik atau jauh lebih sempurna dari manusia lainnya. Ingatlah bahwa kekurangan itu ada dalam diri manusia dan kesempurnaan hanya milik TUHAN.

    Kami pernah menyinggung dalam sebuah tulisan bahwa tindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang membeberkan rekaman penyadapan pada kasus Al Amin – yaitu bagian dimana ada diungkapkan hal-hal berbau perempuan – adalah sebuah tindakan yang patut dapat diduga sangat tidak pada tempatnya, sangat arogan, lancang dan menunjukkan betapa KPK sangat tidak profesional dalam tugas-tugasnya.

    Mengapa kami berpendapat demikian ?

    Ya, sebab dari namanya saja sudah jelas bahwa KPK berkewajiban menangani kasus-kasus tindak pidana korupsi. Bukan masalah seksualitas atau perselingkuhan !

    Dari namanya saja, sudah jelas bahwa KPK ditugaskan untuk memberantas tindak pidana korupsi dan bukan masalah MORAL yang menyangkut seksualitas.

    Sudahlah, tidak perlu ada satu orang manusiapun di negeri ini yang mersa lebih suci dan lebih murni dari manusia lain.

    Termasuk ANTASARI AZHAR sekalipun karena patut dapat diduga dalam menjalani tugas-tugasnya, mantan eselon II pada Jajaran Pidana Umum Kejaksaan Agung ini tidak memperhitungkan bahwa pameran penyadapan itu secara terbuka berdampak buruk pada hal-hal lain yang tidak ada relevansinya dengan kasus korupsi yang ditangani.

    Apa hubungan, membeberkan di persidangan terbuka pada Pengadilan Tipikor bagian percakapan yang bicara mengenai perempuan ?

    Tidak ada hubungannya !

    Dan, jangan sok munafiklah bagi manusia manapun di muka bumi ini bahwa seolah-olah dirinya lebih suci, lebih murni atau lebih SEMPURNA dibanding pihak lainnya padahal patut dapat diduga justru paling busuk diantara yang sangat busuk.

    Kenapa hal ini kami singgung ? Bayangkan, jika ada isteri yang mendengar atau mengetahui bahwa aib rumah tangganya diumbar terbuka untuk menjadi konsumsi publik ?

    Sakitnya tidak seberapa tapi malunya ini, demikian ungkapan di kalangan masyarakat Medan yang sangat terkenal untuk menggambarkan harga diri yang terkoyak jika dinistakan secara terang-terangan di hadapan masyarakat.

    Walau profesi Kristina, isteri dari Al Amin adalah artis yaitu pedangdut yang sangat tersohor, ia tetaplah manusia biasa yang punya hati, rasa, harkat dan martabat. Sehingga, dapat dimaklumi jika rasa malu itu membuatnya tak sanggup menerima kenyataan.

    Nah, gunjang ganjing kasus korupsi Al Amin dengan seluruh tetek bengek pemberitaan yang saling bertautan inilah yang patut dapat diduga mempengaruhi “image” masyarakat terhadap partai yang menjadi “rumah” bagi garis perpolitikan Al Amin.

    Lalu, iklan politik di berbagai media massa (khususnya di media pertelevisian), siapa bilang tidak berpengaruh ? Iklan politik di media televisi terutama, benar-benar besar pengaruhnya.

    Dan sekarang kalau ditanyakan kepada seluruh pengurus DPP PPP misalnya, apakah sejak berbulan-bulan sebelum terselenggaranya Pemilu Legislatif 2009, PPP ada memasang iklan politik yang sangat gencar di media televisi ?

    Dari situ saja, akan sangat terlihat bahwa kesalahan bukan pada Suryadharma Ali sebagai pribadi. Ia tak mungkin menalangi biaya iklan politik yang sangat besar anggarannya !

    Dan kalaupun Partai Golkar memasang iklan yang sangat gencar beberapa bulan terakhir ini, tetap saja posisi Ketua Umum tidak pantas untuk dihujat dan dipaksa menanggung kesalahan ini seorang diri.

    Patut dapat diduga karena rakus untuk mendapat jatah kursi MENTERI maka JK didorong-dorong untuk berkoalisi lagi dengan pihak tertentu agar kader yang bisa direferensikan menjadi kandidat MENTERI tidak kehilangan peluang emas.

    Sekarang pertanyaannya, siapa yang bisa menjamin bahwa SBY akan menang dalam Pilpres 2009 ?

    Terutama jika Pemilu Pilpres diadakan sangat jujur dan adil dalam arti yang sesungguhnya – ingat, dilarang keras bagi pihak manapun main kayu dan berbuat hina melakukan kecurangan bidang IT atau kecurangan apapun – maka patut dapat diduga pertarungan itu akan dimenangkan oleh pihak yang bersatu secara teguh menawarkan PERUBAHAN (CHANGE) kepada rakya tIndonesia.

    Seluruh tokoh nasional – terutama yang berkumpul di kediaman Megawati Soekarnoputri baru-baru ini – jangan pasif dan diam walau hanya sejenak. Ayo, bersuara kepada rakyat.

    Tampillah dengan dinamis, menarik hati dan sangat elegan lewat berbagai penampilan terbuka yang dikemas sangat cerdas. Buat iklan politik bersama, jangan lagi per orangan atau per partai politik.

    Adakan kerjasama dengan berbagai lembaga survei yang independen sehingga survei pesanan pihak tertentu yang patut dapat diduga GEDE RUMONGSO alias GR tak karuan karena yakin bakal bertahta bagaikan RAJA-RAJA dahulu kala, akan terseok-seok langkahnya memikirkan cara kotor lain untuk berjaya.

    Semua Ketua Umum Partai tampil dengan elegan mengendalikan kadernya, perintahkan untuk tutup mulut kepada publik atau media massa jika hanya untuk kepentingan menghujat partai dan ketua umum sendiri.

    Bikin malu kalau kerakusan untuk meraih jabatan tertentu diumbar kesana kemari seperti anjing rebutan balung atau tulang.

    Sadar dong, kepentingan bangsa harus ditempatkan diatas segala-galanya.

    Hormati Ketua Umum dan jaga soliditas partai.

    Mari, bangkit semua, untuk menghadapi tantangan yang terjal berliku. Singa-singa lapar adalah ilustrasi yang paling tepat untuk menggambarkan betapa mengerikannya ancaman dan dampak buruk yang akan dihadapi oleh bangsa, negara dan rakyat Indonesia dalam menghadapi pihak tertentu yang lapar akan kekuasaan. Kasihan sekali.

    Undang kolega dari jaringan internasional untuk datang memantau. Undang pakar-pakar IT untuk memberikan simposium dalam mengantisipasi kejahatan IT dalam penyelenggaraan Pemilu Pilpres 2009.

    Undang pakar-pakar IT dari AMERIKA SERIKAt, kalau perlu dari FBI, untuk memberikan pelatihan singkat kepada Jajaran KPU dan pihak manapun yang bertugas menangani teknologi dalam agenda politik nasional ini.

    Sehingga, kalau ada pihak tertentu yang patut dapat diduga sangat liar bagaikan singa lapar melakukan kejahatan IT untuk merugikan pihak lain, akan sangat mudah untuk mendeteksi.

    Selamatkan bangsa, negara dan rakyat Indonesia !

    Selamatkan cita-cita luhur pada pendiri bangsa yaitu FOUNDING FATHER INDONESIA agar segenap anak bangsa Indonesia ini diantarkan ke gerbang hidup yang lebih makmur, aman, sejahtera, adil dan manusiawi.

    Katakan tidak pada kepura-puraan, kesombongan dan arogansi kekuasaan !

    Capekkkk deh !

    Dan ibarat perlombaan menyanyi IDOL, di penghujung pertarungan politik yang sangat sengit ini akan diumumkan seperti ini. “AND, THE WINNER IS …… : INDONESIA !”.

    Ya, Jusuf Kalla, Megawati, Wiranto,Prabowo Subianto, Soetrisno Bachir, Rizal Ramli, Gus Dur dan tokoh manapun yang bergabung dalam koalisi MERAH PUTIH yang membanggakan karena benar-benar solid dan mengedepankan kepentingan bangsa, akan menjadi bagian dari kemenangan INDONESIA.

    Sekali lagi, pemenangnya haruslah pihak yang mementingkan kepentingan bangsa, negara dan rakyat INDONESIA.

    Bukan yang menghalalkan segala cara yang kotor dan hina untuk menjadi pemenang yang dipaksakan untuk seolah-olah menjadi sangat hebat seperti batman, superman atau pahlawan animasi kartun anak-anak yang cuma ada dalam film imajinasi.

    (MS)

    Older Posts »

    Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.